Prolog

46.2K 2.3K 24
                                    

"Silahkan duduk Shanika."

"Terima kasih pak." gadis yang dipanggil Shanika itu langsung menuruti ucapan pria paruh baya yang masih terlihat tampan meskipun wajahnya sudah ada kerutan tanda menua.

"Saya papanya Marvel." kata pria paruh baya tersebut memperkenalkan diri. "Dan dia istri saya, yang berarti ibunya Marvel." katanya menunjuk perempuan paruh baya disampingnya yang terlihat cantik. "Dia kakak Marvel." tunjukknya pada perempuan yang lebih muda dari perempuam pertama yang lagi-lagi terlihat cantik.

Kedua perempuan beda generasi itu tersenyum kecil kearah Shanika yang dibalas anggukan oleh gadis itu. Bukannya Shanika tidak bisa balas tersenyum, tapi dia benar-benar tegang berhadapan langsung dengan keluarga Marvel.

"Shanika." panggilan itu kembali keluar dari bibir ayah Marvel. "Saya tidak tahu bagaimana hubungan kamu dengan Marvel sampai kamu menerima lamarannya. Bagi saya itu bukan sesuatu yang harus saya urusi, tapi yang terpenting bagi saya adalah, dia tidak sedang mengenalkan istri orang, pacar orang, atau bahkan selingkuhan orang. Benar kan?" Shanika mengangguk. Dia bukan gadis seperti yang disebutkan diatas. Dia masih benar-benar tersegel dengan kata single.

"Menerima lamaran Marvel, artinya kamu sudah siap terikat dengan putra saya dan juga keluarga Nareswara. Kamu sudah mempertimbangkannya?"

"Iya. Pak."

"Kamu sudah siap dengan segala resikonya? Apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan, apa yang yang seharusnya dan tidak seharusnya kamu kerjakan, dan beberapa hal yang memang harus kamu patuhi jika sudah masuk di keluarga kami." meskipun ragu, Shanika kembali mengangguk. Kenapa untuk menikah saja, dia harus dibuat setegang ini.

Ini masih rumah kan? Bukan tempat shooting twiligh. Rumah yang begitu bagus tapi juga begitu seram.

Otak Shanika seolah digiring untuk tetap fokus dan berfikir agar pertanyaan semudah apapun bisa dijawab dengan benar dan tepat. Tidak berlebihan, benar-benar sesuai porsi.

"Saya tidak pernah mengekang anak-anak saya." mulainya lagi. "Mau berteman dengan siapapun saya biarkan. Bahkan dengan bajingan sekalipun. Tapi, yang perlu mereka pahami adalah, mereka harus tahu batasan. Harus bisa menjaga kehormatan dirinya dan juga kehormatan keluarga. Saya selalu memberi kepercayaan penuh pada orang-orang disekitar saya.

"Termasuk tentang pendamping hidup mereka, saya percaya jika mereka sudah mempertimbangkan dengan baik sebelum memilih seseorang untuk menjadi teman hidup mereka. Dan Marvel memilih kamu." jeda sebentar.

"Jika kamu sudah sah menjadi bagian dari keluarga kami, maka kamu harus bisa menjadi salah satu orang yang bisa saya percayai. Salah satunya adalah menjadi wanita yang saya percayai untuk mendampingi putra saya." pria paruh baya itu menancapkan pandangan tegasnya untuk Shanika. Gadis itu hanya bisa menelan ludah pelan, gemuruh hatinya semakin menjadi-jadi.

"Shanika." jika tadi adalah ayah Marvel, maka yang memanggil kali ini adalah perempuan paruh baya yang berstatus ibu Marvel.

Shanika beralih memandang ibu Marvel. Jika Shanika boleh memberi nilai, maka dia akan memberi nilai 85 untuk wanita itu. Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, masih terlihat begitu cantik. Wajahnya halus. Mungkin karena perawatan mahal yang dilakukannya.

"Iya bu." jawab Shanika setelah beberapa saat diam. Berusaha menekan perasaannya supaya tidak gentar. Dalam hati bertanya kapan 'sidang' ini akan berakhir. Karena beberapa menit saja rasanya begitu lama.

"Seberapa banyak kamu mengenal Marvel?" pertanyaan ibu Marvel ini benar-benar membuat Shanika bingung. Dia belum sekhatam itu mengenal Marvel sampai harus mendeskripsikan sifat Marvel.

Selama ini yang Shanika tahu, Marvel adalah pria sopan dan tidak banyak tingkah.

"Saya belum terlalu banyak mengenal mas Marvel bu. Saya hanya tahu sekilas saja tentang beliau." jawab Shanika agak ragu. Dia hanya takut jawabannya akan membuat ibu Marvel murka.

Tapi, melihat wanita itu mengangguk, Shanika kembali berfikir apa yang dipikirkan ibu Marvel ini sekarang.

"Marvel adalah cowok yang posesif." katanya memulai. "Dan ada saatnya ucapannya tidak mau dibantah, meskipun dia juga bisa melunak. Dia juga tidak suka barangnya berpindah tempat, Marvel  laki-laki yang rapi. Apapun harus bersih. Dia kadang akan menjadi lelaki yang menyebalkan, otoriter, dan keras kepala." ibu Marvel memandang Shanika untuk melihat perubahan ekspresi wajah gadis itu.

"Jadi Shanika, kamu harus siap direpotkan oleh Marvel. Karena sekali kamu terjerat oleh Marvel, dia tidak akan mengizinkan kamu kemanapun." Shanika tahu jika dia sudah masuk di keluarga Marvel, hidupnya tak lagi sama. Bukan hanya Marvel yang akan merepotkannya, tapi juga dia harus bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya.

"Saya mengerti bu." jawabnya pelan.

"Bagus." ibu Marvel tersenyum dan kembali bersuara. "Siapkan diri kamu untuk semua yang mungkin baru buat kamu Shanika."

Dan ucapan terakhir ibu Marvel seperti ketukan palu hakim yang menetapkan tersangka sebagai pelaku. Hidup Shanika akan terkurung di keluarga Nareswara.

•°•

Yoelfu 240118

Our Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang