Epilog

433 71 9
                                    

5 tahun telah berlalu namun senyumnya masih sama seperti dulu, aku memperhatiakannya berjalan menuju gereja.

Kulihat gereja telah dipenuhi dengan tamu undangan, berjalan dibelakangnya. Dia semakin cantik dan menawan, sangat beruntung jika aku bisa memilikinya. Bolehkah aku berharap.

Bunga-bunga menghiasai setiap sudut ruangan dan karpet merah sepanjang jalan menuju altar. Terlihat sang pengantin pria berjalan dengan gagah menggunakan tukedo yang selaras dengan pengantin wanita.

Aku terus memperhatikannya, guratan bahagia terbingkai jelas dari wajahnya. Tatapan yang berbinar menyambut kebahagiaan yang baru. Ucapan Pastur tidak aku hiraukan maafkan aku Tuhan, aku masih memandang wajah cantiknya. Wajah yang kurindu selama lima tahun ini, wajah yang membuatku semangat menjalani hari tanpa ilusi-ilusi yang menempelku.

Janji pernikahan telah diucapkan kedua mempelai, membuatnya tersenyum. Andai itu aku dan dirinya pasti aku akan merasa jadi pria yang sangat beruntung didunia ini. Tidak apa-apa selama aku masih bisa melihatnya didunia ini.

Acara telah selesai, giliran pengantin wanita melempar bunga. Banyak sekali perempuan-perempuan yang berkumpul dibelakang untuk menerima buket bunga tersebut. Bunga yang indah namun lebih indah dirinya yang tersenyum dengan semangat.

1

2

3

Bunga terlempar, seakan gerakan slow motion. Bunga terus memantul dari tangan ketangan. Semua perempuan menatapku, namun tatapanku tertuju kepadanya yang kaget melihatnya.

Aku sadar bunga tersebut kini ditanganku, aku berjalan maju mengampirinya dan tersenyum kepadanya. Dirinya membalas senyumku dengan senyum yang kikuk.

"ini untukmu Joy" ucapku menyerahkan bunga itu kepadanya

Kulihat dia memandang bunga ditanganku lalu mengambilnya

"terimakasih Sehun" ucapnya. Aku mengelus rambutnya pelan dan tersenyum lalu berjalan menjauh darinya.

.

Aku berjalan menuju mobilku dan membukanya. Aku mengingat senyumnya dan ekspresinya masih sama seperti 5 tahun yang lalu. Rasanya aku ingin memeluknya namun aku sadar aku telah menyakitinya, aku tidak pantas untuknya. Dia pantas mendapatkan yang lebih baik dariku.

Lamunanku buyar melihat seorang tersenyum kearahku, aku masih menatapnya tidak berkedip. Apakah aku terkena ilusi lagi.

"Sehun" ucapnya membuatku tersadar

"kenapa kamu disini" ucapku gugup

"aku menerima lamaranmu"

"hah"

"Sehun aku mencintamu, kenapa harus aku yang mengucapkan dulu. Kamu payah" ucapnya sambil memukulku mengunakan buket bunga ditangannya

"5 tahun lalu kamu tidak menemuiku, kamu tahu aku kecewa tapi aku bersyukur kamu tidak bersama dengan Seulgi. Itu artinya kamu mencintaiku bukan. Jadi menikahlah denganku"

"Sehun menikahlah denganku"

"aku tidak mau Joy" ucapku datar, harga diriku merasa jadi runtuh dengan ucapan Joy dan kata-kata payah tersebut. Aku akui aku memang payah tidak berani menghubungi Joy selama ini, walau aku tidak menghubunginya tanpa aku suruh sepupuku yang agak gila itu menceritakan apapun tentang Joy.

"ke..." ucapannya terputus karena aku mengecup bibirnya, manis dan lembut membuatku ingin merasakan lagi.

"harusnya aku yang mengatakan itu sayang" ucapku berbisik kepadanya

"mulai sekarang Oh Sooyoung akan jadi ibu dari anak-anakku" bisikku lalu mengecup bibirnya berkali-kali dan tersenyum kepadanya

"lihat Sehun sudah besar sudah berani menciumku" ucap Joy bertepuk tangan seperti anak kecil.

Lihat sekarang siapa yang seperti anak kecil, tentu aku sudah besar siap membuat Sehun Junior yang lucu dan mengemaskan' batinku

END





MAAF JIKA KURANG MEMUASKAN

THANK SUDAH MAMPIR

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RitmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang