Chapter 6 : Di kebun Bunga Kanola

16 1 0
                                    

               Sepeda meluncur ke daerah pinggiran kota. Langit musim semi berwarna biru cerah. Sinar matahari bersinar lembut, mengikuti perjalanan kami. Di kiri kanan jalan berbaris bunga sakura. warna merah bunga sakura menyemarakan perjalanan kami.

               Aku merasa seperti masuk ke negeri dongeng. Tempat ini sangat cantik. Aku belum pernah ke sini. Chris pintar sekali memilih tempat berkencan. Atau dia ... memang sudah sering ke sini? seperti katanya tadi, jalan raya pun hapal dengan roda sepedanya. Jangan-jangan setiap kali berkencan dia datang ke sini.

               Entah mengapa hatiku rasanya seperti dicubit. Sakit ... sekali, saat itu juga aku melepaskan peganganku di pinggangnya.

"Ada apa?"

Aku diam saja.

"Kamu mau berhenti di sini?"

"Eh."

"Capek?"

"Em ..."

"Tunggu ya. Sebentar lagi kita sampai. Akan aku tunjukkan tempat favoritku. Kamu pasti suka. Dekat kok. Rasa capekmu pasti hilang."

               Dari kejauhan aku mendengar suara tawa anak kecil. Aku jadi terkenang dengan masa kanak-kanakku. Hatiku terasa ringan dan lega. Aku berusaha menepis pikiran bahwa dia juga ke sini bersama gadis lainnya. Suara anak-anak kecil yang riang selalu menjernihkan suasana. Aku tak ingin pemandangan indah ini tertutup oleh rasa kesalku.

               Persetan dengan teman kencannya. Yang penting aku disnini bersamanya. Dan yang lebih penting lagi, aku bisa mengenal tempat yang indah ini. Aku tak ingin melewatkan sedetikpun untuk menikmati keindahan. Udara yang ku hirup begitu segar. Ditengah perjalanan dia berhenti.

"Waktunya makan. Ayo turun," katanya sambil mengeluarkan saputangan dari kantongnya dan membentangkannya di rumput.

"Silakan, tempat duduk khusus Tuan Putri."

"Terima kasih."

               Kemudian kami bersama-sama duduk diatas rumput dan memandang sekeliling. Di mana-mana tampak hemparan kebun bunga Kanola.

"indahnya!" kataku sambil menghirup udara segar. Chris mengangguk dengan bersemangat.

"Indah bukan? setiap musim semi aku pasti ke sini. Makanya sekarang aku mengajakmu."

"Terima kasih. Ya." Tiba-tiba diotakku terlintas lagi pikiran buruk. Tanpa ragu aku menanyakannya.

"Kamu ... sering mengajak pacar-pacarmu ke sini?"

"Hahahahaha ... " Dia tertawa. Aku cemberut melihatnya tertawa terbahak-bahak menjawab pertanyaanku.

"Aku baru kali ini mengajak perempuan ke sini," jelasnya.

Aku tak percaya, tak mungkin anak se-sableng dia sama sekali tidak pernah mengajak pacarnya kesini. Chris memegang bahuku dan mengarahkanku ke arahnya hingga kami berhadapan. Aduuh ... rasanya jatung ini kehilangan ritmenya.

"Kamu tidak percaya? Coba lihat lagi mataku," kata Chris Serius.

"Buat apa? Aku sudah tau kau punya dua buah mata, "jawabku ketus. Lagi-lagi dia tertawa dan lagi-lagi juga pikiran mengenai pacar-pacar Chris hadir dalam benakku.

"Kamu kenapa?"

"Memangnya aku kenapa?" aku berbalik menanyakannya.

"Hari ini kamu aneh. Seperti orang linglung."  Aku kemudian membuang mukaku, "Linglung, tapi kamu sukakan?" ucapku dongkol. Yang kemudian disambut lagi dengan gelak tawanya yang terbahak-bahak. 

"Ya ampun kamu lucu sekali," ucapnya sambil menghapus air mata. "Aku sudah menyukaimu sejak kita pertama kali bertemu. Aneh ya seperti di film-film, tapi itu benar-benar terjadi padaku."

                   Jantungku berdetak semakin cepat , mendengarkan ucapannya. Dengan sekuat tenaga aku berusaha mengendalikan diri. Aku tidak boleh besar kepala. Mungkin itu hanya rayuan gombal. 'Ingat ya, kau di sini datang sebagai anak SMA. Jadi wajar saja dia menyukaimu,' ucapku dalam hati. Tapi entah kenapa, aku merasa nyaman disisinya. Dia sangat menyenangkan.

"Mau coklat?" Dia memberikan coklat yang sudah disiapkannya di keranjang.

"Terima kasih." Ketika coklat itu aku makan, coklat itu langsung mecair dengan lembut. Rasanya sangat lezat sekali. Aku mencoba menutup mataku sambil menikmati rasa coklatnya dan dengan suasanya taman bunga ini serasa terbang ke awan.

                 Aku membuka mataku lagi untuk menikmati coklat itu di setiap gigitan. Tapi ternyata dari arah samping Chris sudah memandangiku dari tadi. Wajahnya begitu dekat sehingga aku dapat merasakan hembusan napasnya.

"Ah ... segarnya." Dia berusaha berdiri dan menggerakan tubuhnya.

Aku tau dia tersipu, bergitu pulang yang aku rasakan degan hatiku. Memandangnya dengan penam[ilan seperti itu membuat hatiku makin tidak karuan. Lengan kemejanya yang tergulung ke atas membuatnya makin tampak dewasa. Beda sekali dengan diriku yang masih SMP. Tapi hari ini aku mendapatkan pelajaran yang tak dapat dilupakan. Chris sebenarnya orang yang baik. Tapi sayang usia kita terpaut cukup jauh.



- bersambung -

FIRST DATEWhere stories live. Discover now