13 | The Wedding

250 15 3
                                    

Hari ini. Hari dimana perubahan status bagi dua insan yang dipertemukan secara sengaja oleh kedua orang tuanya. Dipertemukan secara sengaja, hmmm mungkin memang takdir mereka seperti itu.

Semua persiapan tidak melibatkan Dena maupun Juna, orang tua merekalah yang mempersiapkan. Karena memang, Juna maupun Dena tidak menghendaki acara yang mewah. Hanya ijab qobul yang dihadiri keluarga dan rekan dekat saja. Bahkan, pernikahan ini tak diketahui teman maupun rekan - rekan mereka berdua. Acara ini sudah seperti acara kedua orang tuanya. Mereka memutuskan tanpa pesta, mungkin iya, setelah salah satu di antara mereka wisuda.

Mengingat Dena juga masih berstatus mahasiswa baru dan yang ia nikahi adalah salah satu manusia yang dikagumi banyak kalangan di Fakultasnya. Apalagi rumor - rumor, Junalah yang diminta maju untuk menggantikan posisi Jeffry di tempat tertinggi organisasi kampus.

Di semester 4, ia di amanatkan untuk menjadi Wakil Ketua BEM Fakuktas Ekonomi, sayangnya di pertengahan jabatannya, Ketua BEM Fakultas Ekonomi mengalami kecelakan yang mengharuskan ia kembali ke sang pencipta. Maka dari itu, ia di amanatkan menggantikan sang ketua untuk duduk di bangku Ketua BEM Fakuktas Ekonomi. Dan sekarang, tersebar rumor bahwa Juna menjadi calon yang akan di naikkan ke BEM Universitas untuk menggantikan posisi Jeffry.

Setelah jas putih membalut tubuh Juna. Hati Juna mendadak bersorak tak karuan. Perasaannya saat ini sangat sangat campur aduk. Dalam sekejab, ia akan memiliki tanggung jawab yang sangat besar.

Ia duduk tak tenang di depan ayah Dena. Senyumnya entah hilang kemana dan digantikan dengan wajah yang begitu tegang. Sekali seumur hidup, ia akan mengucapkan ijab qobul atas nama Adena Nathania.

"Bismillahirrohmanirrohim"
"Saya nikahkan dan kawinkan, engkau dengan anak kandung saya Adena Nathania dengan mas kawin uang sebesar dua juta sembilan belas rupiah, emas 26 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

Juna menarik nafas dalam sebelum mengucapkan kalimat sakral tersebut.

"Saya terima nikah dan kawinnya Adena Nathania Binti Jerry AlFaruq dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Juna dengan satu kali tarikan nafas.

Sunggu, ia bernafas lega ketika para saksi mengucapkan 'sah' perasaan yang memburu tadi mendadak lenyap dengan sendirinya. Senyum simpul dapat terlihat dari raut wajah Juna, air mata sang bunda memancarkan kebahagiaan.

Tak berbeda dari seorang gadis yang kini statusnya telah berubah. Dena meneteskan air mata ketika suara lantang seseorang menyebutkan namanya dalam satu kali tarikan nafas. Ia berdiri, mengapus air mata yang tadi terjatuh, mengikuti kakaknya yang akan membawanya turun.

Juna berdiri dengan senyum ketika melihat Dena turun dari anak tangga. Ia reflek mematung ketika Dena semakin dekat. Ekspresinya sangat sulit untuk di artikan. Dena menyalimi tangan Juna ketika ia tepat di depan Juna dan dengan malu malu, Juna mencium kening Dena, cukup lama dengan sebuah bisikan manis di telinga Dena.

"Mine."

Acara demi acara telah usai. Tubuh Dena rasanya sudah remuk tak bersisa. Kakinya sangat kaku untuk di gerakan, heels sialan itu seharian menempel di kaki Dena tanpa enggan untuk melepaskan diri. Walaupun gaun panjang yang berat menempel indah di tubuh Dena.

Juna tersenyum ketika melihat istrinya duduk di tepi ranjang dengan memijat kakinya. Ia menghampiri dengan senyum.

"Siniin," ucap Juna sembari mengangkat kaki Dena, meletakkan di pahanya dan mulai untuk memijat.

Dengan cepat, Dena menarik kakinya. "Gak papa kok kak," ucapnya cepat.

Juna tak menggubris ucapan istrinya, ia menarik kembali dan kembali memijat dengan pelan. Ia tidak pernah tau bagaimana rasanya mengenakan heels seharian, kaki Dena terlihat  memerah. 'Apakah sesakit itu?' ucap Juna dalam hati.

My Lovely Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang