Chapter 9

16 3 0
                                    

Setelah puas memaki dan membuat Yoga kehabisan oksigen, saat ini Dev sedang menatap lekat wajah adik perempuan satu-satunya yang nampak pucat. Keyfly.

Kevin, yang saat itu juga berada diruangan Key hanya mampu menatap Dev dari sofa tanpa berniat mendekati. Kev paham atas perasaan Dev saat ini, melihat orang yang sangat disayang terbujur lemah tak berdaya, bahkan hanya untuk berkedip saja ia belum mampu.

"Kapan bangun dek? Enggak kangen abang? Enggak kasihan mami?" suara Dev yang lirih dan penuh kesedihan mampu membuat hati Kev berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

'Buka mata kamu Key, walau hanya sebentar, yang penting mampu membuat keluargamu sedikit lega Key. Aku enggak tega ngelihat kamu kek gini.'

Kevin sebenarnya juga merasa sakit melihat keadaan Key yang selama ini ceria, sekarang hanya mampu diam dan diam. Kev rindu mendengar Key berteriak nama Dev saat merasa terancam oleh Kev, merindukan suara lembut Key saat menggodanya maupun saat membujuk-nya, ia rindu.

Sibuk dengan pemikirannya, hingga Kev tidak sadar bahwa Dev sekarang ini sudah ada disampingnya dengan sebotol air mineral ditangan.

Kev menengok kearah dimana Key terbaring, kursi yang tadi diduduki Dev sudah berganti dengan mami Farah yang memegang tangan Key. Pandangan Kev beralih kepada Dev, "Kapan tante dateng?"

Bodoh. Satu kata ajaib yang saat ini Dev batin.

"Baru aja, emang lo nggak liat mami masuk?"

Kev menggelengkan kepalanya dan meraih gelas berisi teh hangat yang tadi Dev buat.

Devon hanya tersenyum menanggapi ke O2N sahabat kecilnya itu. Ya, OON!

***

"Gila si Devon, kalo bukan temen gue, abis tuh anak!"

Mendengar celoteh temannya yang dari tadi persis burung, Chandra terkekeh dan menoyor kepala Yoga. "Eleh, gayaan lo Yog, tempeleng sekali sama Devon KO juga lo."

Yoga menatap tajam Chandra, sedangkan yang ditatap hanya acuh dengan sikap sahabatnya yang satu ini.

"Enggak usah natap gue kek gitu, ntar lo naksir." Cetus Chandra mampu membuat Yoga mengalihkan pandangannya.

Chandra tersenyum miring, itu salah satu cara agar terbebas dari Yoga.

Yoga, cowok yang paling jijik sama yang namanya cowok godain cowok. Sama cewek yang agresif aja dia bisa teriak-teriak apalagi cowok.

***

Siang berganti sore. Sore berganti senja. Senja berganti malam. Dan dimalam ini, adalah malam bahagia bagi keluarga Siregar. Bukan acara malam ulang tahun, melainkan malam dimana Key dapat membuka matanya lagi setelah beberapa waktu hanya terbaring tanpa sadar.

Puji syukur dan selamat serta doa mengiringi malam bahagia itu, sanak saudara dan rekan ikut serta berbahagia.

Sangat tampak dengan jelas raut wajah mami Farah sangat bahagia berada disamping princess kesayangannya. Tak hanya mami Farah, namun papi Bayu, Dev, Oma-Opa, Yangti, dan yang lainnya juga tampak bahagia.

Wajah Key yang tadinya putih pucat, sekarang sudah mulai berangsur normal. Yang tadinya hanya diam menatap sekeliling, sudah mulai melihatkan senyumnya. Yang tadinya masih menggunakan uap sekarang sudah dilepas dan tinggal selang oksigen. Banyak kemajuan sejak beberapa jam yang lalu.

Dev yang tak sengaja melihat kearah Kevin, tak berhenti bertanya pada dirinya sendiri. Kenapa Kev ngelihat Key kayak gitu? Kenapa Kev diem aja? Kenapa Kev jadi senyum terus ngelihat Key? Apa Kev masih suka sama Key? Tapi kalau emang Kev masih suka sama Key kenapa diem aja? Biasanya dia cerita sama gue.

Banyak pertanyaan yang bergerilya pada otaknya, namun apa boleh buat? Ingin bertnya apakah sopan meminta izin keluar mengajak Kevin pada saat berkumpul seperti ini? Hanya untuk membahas persoalan yang tidak terlalu penting itu.

Semua hanya Dev diamkan dan nanti jika saatnya pas, Dev baru menanyakan.

***

Pagi itu Key bangun terlebih dahulu, dimana yang lain masih berada dialam mimpinya masing-masing dan Key sudah terbangun. Namun salah, ternyata abangnya sudah bangun terlebih dahulu.

Devon sedang asyik memainkan benda pipih berlogo apel yang sudah hilang separuh bagiannya itu, tanpa mengetahui bahwa princess kecilnya sudah sadar dari alam mimpinya. Sedangkan Keyfly sedang mati-matian menahan tawanya agar tidak disadari oleh sang abang.

Namun bagaimana-pun, setiap orang yang ditatap atau apapun itu pasti secara alamiah merasa ada yang mengganjal, dan itu berlaku juga pada Devon.

Mata Devon terbelalak saat melihat adik semata wayangnya saat ini sudah terbangun, namun bukan itu yang mengagetkan Devon, namun darah yang keluar dari hidung Key-lah yang membuat Devon kaget setengah mati.

Dengan cepat Dev bangun dari tempatnya berbaring dan menyambar sekotak tisu, "Lo mimisan dek!"

Menyadari kode gerak bibir abangnya, Key langsung memegang bagian bawah lubang hidungnya, dan benar jika memang saat ini darah keluar dari hidungnya.

Keyfly mengambil beberapa lembar tisu yang Dev bawa dan mengelap darah tersebut.

Dada Key kembang kempis tak beraturan.

T A K U T. Satu kata yang saat ini dirasakan Keyfly. Sudah lama sekali rasanya dia tidak mengalami mimisan setelah kelas 1 SMP.

Sudah beberapa lembar tisu yang Key gunakan untuk mengelap darah yang ada dihidung, namun darah itu terasa tak ada hentinya. Dev, sebagai abang juga merasa yang sama.

Hingga Dev teringat satu hal, yaitu apa yang pernah yangti lakukan saat dulu Key mimisan saat dirumah yangti.

Dengan sigap, Dev lebih mendekatkan diri kepada Key dan mengangkat dagu Key sedikit agar lebih mudah untuk mempraktekkan apa yang yangti lakukan dulu.

Key mengernyit saat melihat abangnya sedikit memijat hidung bagian atas-nya. Tak lama segumpal darah keluar dan mimisannya-pun berhenti.

Key ingat. Key mengingatnya.

Apa yang abangnya lakukan saat ini, adalah hal yang dulu pernah yangti lakukan padanya semasa kecil dulu dirumah yangti.

Key tersenyum menatap abangnya yang saat ini sedang membersihkan sisa darah dihidungnya. "Thank you, prince"

Mendengar bisikan adiknya, Dev menatap Key yang sedang tersenyum padanya. "Jangan buat abang takut dek, abang sayang kamu, mami, papi, mereka sayang sama kamu dek. Jangan buat kita panik lagi dek." Ucap Dev menegakkan badannya dan membelai lembut kepala adiknya yang masih tertutup perban.

Hati Key berdesir, 'Apa segitu mengkhawatirkan keadaanku? Berapa banyak air mata mami yang menetes? Maafin Key mami.'

*******

Boyolali, 24 Januari 2018

K E Y F L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang