Cast : Jeon Jungkook / Kim Taehyung
With Haru
Ichizenkaze
.
.
.
Find your best one. The one who make you happy, even for stupid reason.
.
.
.Jungkook tidak suka dengan ide bangun di pagi hari saat hari liburnya tiba. Ia terbiasa mengubur diri dalam tumpukan selimut. Mengerang malas ketika Taehyung mengajaknya sarapan bersama dan lebih memilih kembali tidur. Taehyung tidak memburunya untuk bangun. Namun dengan liciknya membawa Haru ke tempat tidur mereka lalu membiarkan malaikat mungil itu menepuk-nepuk pipi Jungkook hingga terbangun. Deguk tawa Haru adalah sihir paling ampuh yang membuat Jungkook bangun lalu memeluk putri mungilnya dalam dekapan. Lalu renggutan Taehyung akan terlihat, melipat tangan di depan dada, bibir melengkung sedih dengan tatapan mata sebal kemudian meringsek mendekat dan berbisik tipis.
“Aku juga ingin dipeluk.”
(Jungkook akan berakhir dengan Haru berbaring manja di atas dadanya, lengan ringkih memeluk leher Jungkook beserta Taehyung di sisinya yang memeluk lengannya erat dan hembus tawa manisnya yang cantik)
Tetapi hari ini, Jungkook terkejut mendapati dirinya terbangun dengan jarum jam bergerak menuju ke angka tujuh. Tempat di sisinya kosong. Dingin, dan menandakan Taehyung sudah lama pergi dari sisinya. Ia sempat mengulang bayangan bisikan selamat pagi dari Taehyung ke telinganya, kecupan samar di bibirnya dan usapan jari lentiknya mengukir sengatan di pipi Jungkook yang masih teler di alam tidur. Jungkook perlahan bangkit, melepaskan lilitan selimut di kakinya lalu menapak di lantai marmer yang dingin. Ia meregangkan tubuhnya yang kaku, melangkah menuju kamar mandi lalu mencuci wajah dan menggosok giginya tekun. Jungkook mengambil handuk kecil di sisi kabinet, mengeringkan wajahnya sembari melangkah menuju dapur. Aroma kopi yang pahit menusuk penciuman Jungkook, lalu kemudian manisnya creamer melayang di udara seiring dengan langkahnya yang kian mendekat.
Taehyung tengah duduk di kursi meja makan, mug tebal di kungkup tangan, mengepulkan asap beraroma manis akan campuran kopi dan creamer yang terlalu banyak. Lengkungan senyum Taehyung membuat jantung Jungkook berdetak lebih cepat. Sinar matanya yang cerah tidak bisa menahan Jungkook untuk mengusap puncak kepalanya lalu melabuhkan satu kecupan panjang di bibir Taehyung. Beraroma kopi dan pasta gigi. Lembab dan manis karena creamer yang terlalu berlebihan.
“Selamat pagi,” bisik Jungkook, menghembuskan kecupan di pipi Taehyung.
Taehyung membalasnya dengan gumaman. “Kenapa sudah bangun?” tanyanya dengan suara serak, meletakkan mugnya ke atas permukaan meja lalu mengangkat tangannya untuk merapikan rambut Jungkook yang berantakan.
Jungkook duduk di samping Taehyung, mendekatkan kursinya hingga Taehyung bisa dengan mudah menyentuh rambutnya. “Tidak tahu. Tiba-tiba saja terbangun. Haru masih tidur?”
“Hm,” Taehyung mengangguk tipis, menawarkan kopinya yang terlalu manis hingga Jungkook mengerutkan hidung tidak mau. “Haru biasa bangun pukul delapan. Jika dibangunkan sekarang moodnya akan berubah buruk. Dia manja. Seperti Papanya.” Taehyung melengkingkan tawa ketika Jungkook mengerang tidak terima.
Jungkook merapatkan kursinya lebih dekat, memeluk pinggang Taehyung kemudian menaruh kepalanya ke pundak Taehyung. Almond. Taehyung di pagi hari selalu beraroma Almond.
“Lihat? Manja sekali, kan?” Taehyung mengangkat tangan untuk mengusap pipi Jungkook. Lelaki itu hanya tersenyum tipis mendengarnya. “Pulang jam berapa semalam?” Tanya Taehyung dengan jari masih mengusap pipi Jungkook.
“Dua? Atau tiga? Tidak terlalu ingat.” Jungkook menghembuskan nafas kasar. “Aku membantu Yoongi-hyung menyempurnakan Cacio buatannya. Yoongi-hyung adalah asisten koki terhebat yang pernah kumiliki namun dia sulit sekali untuk beradaptasi dengan Cacio. Al dente, itu yang mereka sebut jika pasta dibuat dengan tingkat rasa luar biasa dan kematangan sempurna. Dan Yoongi-hyung selalu melewatkan dua atau lima detik waktu berharganya untuk mendapatkan Al dente.”
“Oke,” Taehyung merespon tidak mengerti. “Aku suka pasta overcook.” Jungkook tertawa mendengar ucapannya. “Aku lebih suka yang overcook. Tidak terlalu kenyal. Seperti ramyun.”
“Benar,” Jungkook mengecup pundak Taehyung. “Kau suka masakan yang overcook.”
“Ketika kau yang mengatakannya, itu terdengar seperti hinaan.” Taehyung merenggut lucu, tangan terlipat di depan dada. Jungkook terkekeh kecil. Melepas pelukannya lalu menatap Taehyung.
“Aku tidak mengatakannya seperti itu. Selera setiap orang berbeda.”
“Aku tahu selera setiap orang berbeda. Kalau begitu cepat peluk aku,” Taehyung kembali merenggut. Jungkook tersenyum.
“Kenapa tiba-tiba minta peluk?”
“Karena jika diteruskan kita akan berdebat. Aku tidak mau berdebat.”
Jungkook mengerutkan hidung gemas. Membuka lengannya lebar hingga Taehyung masuk ke pelukannya.
“Jangan menjadi terlalu sempurna, Jungkookie.” Gumam Taehyung di pelukannya. “Biarkan saja pastanya overcook dua-tiga detik. Mereka tidak tahu. Hanya kau yang tahu. Saat kau mengincar kesempurnaan kau akan melupakan apa yang sudah ada di genggamanmu. Bercelah sedikit. Katakan padaku apa yang tidak bisa kau lakukan, dan biarkan aku yang melakukannya untukmu. Aku ingin menjadi penutup untuk celahmu. Bukan untuk membuatmu sempurna. Tetapi untuk membuatmu hidup lebih baik.”
Jungkook tersenyum dalam kepatuhannya menaruh ujung dagunya di puncak kepala Taehyung. Hembus hangat nafas Taehyung menerpa lehernya. Lengannya kuat memeluk tubuh Jungkook
“Benar,” ia menghembuskan nafas. “Kau membuat hidupku lebih baik.”
Dulu Jeon Jungkook selalu mengejar kesempurnaan. Melupakan orang lain dan hanya memperdulikan kepentingannya sendiri. Jungkook merasa sempurna namun ia merasa hidupnya tidak lebih baik. Ia merasa tinggi, namun langkahnya tetap terpaku di satu titik. Dan, Kim Taehyung. Yang memandangnya dengan bola mata lebar, seakan seluruh semesta terkumpul di pelupuk matanya yang mengerjap. Yang jari-jari tangannya dingin menerpa kulit Jungkook, diiringi senyuman kotak cerahnya yang bahagia. Yang tutur kata dan sikapnya meluluh karena ucapan manisnya yang hangat, hidup Jeon Jungkook berubah menjadi jauh lebih baik. Menjadi seseorang yang bukan lagi mengejar kesempurnaan, kini ia hidup dengan bayangan kebahagiaan yang menyenangkan.
Cukup bahagia denganku, jangan menjadi sempurna; jangan mengincarnya.
Lengkingan suara Haru membuat Taehyung menjerit ceria. Melepas pelukannya dari Jungkook untuk segera berlari menuju kamar putri mereka.
“Sayangkuuuu,” Jungkook tidak bisa menahan senyumannya mendengar teriakan semangat Taehyung.
Haru tertawa renyah melihat keberadaan Jungkook yang langsung menyusul langkah Taehyung. Mengerang gemas melihat Haru yang mengulurkan tangan ke arah Jungkook.
“Haru ingin peluk Papa?” Tanya Taehyung yang membantu Haru bangkit di tempat tidur mungilnya. Haru mengangguk-angguk. Taehyung mengangkat tubuh Haru hati-hati kemudian memberikannya pada Jungkook yang langsung mengecupi pipi Haru yang gembil. Haru melengkingkan tawa, memegang pipi Jungkook dengan jari mungilnya lalu balas memberikan kecupan basah di pipi Jungkook.
“Aku juga ingiiiiin,” gerung Taehyung pura-pura sebal dan perih akan cemburu. “Cium Appa juga, Haru-yaaa.”
Jungkook tersenyum lebar ketika Haru menyentuh pipi Taehyung lalu memberika kecupan berisik di pipi Taehyung. Ia bisa mendengar gerung bahagia Taehyung yang manis. Menggigit main-main jari Haru yang tertawa lepas.
Well, Jungkook sudah mendapatkan kebahagiannya.
.
.
.
TBC
.Hope you all like it~
Cari yang bisa bikin kalian bahagia yaaa, entah itu temen, ataupun pacar hahaha.
Don’t stay with pople yang bikin kamu sedih, meet a great person, who can shine your day and light up your mood when its down. If he/she make you become a better person; stick to them. Remember, you deserve happiness! Everyone is deserve happiness.And btw thank u for the k 1k+ followers aaaaa saranghae!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless Angels
FanfictionJungkook memiliki dua malaikat tak bersayap yang selalu siap berada di sisinya kapan saja. KOOKV. Parents!taekook. Family!au