Pukul 15.15
Kelas sudah sepi, pelajaran berakhir lima belas menit yang lalu, semua bangku sudah tertata rapih di atas meja, dan lantai juga sudah bersih. Hening sekali, padahal ada dua orang di meja terdepan, duduk bersisian dalam diam.
Entah Kenapa Nana tidak bisa pulang setelah kemarin ia bilang akan kembali mengungkapkan perasaannya, padahal tadi Nana sudah memberhentikan angkutan umum untuk pulang, tapi perempuan itu urungkan dan memilih kembali ke sekolah.
Nana berlari, ia takut Jackson menunggu. Setelah memasuki sekolah, melewati koridor kelas satu dan dua, Nana akhirnya sampai di kelasnya. Napas perempuan itu terengah-engah dan dadanya sesak, perlahan, Nana membuka pintu kelas, dan perempuan itu terkejut, dadanya bertambah sesak saat melihat Jackson duduk di kursi baris pertama.
Seusai kembali lagi setelah memberikan buku tugasnya, lelaki itu tampak marah dan mendiami Nana. Dan sekarang pun sama, Jackson diam tak acuh memainkan ponsel saat Nana berdiri di pintu kelas.
Nana sendiri takut untuk masuk, ia takut Jackson marah karena dirinya hendak pulang, padahal Nana sendiri yang bilang akan mengungkapkan perasaannya. Tapi... Nana merasa ragu, kendati Jackson selalu bersikap seperti mempunyai rasa padanya, tapi Nana tidak yakin. Itu bukan untuknya.
Terdengar tepukan, Nana yang bengong tersadar. Dilihatnya Jackson yang menepuk kursi di sebelahnya, meski wajahnya yang datar terus memandang ponsel. Nana menggigit bibir bawahnya, ragu, perempuan itu pun memilih masuk ke dalam dan duduk di sebelah Jackson.
Keduannya jatuh dalam keheningan, dengan detik jam yang menemani mereka. Setelah sepuluh menit mereka habiskan dengan diam, hingga di menit ke sebelas, Jackson bertanya. "Apa yang kamu suka dari aku, Na?" tanya Jackson.
Dada Nana berdetak di beri pertanyaan seperti itu. Perempuan itu menunduk dalam. Kenapa ia suka Jackson? Nana memikirkan pertanyaan itu. selintas demi selintas kenangan-kenangan bersama Jackson terbayang dalam benaknya, membuat senyuman di bibirnya dan kehangatan di hatinya.
Jackson yang melihat itu terdiam, dadanya berdebar kencang, hatinya ikut hangat. Apa yang Nana bayangkan tentang dirinya? Baru saja hatinya terbang melayang, Jackson kembali dibuat kesal ketika mendapati ponsel Nana bergetar dan yang punya langsung sibuk menatap layar.
Jackson berdecak. "Adit?" tebak Jackson sarkas.
Tanpa menoleh, Nana mengangguk, membuat Jackson sangsi dan melampiaskan rasa kesalnya dengan mescrol asal layar ponselnya. Tiba-tiba, ia mendengar suara di sampingnya, Jackson menoleh dan melihat Nana yang berdiri menghadapnya. Mata perempuan itu berwarna merah, seperti menahan tangis, kedua tangannya meremas rok gugup. Dari dadanya yang mengembung menahan udara, Nana mengucapkannya.
Mengucapkan perasaannya.
---
"Semuannya aku suka, saat kamu diam, saat kamu berbicara, saat kamu marah pun, aku suka. Semuanya... Jack," ucap Nana, dalam satu tarikan, tangannya semakin meremas kuat rok, pipinya sudah basah.
Jackson tercengang mendengar ungkapan Nana. Lebih tercengang ketika melihat air mata yang melintas di pipi perempuan itu. Ada apa ini? bukannya Nana selalu ceria? Apa ia sudah keterlaluan?
Nana terdiam menunggu jawaban dari Jackson, meski pun dalam hati, Nana sudah tidak berharap lagi dan itu membuatnya sakit. ia ingin ini semua cepat-cepat berakhir, namun balasan dari Jackson membuat hati Nana berdebar.
"Bener?" tanya Jackson memastikan, suaranya terdengar lembut.
Nana yang menunduk mengangguk. Perempuan itu pun memberanikan mengangkat kepalanya, penasaran dengan reaksi Jackson. Dan yang pertama masuk dalam pandangannya adalah sebuah senyuman. Jackson tersenyum.
"Aku juga...," balas Jackson sambil mengambil tangan Nana yang menggenggam rok. Lelaki itu melanjutkan, "Aku juga suka-" ucapan Jackson yang lemah lembut itu terhenti ketika mendengar suara pintu dibuka. Jackson menoleh, sedangkan Nana sibuk membersihkan air matanya.
Lima detik lelaki itu terdiam. "Nina?!" ucap Jackson tidak percaya, terperangah. Satu sahabatnya lagi sedang berdiri di ambang pintu. Semua atensinya jatuh ke perempuan itu. Tidak ada lagi Nana di dalamnya.
"Surprise!" ucap Nina, nyengir lebar, kedua tangannya terbentang.
"Kamu kapan pulang?"
"Kangen ya?"
---
Nina: Na, lo dimana? Bareng Jackson nggak?
Nana: gue di kelas
Nana: Iya, gue bareng Jackson
Nina: Bagus
Nina: Tolong tahan dia ya, soalnya gue mau bikin kejutan
Nana: Sip *emot jempol ngacung
---
Kemarin malam, Nina, saudara kembar Nana pulang dari Jepang. Berbeda dengan Nana yang bodoh, Nina sangat pintar dan perempuan itu mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar ke jepang. Satu tahun Nina habiskan di Negri orang.
Nana, Nina, dan Jackson sudah bersahabatan sejak lama. Awalnya Nana tidak mempunyai rasa pada Jackson, malahan yang Nana tahu, Jackson menyukai saudari kembarnya, dilihat dari Jackson yang amat sedih saat ditinggalkan Nina. Namun, setelah perginnya Nina, mereka jadi terus berduaan hingga tidak dipungkiri lagi, rasa itu ada.
Nana menghela napas, tiga meter di sampingnya, Jackson dan Nina sedang berpelukan, menuntaskan rasa rindu yang terpendam. Nana pun bangkit, tidak ada gunannya lagi ia diam di sini. Sudah jelas juga jawabannya, Jackson tidak pernah menyukainya. Perempuan itu pun keluar dari kelas. Wajahnya tertunduk di sepanjang koridor. Prioritasnya hanya satu, jangan menangis dan memperumit keadaan, kendati hatinya terus berdebar sakit.
Nina yang berjalan menunduk itu terdiam ketika ia menabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang. Dari aroma parfumnya yang tak asing, Nana tahu orang ini. "Adit...," panggil Nana lirih, seakan meminta bantuan.
Adit mendekap Nana. "Jangan ditahan lagi, Na," kata lelaki itu.
Nana pun menangis, memeluk Adit erat. Dan yang dipeluk hanya diam, memandang sedih perempuan yang memeluknya. "Kenapa harus dia, Na?" kata Adit, namun Nana terus menangis. Perempuan itu juga tidak tahu apa maksud Adit. "Bukannya aku yang lebih perhatian sama kamu?"
"Nana?" panggil Nina heran. Dari jarak lima meter di belakang Nana, Nina terdiam dan memandang bingung. Kerutan tercetak jelas di wajah Nina. Ada apa dengan Nana? kenapa saudari kembarnya menangis?
Ketika sibuk memikirkan apa yang terjadi, tiba-tiba Nina meringis sakit saat merasakan tangannya diremas kuat. Nina menoleh ke sebelah kanan, menatap Jackson yang memandang murka ke depan. Dilihatnya Nana dan Jackson bergantian. Ada apa ini?
Apa yang terjadi ketika ia pergi?
---
Ini adalah cerpen atau fancerpen dari novel kak Lia Indra Andriana yang sebentar lagi terbit di Penerbit Inari imprint dari @PenerbitHaru
Sekian, semoga suka cerpennya dan juga semoga menang lombannya T-T
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jackson: Datang dan Hilang (END)
Short Story"Ketika separuh hati datang dan separuh lainnya hilang" ---Jackson--- Jackson menatap ke arah jendela, terlihat cahaya jingga dari sana. lelaki itu menghela napas, "Ada apa, Na?" tanya Jackson. Namun perempuan yang ditanya hanya bergeming dengan per...