Suara derit kursi terdengar dimana-mana setelah guru seni keluar dari ruangan kelas XI.I. seluruh murid didalam kelas terkumpul menjadi dua kelompok dalam satu ruangan. Satu kelompok yang beranggota tidak lebih dari 20 orang mendiskusikan dan memberikan ide masing-masing untuk rencana tugas yang telah diberikan oleh guru cantik yang beberapa menit lalu keluar dari ruangan ini.
"pemilihan sutradara dulu, yang cocok siapa"
"gue diem daritadi. Ngeliat dari kalian mana ada yang bener kalau ditunjuk jadi sutradara"
"nggak perlu sutradara, kita semua kerja sama"
"serius apa. Drama nusantara? Hidup gue udah penuh drama gini mau didramain lagi?!"
Ada yang mikir, ada juga yang sibuk main hp, ada juga yang dengerin doang.
Guru seni yang menginginkan muridnya mempunyai nilai uji praktek, memaksa untuk tetap dilaksanakan padahal ujian tengah semester sudah barlalu. Tugas praktek berakting, berekspresi dan bergayalah yang pertamakali menyambut mereka dari liburan panjang.
Sudah hampir setengah jam kelompok Aullia masih berputar-putar dalam pencarian cerita yang akan disepakati Bersama. Pintu kelas ditutup oleh seseorang menarik atensi semua manusia yang sudah terlihat kacau akibat diskusinya.
"stress amat sih? Ngopi dulu sana" Putra dengan santai menghampiri meja kosong terdekat dengan kelompoknya. "gue baru dari kantor guru, nanya ke bu Yuni"
"apa?! drama dibatalin ya?!" orang-orang terdekat menjawil kepala Aullia yang berisik dan terlalu semangat
"temanya cerita rakyat. Cerita rakyat manca negara juga boleh" desas desus suara 'yes!' merespon.
"beauty and the beast!"
"Hansel and Gretel! Sally lo cocok jadi penyihirnya!"
'plak'
"Snow white! Gue yakin drama kita paling hebat karna punya kurcaci bongsor kayak kalian"
"lebih keren lagi kalau Putra jadi pangeran dan gue jadi Cinderellanya!"
"mimpi!"
Otak mereka yang tiba-tiba mendapatkan pencerahan malah semakin mempersulit kesepakatan karena masing-masing memiliki keinginannya sendiri. Tidak ada yang mau mengalah jika belum lelah. Dan sekarang tiba masanya mereka menyerah dan sepakat untuk menjadikan Cinderella sebagai cerita yang akan ditampilkan demi nilai sbk mereka.
Satu jam dihabiskan untuk berpikir, mencurahkan dan tak luput dari perdebatan. Para pemeran sudah ditentukan, walaupun diantara mereka belum memiliki keikhlasan karena mendapat peran yang tak sesuai keinginannya. Siapa sangka ucapan teman Aullia yang menginginkan Putra sebagai pangeran dan dirinya sebagai Cinderella yang sempat diprotes 'mimpi!' oleh Aullia malah menjadi kenyataan. Dua kelompok dikelas itu sudah menentukan dan mencapai mufakat oleh diskusi mereka. Kelompok satu memilih cerita manca Negara, sementara kelompok dua memilih untuk menggunakan cerita bangsanya sendiri.
Putra tersenyum jail melihat Aullia yang duduk melamun dilantai teras kelas. Tangannya menopang dagu dengan pandangan kosong lurus kedepan. Putra tidak akan melakukan hal norak semacam mengagetkan Aullia atau menutup mata cewek itu dari belakang. ia menghampiri Aullia namun hanya berdiri didekat tempat sampah.
"udah nggak doyan buah cerry? Kalau habis hujan gini katanya rasa cerry jadi lebih manis?" Aullia menurunkan tangannya dan memandang Putra malas. Kemudian mengalihkan pandangan pada pohon cerry yang ditanam didepan kelasnya, yang telah menghasilkan buah merah yang terlihat manis dimatanya.
"udah kenyang"
"ey, lesu amat? Cemburu ya enggak dapat peran Cinderella?"
"gue malah bersyukur dapat peran jadi rakyat biasa. Naskahnya dikit, jadi nggak ribet" Aullia berdiri dan menepuk rok belakangnya yang kotor.
"pangeran dilarang menatap rakyat biasa seperti itu, bantuin Cinderella cariin sepatu sebelahnya yang hilang sana. kalau bisa korek dalam isi tempat sampah itu, siapa tau ketemu" lalu beranjak meninggalkan Putra yang menahan tawanya akibat gemas.
"bersyukur kok nggak ikhlas gitu mukanya. Cih"
~~~
Mulai sekarang, jam pelajaran kosong bukan berarti membuat murid kelas XI akan menjadi bebas pergi ke kantin atau puas membahas topik seputar gossip atau ghibah. Mereka akan memanfaatkan waktu luang dengan mempersiapkan kegiatan drama dengan cara melatih ekspresi dan gaya tubuh, sekalian menghafal isi naskah.
Aullia hanya bersedekap di pojok dinding melihat teman-temannya yang mulai memperagakan adegan isi dari naskah. Dirinya hanya akan terlihat pada beberapa scene saja, kalimat yang ia ucapkan pun hanya beberapa kata.
"gue bersyukur kok. Alhamdulillah" hiburnya pada diri sendiri. raut wajahnya berubah muram melihat adegan Putra yang berpegangan tangan dengan salah satu teman sekelasnya yang berperan sebagai Cinderella. Entah kenapa rasa aneh yang tidak ia sukai melanda hatinya. Tatapan Putra pada teman sekelasnya itu yang bernama Indri, Aullia tidak suka.
Ia menyangkal pada dirinya sendiri jika ia cemburu, ia hanya sebal dengan Indri yang tidak henti-hentinya melakukan gerakan yang mengundang perhatian Putra, yang hanya Aullia sadari.
"Indri caper mulu ih!" matanya menatap sengit pada kedua sejoli itu. Dan tercekat ketika Putra berbalik dan menatap telak pada matanya. Alis Putra terangkat melihat Aullia yang muram, seakan menanyakan ada apa pada cewek itu.
Drrt
Ia melepas tautan matanya dengan Putra, dan merogoh ponselnya didalam kantong.
My brode
De, olahraga ya hari ini? Ingat bawa obat kan?
Ia tidak akan bilang. Aullia lupa membawa persediaan obat yang selalu membantunya jika merasa pusing sehabis olahraga. Bisa-bisa orang itu akan berang jika Aullia lupa pada kesehatan dirinya sendiri. orang yang selalu ada untuk aullia walupun lebih sering berhubungan lewat sosmed.
Iya, hari ini olahraga habis pelajaran pertama :)
My Brode
Sebelum olahraga, sarapan lagi. Beli teh hangat ya
Iya aa <3
"bell woi! Udahan dulu latihannya" semua orang yang berada di ruang uks yang sedang tak terpakai (tempat latihan drama) sudah bubar untuk mengikuti pelajaran ke dua yaitu olahraga, Aullia mencari keberadaan laki-laki yang biasanya akan menunggu dirinya dimanapun berada itu sudah melangkah menuju kelas dengan Indri disampingnya. Aullia mendengus kasar, lalu mengikuti langkah teman-temannya sesudah menutup pintu uks dengan kasar.
"benar-benar partner drama yang professional" sindirnya seperti bisikan
~~~
Drrt
Drrt
Drrt
Aullia yang terpejam dan menopangkan kepalanya diatas meja merasa terganggu dengan getaran hp miliknya yang terdengar tak sabaran. Dengan lemas ia meraih ponselnya, menusap layarnya dan terpampang belasan pesan yang terkirim oleh pengirim yang sama.
Aullia menghela nafas lelah. Lalu mengetikkan balasan kepada si pengirim.
iya, kayak biasa :) pusing.
tapi udah minum obat kok. aa tenang aja. oke?
YOU ARE READING
If you're not the one
Short Storyif you're not the one, then I'll let you go with her. seseorang membutuhkan aku. aku, rakyat biasa yang mencintai pangeran. namun Cinderella lebih membutuhkanmu untuk mencari sepatunya yang hilang, mungkin kau bisa mencoba untuk mencarinya didasar...