Di dalam kelas, ditemani cahaya senja dan barisan meja yang berjajar rapi, dua orang berdiri, yang perempuan tampak tegang, menunduk dengan tangan yang meremas rok, wajahnya yang cantik tertutup oleh untaian rambut, sedangkan yang cowok tampak cool, berdiri mengamati perempuan di depannya dengan kedua tangan yang berada di saku celana.
Si lelaki—Jackson—mengehela napas, melihat jam di dinding belakang kelas, ia berkata. "Sudah dua pulum menit," kata Jackson, mengingatkan waktu yang telah mereka habiskan dengan bengong di depan kelas.
Si perempuan—Nana—tampak tersentak, genggamannya pada rok semakin menguat. Tentunya Jackson tidak bodoh-bodoh amat dalam menilai situasi di antara mereka. Satu pria dan wanita dalam keadaan canggung, pasti aka nada suatu hubungan setelahnya.
Jackson menatap ke arah jendela, terlihat cahaya jingga dari sana. lelaki itu menghela napas, "Ada apa, Na?" tanya Jackson. Namun perempuan yang ditanya hanya bergeming dengan perasaan yang campur aduk. "Ungkapan perasaan, kah?" tebak Jackson, kembali menatap Nana.
Takut-takut. terlihat perempuan itu mengangguk pelan.
"Ya udah cepat katakan."
"Tapi, kamu sudah tahu," balas Nana pelan.
"Anggap aja aku nggak tahu," ucap Jackson tenang, menatap perempuan yang menunduk di depannya. "Jadi, nggak?"
Nana mengangguk.
"Kalau begitu, cepatlah."
Perlahan, Nana mengadah, membuat wajahnya yang tertutupi rambut mulai terlihat. Perempuan itu menghirup napas dalam, menenangkan diri. Lalu Nana mulai memberanikan diri menatap Jackson—lelaki tertampan di sekolah, dengan rahang tegas, rambut bergelombang, dan tubuh yang jangkung. Tentunya pernyataan ini terlalu sulit untuk Nana, mengingat mereka adalah sahabat. Yang Nana takutkan saat ini, ia tidak bisa lagi dekat dengan Jackson, ia takut lelaki itu ilfil dengan perasaannya.
"Na," panggil Jackson, mendesak untuk cepat mengutarakan perasaannya.
Nana pun kembali menatap lelaki di depannya, mulutnya yang sedari tadi terkantup rapat mulai bergetar, dan perlahan terbuka.
"Aku-" suara Nana tercekat. Perempuan itu balas meremas roknya sebagai pelampiasan rasa gugup.
Jackson menghela napas. "Cepet, Na. Udah sore," kata Jackson malas.
Entah kenapa, sikap tak acuh milik Jackson membuat Nana kesal. Lagian tidak seimbang banget, dirinya gugup setengah mati, sedangkan Jackson begitu tenang, melihat dirinya seperti melihat awan yang bergelantungan di langit.
Remasan tangan Nana pada rok semakin mengerat. Perempuan itu ketakutan.
Apa sikap tak acuh milik Jackson itu tanda kalau Jackson tidak mempunyai rasa padanya?
Nana menelan ludah kasar. Dadanya berdegup kencang, keringat dingin sudah terasa di tubuhnya. Bagaimana ini, Nana sudah ketakutan sebelum perang.
"Na," Jackson kembali memanggil, meminta Nana untuk mempercepat acarannya. Lelaki itu menguap, terlihat sekali kantuk yang menempel di wajahnya.
Kendati kesal dengan sikap Jackson, Nana malah lebih kesal dengan dirinya. Lagian, kenapa juga ia bisa jatuh cinta kepada lelaki sejutek Jackson? Oke, kesampingkan dulu rasa kesalnya, sekarang Nana harus cepat-cepat mengutarakan perasaannya. Perempuan itu menghirup napas dalam, mengepalkan tangan, dan saat ia sudah siap untuk mengungkapkannya. Tenggorokan Nana kembali tercekat, matanya membelalak tidak percaya.
Kenapa? Padahal ditolak juga nggak apa-apa.
Terdengar Jackson mengerang kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Jadi nggak sih?!"
Mulut Nana gelagapan, memaksa suara untuk keluar. Tapi bukannya ungkapan yang keluar, Nana malah mengeluarkan peringatan perang versi dua. Dengan tangan yang menunjuk-nunjuk, seperti menuduh, Nana berkata. "Besok!" kata perempuan itu dengan semangat. "Besok gue pasti ungkapin perasaan gue dan bilang kalau GUE SUKA LO!"
Nana pun lari, keluar dari kelas dan pulang ke rumah. Sedangkan Jackson, lelaki itu mematung tidak percaya. Bukannya tadi udah bilang? Batin Jackson. Dan lelaki itu pun tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jackson: Datang dan Hilang (END)
Short Story"Ketika separuh hati datang dan separuh lainnya hilang" ---Jackson--- Jackson menatap ke arah jendela, terlihat cahaya jingga dari sana. lelaki itu menghela napas, "Ada apa, Na?" tanya Jackson. Namun perempuan yang ditanya hanya bergeming dengan per...