👉 Kamu Hanyalah Angan

297 12 9
                                    

Tema : penyesalan

Biodata narasi :
      Namaku lutviana tiffany. Aku masih duduk di bangku 12 SMA, bisa ditebak umurku kisaran 17-18 th. Ya, umurku 17 th. Aku masuk jurusan ips. Kenapa ips ? Karena mimpi dan cita-citaku ada disana. Ketertarikanku pada dunia bisnis dan akuntansi membuatku lebih memilih ips sebagai sarana menuju impian. Aku tinggal di Bancar kembar, Purwokerto utara. Kota satria itu telah aku tempati selama beberapa bulan ini. Aku dan keluargaku memang tinggal berpindah-pindah. Bisa dibilang kami ini layaknya manusia praaksara yang tinggal semi-sedenter. Atau bahkan nomaden. Selain menari, hobiku adalah membaca. Terutama novel. Ketertarikanku pada novel telah tertanam sejak lama. Namun, aku baru terjun dan mendalami kepenulisan baru-baru ini. Sejak aku mengenal wattpad. Yah sudahlah, sekian ocehan dari saya.

Titimangsa,
Naman :  Lutviana tiffany
Tempat tinggal : Bancar kembar, Purwokerto utara
Judul : Kamu hanyalah angan




kamu hanyalah angan


    Sang surya telah menampakan kilauan emasnya, mengundangku untuk bangun dari alam bawah sadar. Sayup-sayup terdengar lantunan kecil burung emprit yang telah lebih dulu bangun mendahuluiku. Rupanya, kicauan itu berasal dari beberapa burung emprit yang tengah bertengger di atas dahan pohon jambu. Segera aku mengibaskan gorden yang menghalangi pandanganku pada gerombolan burung itu.

"Dooooorrr.."

Tak kusangka, seseorang keluar dari balik semak-semak. Ya, sesosok pria jangkung yang tak asing lagi dimataku. Pria itu---Arman aldera---sahabat karibku sejak TK.

Ah rupanya dia !!

Tanpa basa-basi, pria itu langsung meloncat melewati jendela yang tak terlalu tinggi menuju kamarku.

"Lo gak kaget?" tanyanya sembari menghempaskan badannya pada kasur minimalis yang tersedia di kamar mungilku.

"Buat apa? Udah gak mempan sama gue." Aku pun mengikutinya dan mengatur posisi dudukku di dekatnya.

"Eh, lo mau ikut gak? Ntar malem, gue mau nonton nih. Di CGV biasa," ajaknya dengan kerlingan mata yang begitu memikat.

Rasanya ingin aku tutup mata itu dengan ciuman. Hanya saja, hati ini belum siap untuk jadi kekasihnya.

"Oke, tapi awas aja ya! Kalo ntar gue udah dandan rapi-rapi, malahan gak jadi. Gue gak bakal mau ketemu lo lagi."

"Sans aja kali say, lo cewe gue satu satunya. Tenang ! Mana bisa gue gak ketemu sama lo. Baru semenit aja gue udah gak betah."

"Alay lo. Sejak kapan gue jadi cewe lo heh?! Perasaan gue gak pernah nerima tembakan lo, lamaran lo. kan udah gue tolak semua."

"Sejak gue tahu, ternyata persahabatan ini adalah awal gue nemuin cinta. Sejak gue tahu cewe di depan gue ini mampu buat gue jadi merasa berharga, bahagia, dan jadi yang utama." Perlahan ia mendekatkan wajahnya padaku.
"Sejak gue tahu, ternyata gue gak bisa ngerubah perasaan gue meskipun gue tahu, dia gak cinta sama gue. Sejak gue tahu meskipun banyak cewe di luar sana yang ngantri sama gue, tapi gue gak bisa nyingkirin perasaan gue buat cewe yang selalu nolak gue mentah-mentah."

  Matanya beradu tatap denganku, terasa napasnya yang naik turun dengan cepat namun terasa lembut. Kini, wajahnya bagai tak berjarak denganku. Hidung kami pun bersentuhan. Tapi kami saling diam, menunggu respon masing-masing.

Sejak gue tahu, lo bener-bener memperjuangkan cinta lo. Dan sejak itu juga gue tahu, bahwa gue gak bisa ngilangin rasa takut gue. Karena semakin gue cinta sama lo, gue takut semakin parah juga obsesi gue sama lo.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang