Chapter 1~ Perpisahan?

169 4 0
                                    

"Ko ni kan sejak clash dengan si Ron, termenung saja. Ko masih belum move on lagi babe?" tanya Hannah kepada roommate-nya, Debbie. Susah hati dia melihat perubahan si Debbie.

Debbie, sumandak cantik yang baru saja ditinggalkan boyfriend dua bulan lepas terjaga dari lamunan. Setelah 3 tahun bercinta, setia, akhirnya Ron memilih untuk bersama girlfriend baru yang sentiasa ada masa untuk dirinya bukan macam si Debbie mau contact pun susah sebab tinggal di pedalaman. Debbie kan cikgu, posting pula di pedalaman jadi line pun tidak steady. Dia bukan tidak mau pindah tapi masih terlalu awal untuk pindah. Kalau bilang si Debbie tamaha duit tidak juga tapi siapa yang tidak suka gaji lumayan. Gaji tambah elaun pedalaman memang lebih dari cukup untuk gadis bujang seperti Debbie yang juga merupakan anak bungsu, tiada siapa mau ditanggung kecuali dirinya dan parents. Tapi wang bukan alasan utama sebab mereka berpisah.

"Hmm move on sudah baini Nah, puas sudah saya kena kasi buduh-buduh. Banyak sudah saya berkorban untuk hubungan kami, perempuan lain juga yang dia pilih. Eeee buduhnya saya...maka cikgu." Bederai ketawa dorang berdua.

Betul juga selama dorang bersama, sudah banyak kali dia membantu Ron terutama sekali dari segi kewangan. Dia tidak mahu Ron susah sebab bagi Debbie, Ron adalah bakal tunangannya...well itu dulu, cerita lama. Syukur juga dia tidak turuti idea mau bagi surprise yang boleh menyusahkan dirinya sendiri.

"Kau taukah Nah, dulukan saya kira-kira mau tolong si Ron loan RM100K guna kelayakkan saya. Nasib saya tidak proceed itu idea kalau tidak membayarlah saya nilai kebuduhan saya."

Terbeliak mata si Hannah dengar.

"Gilaaaaaaa! Bukan si Ron ada bisnes kah? Kenapa sampai ko ada idea begitu mau tolong dia? Terlalu love juga tu."

"Memang ada tapi family dia punya. Dorang sama-sama kasi run baitu. Saya mau dia buka bisnes untuk kami berdua tapi nasib baik tidak jadi", ulas Debbie sambil scrolling gambar-gambar si Ron.

"Dui, saya ingat ko sudah kasi padam gambar-gambar si Ron. Ko tidak sakit hatikah tengok tu? Bilang sudah move on?"

"Rindu bah Nah, lama kami bercinta", ringkas jawapan Debbie.

"Jangan-jangan kau masih mau balik lagi sama dia?"

Debbie tersenyum kelat.

"Palis-palis Nah, hati saya masih sakit tapi tu sayang belum hilang. Benci oh ni feeling." Tanpa Debbie sedar, air matanya tumpah.
***************************
Ron lebih banyak berdiam dari berbicara tidak seperti biasa. Tiada jokes, tiada updates, just silence. Wajahnya serius tapi bagi Debbie wajah itulah yang dia igaukan setiap hari. Lelaki ini yang bakal menjadi suami dan bapa kepada anak-anak mereka, well at least itulah yang ada di dalam angan-angannya.

Ronald Rich, anak kenalan keluarga, kawan sepermainan sejak kecil yang pernah suatu ketika dahulu menjadi pembuli yang sangat dibenci kerana setiap kali berjumpa mereka pasti bergaduh. Si pembuli yang suka menarik rambut dan mengangkat skirtnya apabila mereka bergaduh.

"Ron, kenapa kau diam saja ni? Panjang lebar saya bercerita, ko diam saja?"

"Bila ko mau apply pindah Deb? Saya malas sudah macam ini? Mau jumpa pun susah..." tanya Ron sedikit keras.

Jantung Debbie berdegup kencang, aik kenapa si kawan ni tiba-tiba memanas? Sudahlah bukan selalu jumpa bergarang-garang pula.

"Saya sudah apply bah dear tapi tidak disokong sebab saya masih baru dan bujang,"jawab Debbie lembut.

"Alasan! Orang lain apply dapat juga kenapa kau tidak?"

"Kenapa tiba-tiba ni Ron? Kita sudah pernah bincang hal ni kan. Mesti ada sesuatu ni? Better cakap...why?"

Kedengaran bunyi vibration handphone. Ron melihat skrin dan terus mematikan panggilan.

"Saya bosan macam ni Deb. Saya rindu macam masa kita dulu, senang mau jumpa. Mau dengar suara ko pun susah...kau tahukah saya rindu. Saya mau kau dekat." Pandangan mata Ron masih jauh di luar tingkap kereta.

Debbie menarik nafas panjang. Bukan dia tidak berusaha tapi guru besar tidak menyokong, alasannya dia masih baru dan bujang. Kebetulan pula subjek yang dia pegang kritikal dan tiada guru opsyen jadi Debbie lah harapan sekolah.

"Ingat saya tidak rindukah Ron? Bukan saya tidak mau pindah tapi guru besar sekolah saya tidak sokong. Bukan saya tidak usaha. Nanti saya cuba lagi okay?." Debbie cuba memujuk boyfriendnya dengan harapan si dia dapat faham situasinya itu.

Sekali lagi handphone Ron bergetar. Ron membiarkan panggilan itu. Wajahnya masih marah.

"Kenapa tidak jawab call? Kali-kali sudah ringing, emergency mungkin."

"Biar saja, tidak penting."

Debbie mula rasa tidak sedap hati dengan situasi mereka.

"Deb...kau cintakan saya atau tidak?"

"Yes, I love you Ron. Kenapa ni? I don't understand?"

Handphone Ron bergetar sekali lagi. Annoyed dengan gangguan bunyi vibration, Debbie mencapai handphone Ron.

Sofia.

Belum sempat Ron merebut handphone-nya dari tangan Debbie, Debbie menyambut panggilan itu dan memasang speaker.

"Ron, kenapa tidak sambut call? Dear di mana ni? Bila dear mau beritahu Debbie tentang kita? Please tell her, dear sudah janjikan? Mesti dear jumpa dia minggu ni kan? Hello...hello, dear. Kenapa diam saja ni? Hellooo...?"

Debbie mematikan panggilan. Hatinya terbakar dan kecewa. Handphone Ron dicampaknya ke belakang. Rasa pedih, hancur bergabung. Apa semua ni,fikirannya binggung, buntu. Why?

"Debbie, I can explain..." ucap Ron.

"Explain WHAT Ron? Yang kau pasang sundal di belakang saya? Siapa Sofia?!"

"Saya rasa sunyi Deb, kau tiada masa untuk saya. Sofia...she is always there. Masa saya susah, senang, dia ada. Kau pula jauh. I need a woman in my life! Lagipun si Sofia banyak bantu saya dalam bisnes." Ron memandang wajah Debbie dengan pandangan seakan merayu mohon dimengerti.

"A woman?! So saya ni apa? Alien?"

"Jangan salah sangka Deb, Sofia is a nice person, dia pendengar yang baik, comforts me, supports me just like you," puji Ron, Debbie masih tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut lelaki yang dianggap sebagai kekasihnya yang setia. Setia my foot!

"Kau salahkan saya Ron? Saya setia sama kau selama ini. Saya tidak pernah buat bukan-bukan, berhubung dengan sesiapa pun tiada selama saya berjauhan dengan kau. Saya serius dengan kita tapi cuma sebab saya jauh kau boleh buang semuanya demi perempuan lain. Air mata Debbie tidak dapat ditahan lagi. Ikutkan hati mahu saja dia hentak kepala si Ron pada stereng kereta, biar dia juga rasa sakit.

"Kau tanya saya cinta atau tidak tapi sebenarnya...sekarang? Siapa saya Ron? Ahhhhhhhhhhh!" Debbie menjerit sekuat hati melepaskan amarah.

"I love you Deb tapi saya terlanjur sayangkan Sofia juga. Saya tidak boleh...I'm sorry Deb. Tolong beri saya peluang untuk betulkan keadaan."

"Love you bullshit! Apa lagi yang dia buat untuk kau Ron? Tidur dengan kau? Jawab! Ko pernah tidur dengan diakan? Jawab saya!"

Ron hanya tunduk dan menganggukkan kepala perlahan. Dia bukan seorang lelaki pengecut yang takut atau malu untuk mengakui kesalahan; memang dia sudah terlanjur banyak kali dengan Sofia. Dia tahu dia salah.

"I'm sorry Deb, it just happen. Semuanya diluar kawalan saya, saya sangat rindukan kau." Ron mencapai tangan Debbie tapi dengan pantas Debbie tarik.
Debbie terasa ingin pitam tapi dia tidak mahu berlama-lama dengan lelaki sial macam Ron.

Hatinya hancur berkecai, sekelip mata timbul rasa jijik melihat lelaki pujaan hatinya. Tanpa banyak bicara, Debbie keluar dan meninggalkan Ron walaupun namanya dipanggil berkali-kali.

****************************

Cinta Harus MemilihWhere stories live. Discover now