#Satu

42 6 0
                                    

Tak selamanya apa yang kita anggap baik akan baik pula untuk orang lain.

Dan keputusan yang kita ambil hari ini bukan hanya berdampak untuk kita sendiri tapi juga

orang-orang disekeliling kita, maka berfikirlah sebelum bertindak.

Po'v Nuha

Rasanya baru kemaren aku ditemenin ayah untuk mendaftar dimadrasah ini. Tapi, sekarang undah mau lulus aja, ninggalin tempat yang selalu bikin bahagia, tempat yang selalu aku rindukan karna ada orang-orang yang aku sayang didalamnaya. disini tempat dimana kutemukan orang-orang hebat, cerdas dan mahir dibidangnya masing-masing. Aku percaya bahwa tempat ini akan melahirkan kader-kader pemimpin agama dan bangsa yang akan membangun kemajuan untuk masa yang akan datang.

"Woi,,,, ngelamun aja neng, kayak orang banyak beban hutang aja, ayo lagi mikirin apa? mikirin si doi ya?"

Tiba-tiba saja Salma datang, dan langsung nangkring disebelah kursiku dan bikin kaget karna kebetulan lagi ngelamun. Nggak tau ngelamunin apa, tapi yang pasti ini sudah menjadi kebiasaanku. Sebenarnya sih aku nggak ngelamun cuma lagi mikirin jalan cerita sama tema fiksi yang ingin aku tulis, rencananya mau nulis kisah perjalananku selama di MA karena teman-teman dikelasku menarik untuk diceritakan.

"Nggak lagi ngelamun, cuman lagi mikir doang,"

"Kok mikirnya, sampai nggak nyadar kalau bel sama guru udah keluar dari tadi?"

Aku langsung melihat meja guru, emang udah nggak ada guru tapi berganti menjadi Arif yang lagi duduk disana dan ngecarger hp, mungkin lagi kehabisan batre karna main ML mulu.

"Sudah selesai belum, mikirnya? cacing di perut gua udah pada teriak-teriak nih!"

"Iya ma, jadi cewek mesti lembut dikit dong, jangan kayak kernek, mereka mah pantas bicara teriak-teriak karna lagi manggil penumpang, nah kamu ngomong sama aku aja yang jaraknya dekat gini ngapain harus teriak?"

Aku langsung berdiri karna Salma katanya udah lapar, sampai ngomongnya kencang amat kayak suara bajai.

"Udah ah, lo mau makan ap ikut si Mahdah sholat dhuha sih?"

"Kok ngomongnya sinis gitu sih. Nggak baik tau ma, lagian gimana caranya aku ikit mahdah? orang kamu udah rangkul aku gini,"Ucapku sambil tersenyum manis kepada Salma, pertanda bahwa aku ikut dia makan ke kantin.

SALMA NAZIRA ini , adalah sahabatku yang paling bawel sekaligus ngangenin. Gaya bicaranya memang kayak gini, ala-ala anak gaul Jakarta, karena iya lahir dan dibesarkan disana. Kebetulan papanya dipindah tugaskan ke Padang jadi iya sekeluarga juga ikut pindah. Salma teman pertama yang aku kenal waktu pertama kali masuk MA, orangnya hambel banget dan mudah berteman dengan siapa saja, tapi katanya lebih asik temanan sama aku sih. Ya, walaupun si Nuha ini orangnya rada cuek bebek dikit, tapi bukan begitu menurut Salma, jadi makin sayang sama si bajai satu ini.

"Ya Allah ma, ganti jangan gitu!"Aku menegur Salma karna dia minumnya pakai tangan kiri.

"Maaf Ai gua nggak sadar, salahin baksonya ya, siapa suruh kepedasan gini?"

"Masak nyalahin baksonya? kan kamu yang ngasih cabenya kebanyakan,"Aku hanya tersenyum melihat sahabatku yang satu ini, mungkin dia lagi belajar untuk terbiasa pikirku.

Rasulullah sangat melarang minum atau makan menggunakan tangan kiri, karena jika menggunakan tangan kiri yang memakan atau meminum itu adalah setan, satu lagi tidak akan berkah dan nikmat apa yang masuk kemulut kita nantinya.

"Minta maafnya sama yang ngasih rezki bukan sama aku, kitakan sama-sama makhluk."

"Ya oke deh , gua udah minta maaf kok sama Allah. Udah selesai belum makannya? bel udah bunyi kitakan mau ulangan ilmu kalam, gua belum sempat belajar nih, mana pembahasannya sekte-sekte aliran lagi, mumet deh otak gua,"

"Udah nggak usah dibawa pusing gitu, soalnya mah mudah tapi isinya aku angkat tangan deh."

"Ah elo, itu gua mah tau."Sambil mencubit hidung mancungku, dan berjalan menuju kasir untuk membayar makanan kami.

"Kamu iri ya? sampai cubit-cubit gitu, pesek!"Aku langsung berlari menuju kelas, dan disusul oleh Salma yang marah karena aku tinggal dikantin.

Po'v Autor

Ulanganpun berakhir dengan berbagai ekspresi, ada yang bahagia karena jawabannya terjawab semua ada yang manyun karna nggak bisa nyelesein jawaban dengan baik dan ada pula yang berwajah datar tanpa ekspresi. Siapa lagi kalau bukan Ainuha azzahra, bagi nuha kalau ulangan itu cuma belajar, kerjakan, dan lupakan dan hasilnya ya terima apa adanya.

Nuha bukanlah deretan dari siswa yang masuk sepuluh besar, karena hampir 5semester berlalu ia hanya berkutat di rangking belasan, bahkan nilai tahfiz Qur'an nya sempat nggak tuntas karena jarang setoran hafalan. Berhubung ia si bebek cuek, ya nggak pernah diambil pusing. Yang membuat ia mencolok dan diingat semua guru selain cantik fisiknya juga tentang pikiran kritis, cara ia menalar dan menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai berbagai pelajaran dikelas.

Tak jarang jika didalam diskusi kelas, maka ia sangat berperan sebagai pembicara. Kepandaiannya dalam berbicara di dapatkan dari hobi membacanya, karena jika kita sering membaca maka akan memperbanyak kosa kata serta lebih lancar jika berbicara di depan umum. Selain hobi membaca Nuha juga hobi menulis cerita maupun puisi dan berharap suatu hari nanti menjadi penulis dan motifator handal.

"Maaf Nuha, kok kamu nggak ngerjain tugasnya? nanti dimarahin pak guru lo, sini kita kerjain bareng,"Ajak Mahdah kepada Nuha untuk mengerjakan tugas B.arab yang kebetulan guru yang bersangkutan berhalangan hadir, karena itu suasana kelas XII keagamaan lumayan heboh.

"Nggak ah, aku lagi malas hari ini, kamu taukan kalu aku paling nggak ngerti sama yang namanya B.arab.Tadi ulangan ilmu kalam aja udah bikin pusing masih ditambah juga sama ini, yang ujung pangkal pelajarannya sendiri aku nggak pernah ngerti,"Nuha merebahkan kepalanya ke meja dan kembali membuka novelnya.

"Mmmm, yaudah aku nggak bakalan maksa, tapi aku berpesan bahwa kamu udah bilang malas pasti apapun yang kamu kerjakan tidak akan dapat terselesaikan dengan baik, dan yang pasti kamu bakalan nyesal sama hasilnya nanti,"Mahdah kembali menekuni buku B.arabnya sedangkan Nuha masih pada keadaan yang sama tanpa mengiyakan ataupun menolak ucapan Mahda.

"Ai keluar yuk! gua bosan nih anak-anak pada ribut nggak jelas, pengeng kuping gua ai,"Salma menghampiri meja Nuha dan Mahdah sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangan.

"Ngapain keluar? lagi males, didalam aja aku lagi asik nih!"Nuha mengangkat kepalanya dari meja sambil membenarkan posisi membaca bukunya.

"Ih, Ainuha nggak asik! temanin gua ya? emangnya lo bisa apa fokus baca buku ditengah suasana sebising ini?"

"Biarin. Aku dengan duniaku, mereka ya terserah mau ngapain. Lagi mager banget akunya ma, pergi sendiri aja ya, "Mencoba meyakinkan Salma.

"Ayolah Ai, aku tunjukin tempat buat baca yang seru dibandingkan kelas ini,"

"Oked deh, dari pada kamu nyinyir disini, ngeganggu Mahdah belajar,"

Salma dan Nuha berjalan sepanjang koridor sekolah dan menemukan tempat yang pas untuk santai sebelum jam shalat zuhur masuk.

"Kok aku nggak tau ya ma, ada tempat ini disekolah kita?'Nuha mengelilingi tempat itu dan duduk dibangku panjang yang dilindungi pohon rindang untuk menambah kesejukan.

"Gimana lo bisa tau sama tempat ini, orang lo kerjanya dikelas baca novel mulu.Gua yakin hampir tiga tahun kita sekolah disini pasti lo hafalnya gerbang, kelas, mushola, kantin, ama toilet doang kan? oh iya gua lupa satu lagi tempat yang nggak bakalan pernah ketinggalan sama lo, perpus! iya kan?"

Cerocos Salma sambil memainkan gadget dan membuka aplikasi instagram, sedangkan Nuha masih larut dalam bacaannya.

Sekedar pemberitahuan aja kalau panggilan sayang nya Salma ke Nuha "Ai" biar beda aja, mereka disinikan sahabatan tapi kalau yang lainnya tetap Nuha.

Ambil yang baik buang yang buruknya ya

maaf kalau masih banyak typo-typo nya ya,

#salamhijrahdariAUTOR

WASALAM

@nurululya30

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AINUHA/Sepotong kisah dalam perjalanan hijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang