"Hey jangan menangis ! Kau tidak boleh mudah menangis ! Jadilah kuat sepertiku !" kata anak laki-laki yang berusaha menghibur anak perempuan lainnya.
"Aku kan berusaha untuk menjadi kuat. Terima kasih dan siapa namamu ?" tanya anak perempuan itu lemah
"Hmmm, panggil aku Hero saja !" anak laki-laki itu tertawa bangga.
·····················
Aku membuka mataku perlahan, menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Aku mengusap mataku perlahan lalu melihat kearah jam digitalku. Jamku menunjukan jam 6 pagi. Aku bangun dari tempat tidurku lalu beranjak kearah kamar mandi. Menggosok gigiku dan mencuci mukaku.
Sebelum itu, biar aku memperkenalkan diriku singkat. Namaku (Full Name), aku berada ditahun ke-2 diSMA dan hari ini aku akan pindah kesekolah U.A. Sekolah yang dikhususkan agar anak-anaknya bisa menjadi seorang Pro Hero nantinya. Aku menggenakan seragam sekolahku lalu berangkat kesekolah.
Semua orang disekolah itu menatapku heran karena seragam yang kupakai berbeda dari mereka. Sampai saat aku menemukan buku seseorang yang terjatuh. 'Analisis Hero No.15 ?' batinku.
Aku mengambilnya lalu berjalan kearah kelas baruku, 2-A. "Permisi, ini kelas 2-A ?" tanyaku sopan.
Laki-laki bertubuh lebih pendek dariku menghampiriku. "Iya, ada yang bisa aku bantu ?" tanyanya sopan. "Aku murid baru disini dan aku diminta untuk langsung pergi kekelas," jawabku.
Dia terus memperhatikan buku yang kupegang, "Apa ini punyamu ?" aku memperlihatkan buku itu. Dia tersontak kaget, "Wah, ini dia ! Terima kasih telah mengembalikannya !" ucapnya girang.
"Tidak masalah," jawabku pelan. "Oh iya, namaku Midoriya Izuku. Namamu siapa ?" aku baru saja mau menjawabnya tetapi suara berat dan kasar membuatku kaget. "Jangan menghalangi jalan !" bentaknnya.
"Aa--, Kacchan !" Midoriya memanggil laki-laki itu. Dia mendcecihkan lidahnya lalu pergi ketempatnya.
"Maaf, ya. Kacchan memang kasar tapi dia sebenarnya baik kok !" dia tersenyum pasrah. Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Tak lama kemudian wali kelas kami memasuki ruangan. "Duduk ditempat kalian masing-masing !" perintahnya.
Aku berdiri disebelah guru itu. "Kita memiliki teman baru, perkenalkan dirimu. Kuberi waktu 2 menit," ujarnya lalu menyingkir kesudut kelas. Aku menghela nafa pendek.
"Aku berazal dari Yokohama, keluargaku dipindahkan ketempat ini karena ada urusan penting. Namaku adalah Fukuzawa (Name). Senang berkenalan dengan kalian semua," semuanya terdiam dan bahkan wali kelasku sedikit terkejut.
"HAH ?! FUKUZAWA ?!" seru seluruh murid terkecuali anak yang dipanggil 'Kacchan' oleh Midoriya.
"Fukuzawa ? Memangnya kenapa ?" tanya Midoriya polos. Semua orang memasang ekspresi tak percaya kepadanya. "Fukuzawa adalah marga keluarga assasin terkenal yang sudah ada sejak lama. Tapi aku tak menyangka bahwa anak dari keturunan assasin akan masuk kesekolah ini," wali kelas itu yang mulai menjelaskan.
Semua orang terlihat mulai takut kepadaku. "Ya, mau bagaimana lagi. Kau bisa duduk dibelakang Bakugou," dia menunjuk kepada laki-laki itu. Aku berjalan kearahnya, mata kami bertemu. Dia melihatku kesal entah kenapa, sedangkan aku tidak menghiraukannya dan langsung menduduki tempatku.
Selama homeroom berlangsung, suasananya berubah karena diriku. 'Aku benci suasana ini,' ucapku. Kejadian ini selalu terjadi dimanapun aku ada, suasana ini tak pernah bisa membuatku tenang.
Aku menghela nafas panjang, pasrah. Akhirnya, selama pelajaran berlangsung tidak ada yang berani membuat kontak denganku.
Bel sekolah akhirnya berbunyi-- menandakan waktu istirahat. Sesuai dengan dugaanku, mereka semua menjauhiku. Tetapi aku melihat Bakugou yang masih terduduk ditempatnya. Aku menghampirinya, "Hey, kau seharusnya makan," aku memegang pundaknya. Tiba-tiba saja dia menepis tanganku kasar. "Jangan pegang aku, sialan !" dia memberikan tatapan sinis kepadaku. Aku meminta maaf lalu pergi meninggalkannya.
Susu dan roti matcha, makan siangku hari ini. Memang terlihat sederhana tetapi inilah bekal yang selalu kubawa tiap harinya. Orang tuaku hanya memberikanku bekal ini, katanya untuk membuatku bisa menyesuaikan dikeadaan darurat. Sangat aneh.
"Nyaa," terdengar suara kucing mendengung dikupingku. Aku menoleh kekiri dan kekanan tapi tak menemukan kucing itu. Aku menoleh kebawah dan melihat dia menjilat kakiku. "Kau lapar ya?" tanyaku pelan.
Ku elus kepala kucing itu pelan dan dia mencakarku kencang. Sontak aku menarik tanganku dan mengusapnya. "Kau kasar," tetapi kucing itu tidak pergi. Aku membuka susu yang kupunya lalu kuberikan kepada kucing itu.
"Maaf ya aku hanya bisa memberimu ini," ucapku sambil berusaha menjinakan nya.
Aku menguyah roti matcha sambil berjalan keruang UKS. Sesampainya disana aku dapat melihat nenek yang sedang meracik obat. "Maaf, bisakah kau mengobati luka ini ?" pintaku sembari menutup pintu.
"Oya, kau anak assasin itu kan ? Ada apa ?"
"Tadi aku dicakar kucing saat memberinya susu," aku berjalan kearahnya.
"Kau ini anak dari pembunuh terkenal tetapi kau murah senyum ya."
"Tidak juga," jawabku.
Dia memberikan antiseptik lalu menempelkan kapas ditanganku. "Sudah kau bisa kembali sekarang," ucapnya.
"Arigatou gozaimasu," kataku sebelum meninggalkan ruangan itu sepenuhnya.
"Aku akan mencari kucing itu lagi saat pulang sekolah nanti," gumamku embari tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow Smile (Bakugou Katsuki X Reader )
Fanfiction"Aku ingin bertemu denganmu sekali lagi," gumam laki-laki berambut blonde ash itu. Pertemuan mereka terjadi dengan tidak disengaja pada saat hujan turun. Membuat laki-laki itu tak bisa melupakan kenangan masa lampaunya. Akhirnya pada tahun ke-2 dia...