2

12 2 0
                                    

"Jika memang bisa mengubah takdir, bisakah aku kembali bertemu dengan orang-orang yang menyayangiku?"

To tok tok


"Apa kali ini aku bisa masuk ka?" ucap seseorang dari luar keras, sambil berteriak.

"Sepertinya aku mengenal suara itu" ucapku dalam hati

Ketika aku menoleh kearah dimana suara itu berasal. Aku sudah menduganya itu si cowo kepedean yang menyebut bahwa aku suatu saat akan merindukannya.

Cowo macam apa dia itu, sungguh aku tidak habis fikir. Memiliki teman sekls seperti dia, entah bagaimana nasibku nanti Tuhan.

"Bisakah kau lebih sopan pada seniormu? Dan bisakah kau tidak berteriak seperti tadi? Itu sungguh memalukan" ucap ka dira dengan intonasi yang tinggi.

"Sorry ka, aku hanya memastikan apakah ada orang yang masih hidup disini? Karena kelas ini sangat hening dan membosankan" ucap david yang tidak mau kalah dengan ka dira.

"Jika kau membuat ulah dan tidak menjaga kesopananmu, jangan berharap bisa masuk kelas ini lagi" ka dira pun pergi meninggalkan ruangan kelas.

Aku hanya menutup mukaku dengan buku, aku tidak ingin cowo itu melihatku dan mengucapkan hal yang bisa dibilang tidak penting bagiku.

Namun semesta berkata lain, ketika aku hendak membuka buku
Yang menutupi wajahku. Betapa terkejutnya aku melihat david sudah ada dihadapanku dengan wajahnya yang ia topang menggunakan kedua tangannya.

"Apa kau gila???" ucapku sambil mencoba menenangkan jantungku yang berdetak tidak beraturan.

"Sudah kuduga kau nona, aku tetap bisa mengenalmu walau dengan wajah yang tertutup buku" ucapnya dengan nada ejekan padaku

"Kau tidak merberi tahukan ku siapa namamu? Anggap saja kita akan menjadi teman yang akrab dan baik" dia pun mengulurkan tangannya padaku sambil menaik turunkan alisnya, menandakan untuk menerima uluran tangannya itu.

"Clarisa" ucapku datar, lalu pergi keluar kelas.

"Baiklah clar, kau memang jual mahal nona. Tapi aku menyukainya" ucapnya sambil berteriak dengan suara lantang.

Apa cowo itu gila, dia hanya bisa teriak dan teriak. Aku tidak ingin berlama-lama dengannya.

"Aduhh gara-gara cowo rese itu, aku jadi lupa tidak mengajak vivi ke kantin" ucapku lesu, lalu duduk dibangku yang berada di koridor sekolah.

"Apa kau tau, menurutku lelaki itu baik. Aku ingin berkenalan dengannya, bisakah kau membantuku?" ucap seseorang yang tiba-tiba sudah duduk tepat disampingku, jujur aku sedikit terkejut dengan kehadirannya. Tapi aku mencoba biasa saja melihatnya.

"Namaku vanes, aku sekelas denganmu. Hanya saja aku duduk dibangku belakang" ucapnya tersenyum dan mengulurkan tangan.

"Aku..."

"Clarisa kan? Aku tau ko." dia pun meraih tanganku agar menyambut uluran tangannya.

"Sejak pertama kali aku melihatnya, aku rasa aku tertarik dengannya." ucapnya tersenyum.

"Apa cewe ini masih waras, menyukai cowo rese itu. Sepertinya aku harus menyadarkannya" ucapku dalam hati

"Baiklah risa, aku pergi dulu. Jangan sungkan untuk bertanya dan menyapaku" vanes pergi sambil melambaikan tangannya padaku. Akupun membalasnya dengan senyuman.

Ketika aku beranjak pergi menuju kantin, ada seseorang yang menarik tanganku untuk duduk kembali. Sontak aku pun terdorong untuk kembali duduk.

Ketika aku melihat kesamping, ternyata si cowo rese itu. Dunia ini begitu sempit. Sampai aku harus bertemu dengannya lagi. K

"Aku mencarimu nona, ternyata kau sedang duduk disini. Aku kira kau akan ke kantin, sepertinya kau menunggu teman untuk ke kantin?" ucapnya dengan tawa dan nada ejekannya.

Aku tidak mengubris kata-katanya itu.

"Lebih baik aku pergi saja dari sini, aku malas mendengar suaranya dan melihatnya" gumamku dalam hati.

Ketika aku bangkit, dia menarik paksaku lagi untuk duduk. Sungguh dia cowo paling rese di dunia Kau memang cowo gila, aku ingin pergi. Bisakah kau tidak menggangguku."

"Sabar nona, aku hanya ingin bertanya sebelum kau pergi" ucapnya dengan santai

"Apa yang ingin kau tanyakan, aku akan memberimu waktu 1menit. Dan dimulai dari sekarang" ucapku sambil menekan tombol arlojiku.

"Nona kau seperti orang sibuk saja hahaha"

"Baiklah nona clar, apa kau tau mahasiswa yang duduk dibangku belakang. Dia sangat manis, aku dengar namanya vanes. Apa kau mengenalnya?"

"Aku tidak yakin, kalau aku mengenalnya" ucapku dengan nada cuek.

"Ayolah nona, kau pasti mengenalnya. Aku melihatmu berbicara dengannya disini" ucapnya dengan nada merajuk, seperti anak kecil yang meminta permen.

"Jika kau tau, kenapa kau masih bertanya padaku kalau aku mengenalnya atau tidak."

"Aku hanya memastikan saja nona, bisakah aku berkenalan dengannya?"

Kali ini dia memasang ekspresi tidak seperti biasanya. Matanya yang coklat, menatapku dengan tatapan yang sulit terbaca olehku.

Kenapa aku jadi memperhatikan matanya, aku pasti sudah gila.

"Nona nona.. Bisakah kau tidak melamun?"

"Waktu 1menit habis, aku harus pergi." ucapku dan bangkit dari duduk ku, lalu berjalan menjauhinya.

"Nona nona...." dia memanggil dan berteriak.

Entah kenapa aku jadi merasa gugup dan kikuk, saat pertama kali aku bertatapan dengannya. Jika dia melihatku seperti ini, dia pasti mengganggapku bodoh.

"Ayoo sadarlah, aku tidak mungkin bersikap kikuk seperti ini jika hanya melihatnya" aku memukul kepalaku, hanya untuk memastikan bahwa aku tidak hilang kesadaran.

Lalu seseorang menepuk pundakku, menyadarkanku dari kehilangan akalku saat bertemu dengan cowo rese itu.

Akupun melihat kebelakang dan memastikan siapa yang menepuk pundakku.

"Risa apa kepalamu baik-baik saja? Aku melihatmu memukul-mukul kepalamu sepanjang jalan di koridor" ucap seseorang itu, dengan nada khawatir padaku.

"Aku tidak apa-apa hanya sedang pusing saja, sepertinya aku kurang istirahat saja"

"Aku akan mengantarmu ke UKS" ucapnya dengan memegang tanganku.

"Tidak usah vanes, aku baik baik saja. Aku akan ke kelas" ucapku mencoba tersenyum.

Yap orang tersebut adalah vanes, orang yang berkenalan denganku beberapa saat yang lalu.

"Baiklah, kita bareng saja ke kelas. Aku juga akan kesana" dia pun menopang pundakku agar aku tidak terjatuh.

Aku hanya menjawab dengan anggukan, lalu tersenyum.

Kamipun berjalan menuju kelas. Vanes orang yang baik, dia memiliki rambut panjang sepundak yang dia biarkan tergerai. Dia memiliki kulit putih yang bersih. Pantas saja cowo itu menyukainya, dia baik dan ramah pada semua orang.

"Vanes aku mengenal david. Aku akan membantumu berkenalan dengannya. Aku yakin dia juga ingin mengenalmu" ucapku tersenyum.

"Terima kasih risa, kita akan menjadi teman baik" diapun membalas senyumanku.

Baiklah, aku akan mencoba menolong mereka berdua. Walaupun cowo itu rese, tapi setidaknya vanes adalah temanku yang sangat baik padaku.


















Bersambung...
Maaf typo bertebaran guys
Jangan lupa bahagia, eaaaa😂

Making It ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang