Tidak seperti yang dipikirkannya, Jackson kira Nana akan melakukan drama seperti menghindar atau semacamnya. Dan jujur saja, memikirkan itu membuat Jackson terganggu. Selama ini Nana yang selalu mengejarnya dan jika itu terjadi, maka Jackson harus balik mengejar Nana. Membayangkan itu membuat Jackson mendengus sebal.
Tapi untungnya, pagi ini Nana datang dan langsung menemuinya, dengan wajah seperti tidak ada yang terjadi, perempuan itu meminjam buku catatan milik Jackson. Alasannya lupa ada PR, karena tidak ingin repot, Jackson memberinya.
Selagi Nana menyalin tugas di sebelahnya, Jackson mengamati perempuan itu dengan tangan yang menompang dagu. Entah kenapa ia merasa kesal dengan sikap Nana yang seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Apa benar perempuan itu amesia?
Nana sadar sedang diamati, perempuan itu mengadah, melepaskan matanya dari buku pada Jackson. "Ada apa, Jack?"
Dengan malas, Jackson membuang wajah. "Nggak," jawabnya tak acuh. Nana menatap bingung Jackson, karena ada yang harus dikerjakan, Nana memilih tidak memikirkannya, ia menggedikan bahu lalu kembali sibuk menyalin. Dan Jakcson kembali mengamati Nana. "Yang kemarin nembak gue, elo kan?" tanya Jackson pelan.
Tidak disangka, reaksi yang diterima Nana sangat mengejutkan Jackson. Perempuan itu terbatuk-batuk. Amat syok dengan pertanyaannya. Jadi, apakah selama ini Nana memikirkannya? sekarang perempuan itu gelagapan, menoleh kanan-kiri tidak nyaman. "Em, ng, A-Apa?" tanya Nana pura-pura.
Saat Jackson hendak mengulangi pertanyaannya, tiba-tiba Nana menutup bukunya dan memberikan pada Jackson. "Terimakasih, Jack," kata Nana.
"Eh, udah?" tanya Jackson, karena PR sekarang lumayan banyak.
Tapi Nina mengangguk. Belum Jackson berkata lagi, Nana sudah kabur. Lalu mendekati Adit yang sibuk memainkan ponselnya, merengek pada lelaki itu agar memberikannya contekan. Jackson yang mengamati itu di bangku belakang, berdecak kesal. Buat apa coba minjam padanya kalau ujung-ujungnya pinjam yang Adit juga?
Jackson yang kesal sendiri membuang wajah, berusaha untuk mengabaikan Nana yang sedang merengek pada Adit, namun Jackson tetap penasaran dan memasang telinga untuk memantau Nana. Terdengar kalau Adit mengajukan syarat.
"Apa?" tanya Nana, penasaran dengan syarat yang diajukan Adit.
Jackson menghela napas, telah terbaca pikiran Adit olehnya. Di samping itu, Adit sedang berpikir, menimbang-nimbang persyaratan yang cocok untuk Nina, dan lelaki itu tersenyum. "Bagaimana kalau sore ini kita kencan?" ajak Adit.
"Eh....," Nina tampak keberatan.
Jackson sudah tidak kuat lagi menguping percakapan Nana dan Adit, lelaki itu mengerang kesal, bangkit sambil meremas buku tugasnya. Ia tahu kalau Nana keberatan dengan persyaratan Adit, tapi Jackson tahu benar apa yang membuat perempuan itu keberatan, yaitu uang saku. Uang saku Nana untuk bulan ini sudah habis, dan sekarang perempuan itu kalang kabut seperti cacing kepanasan. Alasan dari giatnya Nana juga adalah ancaman dari ibu Lastri—ibu Nana. Ibu Lastri mengancam akan memotong uang saku bulan depan jika mendapati kabar tidak enak dari sekolah.
"Bagaimana kalau aku..."
Adit menghentikan ucapannya saat melihat Jackson berdiri di belakang Nana, wajahnya haus akan darah dan lelaki itu menimpuk kepala Nana dengan buku tugas yang digulung. Nana mengaduh sambil mengusap-ngusap kepalanya, perempuan itu berbalik untuk memarahi orang yang memukul kepalanya, tapi Nana langsung terdiam ketika mendapati Jackson dengan mata setajam silet.
"Ambil," kata Jackson dingin, menyodorkan bukunya. Setelah Nina menerimannya, Jackson menghela napas, memasukan tangannya ke saku celana, lelaki itu beranjak keluar kelas.
Cemburu? Batin Adit heran, lalu lelaki itu memalingkan wajahnya dari pintu kelas ke Nana yang ada di sampingnya. Namun perempuan itu tidak ada ditempat, Adit yang kebingungan menoleh mencari-cari Nana, terlihat perempuan itu sudah sibuk menyalin tugas. Ia mendesah, benar-benar tidak peka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jackson: Datang dan Hilang (END)
Short Story"Ketika separuh hati datang dan separuh lainnya hilang" ---Jackson--- Jackson menatap ke arah jendela, terlihat cahaya jingga dari sana. lelaki itu menghela napas, "Ada apa, Na?" tanya Jackson. Namun perempuan yang ditanya hanya bergeming dengan per...