Matahari belum juga menunjukan wajahnya, namun di pagi buta ini orangtua ku sudah kembali memecah keheningan, saling mencaci dan melontarkan kata - kata yang tak enak di dengar. Aku selalu berharap agar mereka sadar, bahwa pertengkaran bukan sebuah cara yang pas untuk menyelesaikan masalah, apalagi yang mereka permasalahkan hanya hal - hal kecil yang bisa diselesaikan dengan kepala dingin, misalnya ketika Bapak bangun kesiangan, atau saat Ibu ku memasak makanan yang keras, (Bapak ku sakit gigi akut) Kali ini air mataku seperti malas untuk keluar, hanya tanganku saja yang sedari tadi menutup kedua telinga ini.
Aku bersandar pada dinding kamarku, ku tekuk kakiku yang bergetar hingga sejajar dengan dadaku, jari kakiku meremas kain seprey, terasa lembut dan nyaman, ku tenggelamkan wajahku pada kedua lutut ini."hei"
suara ini sudah tak asing lagi bagiku, kubuka mataku dan ku angkat kepalaku yang terasa berat
"apa?" tanyaku cuek
"kamu sekolah ngga?"
Ku tak hiraukan apa yang tengah Neko bicarakan, aku fokus menguping kejadian di luar kamarku, dan ternyata disana sudah hening.
"huuuuft" ternyata mereka sudah menyelesaikan persengketaan Lupa Naruh Uang
Sebenarnya tadi Bapak dan Ibu ku bertengkar karna Ibu ku yang menuduh Bapak mengambil uangnya, padahal Ibu hanya lupa menaruh uang itu dimana. Bagaimana? Semua kekacauan di rumah ini terjadi karna hal - hal sepele yang terus menerus di perbesar.
Mwach
Lamunanku seketika hilang, saat sebuah bibir mendarat di pipiku dan aku sadar bahwa bibir itu milik Neko.
Plakk
Aku menamparnya, entah apa yang kurasakan saat ini, ada rasa benci, kaget, dan senang. Semuanya bercampur, membentuk gelombang tak menentu di jantungku. Dia memegang pipinya, matanya tak menatapku namun berubah jadi menyeramkan, membuatku sedikit takut.
"maaf. tapi.. sekarang jam berapa?" ucapnya dengan mematung dan masih memegangi pipinya
Aku segera mencomot Handphone ku yang tergeletak di atas bantal, rasa pusing dan ngantuk seketika hilang ketika ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 06:21. Tanpa berkata apa - apa lagi, kutinggalkan Neko yang masih mematung disana untuk bergegas menuju kamar mandi.
"Mampus!" makiku dalam hati
Akhirnya setelah 17 menit berlalu aku sudah memakai seragam lengkap dan mengkayuh sepedaku. Agar aku tidak telat, aku harus sampai di gerbang sekolah dalam jangka waktu 7 menit, aku panik tak karuan. Ban sepeda ini berlaju dengan gesit, hingga di pertigaan aku menekan tuas rem dengan tiba - tiba, karna ada kendaraan bermotor ngebut dari sebelah kanan jalan, namun aku tak sempat menghentikan gulir roda sepedaku ini.
"telat sudah.." batinku dalam hati
Aku tak kuat membuka mataku, namun kurasakan sakit yang teramat kuat di bagian kepala dan kakiku. Telingaku masih bisa mendengar suara ramai orang - orang yang menghampiriku, sebelum akhirnya aku tak bisa merasakan apa - apa lagi.
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Maaf yaa Chapter kali ini singkat banget, pekerjaan baru, aktivitas baru.
Tetep stay sama Neko Kun
Thanks For Reading guys
Don't Forget to Rate 😉
ありがとう ございました
KAMU SEDANG MEMBACA
NEKO KUN
Fantasyseorang gadis yang hidupnya tetselamatkan oleh seekor kucing. apakah anda yakin? hallo.. namaku Rina Lestari, lahir di Jakarta, tinggal di Cirebon, aku keturunan Jawa dan Sunda. Ini Natsuki Zora, dia sangat tampan dan dingin, tapi tak bisa di pung...