[3]. Rumah Kita?

23.8K 1.5K 5
                                    

Marvel menggenggam tangan Shanika untuk menunjukkan sesuatu dari bagian rumah milik orang tuanya yang belum istrinya itu ketahui. Sha hanya mengikuti saja langkah kaki Marvel dalam diam. Fikirannya masih memutar hasil dari pembicaraan yang baru selesai beberap menit yang lalu. Tentang aturan yang wajib Sha sepakati.

Pusing, tiba-tiba menyergapnya. Dia harus bagaimana untuk 'lulus' dalam ujian tersebut.

"Bi!" Marvel memandangnya dengan satu alis terangkat. Ekspresi seperti itu yang kadang membuat Sha sebal, namun juga geli sendiri entah karena apa. "Kita udah nyampek. Katanya menyampaikan alasan pria itu memanggil sang istri.

Memandang sekeliling, Sha merasa sedikit kagum namun dalam hati bertanya. Bangunan di depannya tak kalah megah dengan kediaman mertuanya, tapi kenapa rumah sebesar ini dibangun di belakang rumah mertuanya.

Kenapa... "Kita masuk dulu sebelum kening kamu makin berlipat-lipat." ajakan Marvel memutus pertanyaan-pertanyaan dalam benak Sha.

Sha lagi-lagi mengangguk dan mengikuti kemana sang suami menggandengnya. Melewati pagar setinggi pinggang dengan tanaman hias memenuhi halaman bangunan tersebut, mereka masuk ke dalam rumah setelah perempuan paruh baya membukakan pintu untuk mereka sambil tersenyum sangat lebar.

"Selamat datang non Sha." sambutnya dengan ramah. Memandangi Sha dengan mata berbinar entah apa yang dipikirkan dengan kepala tuanya itu.

"Terima kasih bik." jawab Sha dengan senyuman juga.

Marvel kembali menggandeng tangan Sha untuk melanjutkan langkahnya setelah meminta bibi membuatkan minuman untuknya dan sang istri.

"Duduk dulu biar nanti aku jelasin." kata Marvel memutus kebingungan sang istri. Pria itu menyalakan televisi dan mencari acara yang menurutnya menarik sebelum menyamankan duduknya sambil memandang sang istri dalam.

"Ini rumah kita." ucapan Marvel membuat Sha sedikit kaget. Rumah kita? Seolah dua kata yang Marvel sampaikan adalah soal matematika yang begitu sulit untuk dipecahkan. Karena yang Sha lakukan hanyalah mengedipkan matanya seperti perempuan idiot.

"Nanti, kalau kamu lulus ujian dari mama, kita akan pindah ke sini." Shanika masih tidak menanggapi apa yang Marvel ucapkan. Dia masih bingung. Entah kebingungan apa yang diputar oleh otaknya itu.

"Mama dan papa nggak mau masa tuanya sendirian ditinggal oleh anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Mereka nggak ingin ada drama jika kami, anak-anaknya nggak bisa dateng menemui mereka dengan banyak alasan."

"Jadi, mereka memutuskan untuk membuatkan rumah kalian di sini?" pertanyaan Sha dijawab anggukan oleh Marvel. Kemudia lelaki itu kembali menjelaskan.

"Dulu, papa memang suka berinfestasi dengan membeli lahan. Papa pernah bilang kalau tanah perumahan ini dulunya hanya lahan kosong yang tak terurus. Kemudian pemiliknya menjualnya sedikit demi sedikit. Dan papa membelinya.

"Papa yakin jika lahan-lahan ini akan menjadi mahal jika 'diolah' suatu saat nanti. Dan ya, setelah papa membangun rumah disini, pemilik lahan lainnya juga menjualnya. Dan akhirnya perumahan ini, papa lah yang bangun." Sha paham jika keluarga Marvel memang memiliki kekayaan yang luar biasa. Jadi, dia tidak ingin mengomentari apa yang dimiliki keluarga lelaki itu.

"Lalu rumah ini?" tanya Sha ingin tahu.

"Papa ingin meskipun 'berpisah' tapi kita tetap ada di tempat yang sama. Dan papa membuatkan rumah untuk aku dan kakak di tempat yang sama dengan rumah beliau. Papa ingin, beliau bisa mengikuti perkembangan cucu-cucunya. Tidak perlu jauh-jauh jika ingin bertemu mereka." jika Sha boleh berkomentar, dia ingin mengatakan jika mertuanya benar-benar menakjubkan. Pikiran ayah mertuanya benar-benar diluar dugaan Shanika.

Our Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang