Bantu Kami Tuhan

442 131 75
                                    

       Ribuan dedaunan memberikan nuasa memukau dikala mata masih meremang

   Hembusan angin pun mulai      berani menyusut indera peraba
Yang menyegarkan setiap celah

    Serta embun di pagi hari merekah
Laksana cahaya mentari yang datang kian mendekat

Menghampiri pasukan bumi...

Memberikan senyuman...

Memberikan kebahagiaan.

   Sebarang siapa saja yang melihat keindahannya

     Burung-burung berkicauan seolah sedang menyanyikan lagu impian.

Membuat semua tepekur takjum
Mendengarkan alunan melodynya

    Sukma cerita dalam duka

Bisakah aku bertanya tentang keindahan tuhan ini?

    Masihkah bisa diri ini berkelimbung bersama nikmatnya???

Masih bisakah?

Masih bisakah??
Ya Tuhan...

           Kami pendosa..
     Manusia pendosa...

   Engkau begitu cermat..
Menghadapi manusia yang menentangmu..

   Suara hatiku kan kusuarakan

Aku ingin berada dijalan yang engkau tuntun..

Tapi selalu tak bisa

  Selalu ada dinding penghalang!
Rasanya teramat berat...

     Seperti ditikam sembilu dengan tusukan bertubi-tubi.

Aku ingin bersamamu tuhan..

     Namun egoku terlalu besar..
Hingga mengambil segelintir perasaanku padamu...

Manusia biasa itulah kami ...
Yang menjadi realita bahwa kami masih lemah kesadaran..

Mudah terombang-ambing dan tidak tahan banting..

     Bantu kami tuhan dengan segala karuniamu...

     Bantu kami tuhan dengan cahaya hidayahmu...

Hingga hati ini kan menetap pada suatu titik cahaya..

Hingga hati ini konsisten dengan segala yang terjadi..

Hingga tiba masanya dimana masa manusia menyadari keegoisannya..

       Dan pada akhirnya menetap kembali menuju kasih sayangmu....

                          ====

      Puisi ini ber-tema-kan "Susahnya menjemput hidayah"
Kenapakah begitu! Karena ketika aku membuat puisi ini. Aku teringat keluhan teman-temanku yang ingin berbuat baik. Tapi tidak tahu harus apa?

   Ingin rajin ibadah tapi susah melaksanakannya! Ingin ini, ingin itu.. Namun tak kunjung menjadi realita.

Sedih memang mendengarkannya..

Itu baru ingin.
Belum merangkak menjadi tindakan.

     Puisi inilah yang menjadi keprihatinanku pada mereka...

Dan menyadarkan ku akan satu hal....
Bahwa hidayah itu milik tuhan, hanya miliknya.

Kita boleh menjemput hidayah, tapi tanyakan dulu hatimu itu tulus dan ikhlas atau tidak?

    Masih adakah ego lain yang bersemayam atau tidak?
Atau maksiat yang belum dituntaskan. Misalnya jika menyakut-pautkan dua belah pihak, setidaknya saling bermaaf-maafan.

    Puisi ini menurutku sejuta makna... Entahlah kalau menurut kalian. Bukan tetang nilai religius
saja.. Tapi ada makna lain juga didalamnya ...

Tentang kesungguhan.

   " Suara hatiku kan kusuarakan" pada kalimat ini menunjukan bahwa kita memiliki suara hati yang tak pernah tersentuh oleh orang lain. Hanya kita yang tahu...

Suara hati yang seharusnya berada dijalan yang benar.

Entahlah suara hatimu sedang berada dimana?
Jalan yang benar atau salah..

Tapi yang jelas puisi ini mengajak untuk kebaikan ....

Semoga bermanfaat

===

Puisi kali ini...
Cukup berarti bagiku, karena tanpa disadari kita juga kadang ingin menolong orang lain. Tapi masih pakai mikir, padahal termasuk perbuatan baik lho...

Pengen masuk surga? Males ibadah ... Tanpa disadari kadang. Nafsu kita terlalu kuat menguasai.

Huh, memang begitulah... Kadang aku suka pusing sendiri mikirnya..

Ya sudahlah. Gitu aja.

Puisi berikutnya akan datang..
Ditunggu saja lah..
.
.
.
.
.
.
Arrivederci
.
.
.
.
.
.
.
.
Happi Dokusho

Dari Kalbu Puisi kan TercurahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang