"Ketika aku sadar bahwa dia bukan lagi seseorang yang aku kenal, aku hanya bisa tersenyum palsu melihat tingkahnya."
"Vanes aku mengenal david. Aku akan membantumu berkenalan dengannya. Aku yakin dia juga ingin mengenalmu" ucapku tersenyum.
"Terima kasih risa, kita akan menjadi teman baik" diapun membalas senyumanku.
Aku dan vanespun tiba di kls, ketika vivi hendak bertanya apa yang terjadi. Aku hanya bisa menjawab bahwa aku tidak apa-apa dan semuanya baik-baik saja.
Apa kalian tau, aku sudah seperti orang yang kehilangan akal jika banyak memikirkan david. Maksudku cowo rese itu. Aku tidak ingin berlama-lama dengan fikiran tentang dia.
"Aku baru tau, jika kau ternyata mengenal vanes." ucap vivi yang sedari tadi gatal ingin bertanya padaku.
"Aku hanya kebetulan bertemunya di koridor, dan saat aku merasa pusing dia menolongku"
Vivi pun hanya meng oh kan jawabanku. Setidaknya aku sudah memberitahukannya, dengan cerita singkat. Aku terlalu malas jika bercerita dengan panjang lebar.
"Risa aku akan pergi ke perpus, apa kau ingin ikut? Lagipula istirahat ini cukup lama, aku penasaran bagaimana suasana perpus disini"
Melihat ekspresi dan tingkah vivi yang sangat bersemangat. Akupun mengiyakan kata-kataya. Setidaknya aku pergi bersama vivi tidak sendirian seperti anak hilang.
Ketika sampai di perpustakaan, aku melihat kearah kanan dan kiri. Sesekali bergumam bahwa dia tidak ada disini aku juga melihat sudut-sudut tempat membaca buku. Disana dia juga tidak ada.
"Kemana perginya dia, biasanya dia menampakan diri dimanapun" gumamku pada diri sendiri
"Clarisa are you okay? Aku perhatikan sejak tadi kau seperti mencari sesuatu."
Pertanyaan vivi seolah menyadarkanku kembali pada dunia ini.
"Ahh itu, aku memang sedang mencari seseorang. Tapi sepertinya dia tidak disini"
"Siapa yang kau cari? Apakah vanes? Setahuku dia jarang ke perpustakaan."
"Bukan vanes, vi sepertinya aku mulai lapar bagaimana kalau kita ke kantin saja?" ucapanku ini memang mengalihkan pembicaraan soal siapa yang aku cari.
"Aku tidak memiliki selera makan, kau saja yang pergi sendiri. Aku akan disini saja"
"Baiklah, bye vivi" aku pun melambaikan tangan padanya lalu berlari kecil ke arah pintu keluar perpustakaan.
Ketika aku membuka pintu, betapa terkejutnya aku ternyata cowok rese itu ada di depan pintu sambil memperlihatkan senyum gigi kudanya.
"Kau memang sudah gila, bisakah kau tidak membuat orang lain terkena serangan jantung?" ucapku dengan nada tinggi
"Nona jika kau benar terkena serangan jantung, aku akan dengan sukarela mengantarkanmu ke rumah sakit"
"Itu tidak perlu, serangan jantungku sudah sembuh" akupun berjalan menuju ke arah kantin.
Tapi si cowok rese itu malah mengikuti ku, sekarang dia berada dibelakangku sambi sesekali bersiul. Sungguh itu sangat menggangguku.
"Bisakah kau diam, aku merasa terganggu dengan siulanmu. Apa kau tau, aku lebih suka mendengar suara burung beo daripada siulanmu itu" ucapku dengan tegas padanya. Aku harap dia mengerti maksudku.
"Whoow kau sedang kedatangan tamu nona, sepertinya hari ini moodmu tidak baik" diapun tertawa seolah itu hal yang lucu.
Ketika aku hendak meninggalkannya, dia malah menarik tanganku. Entah kenapa ada sesuatu yang tidak biasa dengan jantungku.
Lalu dengan spontan aku menghadap ke arahnya, dia menatapku dengan ekspresi yang sulit dibaca. Bukankah tadi dia tertawa? Kenapa sikapnya jadi seperti ini. Lelaki aneh.
Ketika dia menatapku, perlahan dia maju dan mendekat ke arahku dan akupun hanya bisa menjauhkan diri darinya yang semakin lama semakin mendekat dan sekarang ketika aku mundur ternyata dibelakangku adalah tembok. Tembok ini sangat mengahalangi langkah mundurku.
Dia masih terus berjalan maju ke arahku, lalu saat wajahku dan wajahnya sudah berjarak sekitar 7cm aku malah menutup mataku. Ketika aku sadar tidak terjadi apa-apa, akupun perlahan membuka mata.
"Apakah aku tampan jika kau melihatku dari jarak sedekat ini?" ucapnya masih dengan tatapan yang sama dengan sebelumnya.
Aku pun langsung mendorongnya menjauh dari diriku. Aku harap dia tidak mendengar jantungku ini sempat berdetak dengan tidak karuan. Dan mukaku, sial muka ini malah berwarna merah muda disaat seperti ini. Aku pun mencoba mengatur nafasku tanpa menatapnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau sangat tidak ada kerjaan"
"Nona mukamu sangat lucu saat berwarna merah muda aku menyukainya" ucapnya sambil diiringi dengan tawa.
"Apa yang kau inginkan, bisakah kau hidup dengan tenang tanpa menggangguku??"
"Hidupku selalu tenang jika mengganggumu dan jika dekat denganmu"
Kata-kata itu seolah membuatku terdiam, dan tidak tau harus berbuat apalagi. Aku tau dia mengatakan itu bukan padaku saja, kenapa aku jadi seperti ini sih. Perasaan macam ini.
"Tadi kau sangat cerewet, lalu sekarang kau tiba-tiba diam seperti patung new york"
"Hah apa?"
"Nona apakah telingamu juga bermasalah sampai-sampai tidak bisa mendengarkan ucapan ku?"
"Tidak tidak aku baik, aku... aku.... Apa yang kau inginkan sebenarnya?" ucapku menyembunyikan rasa gugup yang sedaritadi menghantuiku.
"Jika aku menginginkanmu, apakah kau akan mengabulkan permintaanku nona? Atau jika aku menyukaimu apakah kau akan menyukaiku juga?" ucapnya sambil menatap ke arahku, seolah meminta jawaban atas pertanyaannya itu.
Cowok ini memang aneh, dan sulit dimengerti apa maksud dari kata-katanya yang dia ucapkan padaku. Seketika jantung ku ini kembali tidak karuan, apakah maksud dari semua ini. Kenapa dia terkadang bersikap menyebalkan padaku dan tiba-tiba dia bersikap serius padaku. Aku tidak mengerti situasi ini.
TBC guys💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Making It Complicated
Randomhidup memang terasa sulit jika kita, tidak mau berusaha. tetapi jika usaha kita memang ditakdirkan tidak bisa terjadi, apa boleh buat kita harus menerima dan menjalaninya walaupun berat rasanya. atau kita bisa membuat usaha yang baru untuk melupakan...