검은 장미 [Taegi]

508 86 142
                                    

Seoul

Hari sabtu. Hari sabtu.

Min Yoongi terus melafalkan kata-kata itu dalam hati. Kaki kurusnya dibawa mondar-mandir berkeliling kamar dalam balutan piyama berwarna putih kebesaran. Ranjang king size dibiarkan porak poranda, menyaingi isi lemari yang bahkan tak bisa tertutup lagi; saking berantakannya.

Yoongi tidak memerhatikan kondisi kamar sama sekali. Tidak juga berencana mandi untuk menyegarkan tubuh pucatnya yang terjaga sejak kemarin malam. Netra hijau gelapnya memicing memandangi laptop menyala di atas meja kerja. Kesal saat melihat kedipan kursor di akhir kalimat yang tak kunjung selesai ia rangkai.

Min Yoongi adalah seorang penulis novel. Profesi yang ia idamkan sejak membaca karya author di situs wattpad saat umurnya menginjak 15 tahun. Awalnya Yoongi pikir hidupnya akan bahagia usai penerbit media cetak terkenal melirik buku karya ke lima dari akun wattpad miliknya. Yoongi kira ia akan mencintai perkerjaannya saat menandatangani kontrak pembuatan fanbook resmi dibawah bimbingan seorang manajer bernama Jang Hee Na.

Tapi ketika mengerjakan project ke 3-saat memasuki minggu ke 4 lebih tepatnya, Yoongi merasa hidupnya tiba-tiba seperti terpenjara. Seharian duduk di meja kerja menghadap laptop, menyesap kopi hitam dan makanan instan sebagai pengganjal rasa lapar, menerima telepon bahkan saat ia berada di toilet, tidak punya waktu untuk pergi berakhir pekan.
Semua ini mulai membuat Yoongi kacau sementara ide-ide dalam kepala berterbangan pergi seperti tersapu angin musim semi. Yoongi tidak bisa tidak panik saat manajer datang padanya menagih naskah, tapi yang jadi bahkan belum sampai lima puluh persen. Yoongi rasa ia benar-benar sedang terkena writer block sekarang.

"Kamu tidak bisa menyerah dan lari dari project ini, kamu bisa dituntut, Min!"

Hee Na berujar frustasi dari meja kerja Yoongi. Mata hitamnya memicing mengikuti langkah tanpa arah pemuda bersurai hijau tosca itu.

"Siapa yang mengatakan aku mau lari? Aku bukan orang seburuk itu. Aku hanya butuh inspirasi bukannya desakan-desakan tanggal yang kalian paparkan tiap hari."

Kaleng kopi diambil, dibuka, ditegak kasar sampai habis.

"Kau lihat sudah berapa gelas minuman berkafein yang kuhabiskan? Aku tidak bisa dapat ide hanya dengan begadang dan minum kopi tiap saat."

Perkataan Yoongi berhasil membuat sang manager bungkam. Ekspresi Hee Na sedikit berubah iba, gadis berperawakan kecil itu menghela napas. Kemudian menduduki kursi kerja Yoongi, mengetik sesuatu di laptop.

"Kau sedang apa? Pekerjaan ku belum selesai."

"Aku tahu. Kau butuh liburan kan? Mungkin kau perlu kupesankan tiket pesawat untuk pergi ke suatu tempat. Kau mau kemana?"

Yoongi terbelalak. Mendekati Hee Na terburu-buru. Gurat lelah di wajahnya terlihat jelas saat Yoongi sudah berada di dekat Hee Na. Sang manajer mendadak merasa bersalah.

"Ini salahku juga tidak membiarkanmu mengambil cuti sejak project pertama. Kurasa penerbit tidak masalah kalau deadline mu digantikan cuti selama dua bulan ditempat yang kau mau. Itu cukup?"

Lebih dari cukup.

Yoongi mengangguk cepat.

"Jadi kau mau kemana?"

Yang ditanya tak bisa menjawab. Kalau boleh jujur, selama ini Yoongi tidak benar-benar pernah memikirkan tujuan kalau ia punya kesempatan berlibur.

Yoongi kira ia tak akan punya kesempatan.
Jadi si mata emerald redup hanya menjawab.

"Kemana saja, yang penting teduh dan sepi."

"Kalau begitu, ke villa pegunungan di daerah Jeollabuk. Disana banyak daun merah yang bisa kau lihat kalau kau mau mendaki. Bagaimana?"

collection de couleursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang