2

1.8K 152 3
                                    

Setelah mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai, Jimin menghampiri Namjoon yang sedang bersantai di ruang tengah dorm sendirian.

"Hyung, ngapain sendirian?" Tanya Jimin sembari mengambil posisi duduk di samping ketuanya itu. "Yang lain mana?"

"Udah pada tidur," jawab Namjoon sekenanya.

Ada hening di antara mereka. Hanya ada suara deru halus mesin pendingin ruangan yang mengisi sela-sela jeda konversasi mereka. Jimin memainkan jari-jari di kedua tangannya dengan canggung, sedangkan Namjoon hanya menatap kosong televisi yang mati. Entah apa yang dipikirkannya.

"Namjoon hyung."

Kepala Namjoon menoleh, belum merespons panggilan Jimin secara verbal. Masih menunggu kalimat berikutnya yang akan dikeluarkan oleh lelaki itu.

"Menurut hyung, kesel ga sih, kalau misalnya kita liat seseorang yang kita sukaiㅡatau pacar kita katakanㅡlagi kesulitan, kita pengen bantu tapi ga bisa?"

Namjoon tersenyum, menampakkan lesung pipinya yang dalam sebelum menjawab. "Jelaslah kesal, ngapain ditanya lagi."

Kim Namjoon mengerti apa yang dirasakan salah satu anggotanya itu. Senyumnya semakin lebar tatkala tangannya menepuk punggung lebar Jimin. "Jadi tadi Seulgi gimana? Gapapa dia kan?"

Jimin mengangguk pelan. "Hyung, gua izin keluar bisa ga? Mau nyusul Seulgi." Matanya menatap lurus Namjoon, dia serius.

"Lu yakin? SM ada jam malam, kayanya mereka gabakalan ngizinin Seulgi keluar."

"Gua khawatir banget, hyung. Seulgi itu ga tahan dingin. Kesel gua kenapa stylist-nya kaya gitu. Gatau apa mereka itu stage-nya outdoor, malah pake baju minim gitu? Mana MC-nya ngoceh kelamaan. Kasian Seulgi-nya, hyung," gerutu Jimin.

Duh, susah emang kalo cowok sifatnya perhatian banget. Pasti hobinya ngedumel. Untung aja telinga Namjoon tahan banting.

"Iya, iya gua ngerti," ujar Namjoon. "Cuma lu yakin bisa ketemuan sama dia jam segini? Udah mau subuh. Lu belum ada tidur sejak kita cabut dari lokasi. Istirahat aja dulu mending," imbuh Namjoon.

"Gimana gua mau istirahat kalo kepikiran Seulgi terus."

"Si Seulgi emang mau dijumpain sama lu sekarang?" Tanya Namjoon lagi. Kini dirinya beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Gatau, sih. Tadi gua tanyain di line dia bilang gapapa terus. Pas gua bilang mau nyamperin dia nolak. Dia malah nyuruh gua tidur, takut gua sakit karena kecapekan. Gila tuh cewek, dia yang kenapa-napa ngapain mikirin gua," ucap Jimin panjang lebar, diakhiri dengan desahan frustasi meluncur dari bibirnya.

Namjoon kembali ke posisi duduknya, kali ini sedikit berjarak dari Jimin. Dengan tangan kanannya yang memegang gelas berisi setengah air, tangan kirinya menjitak kepala Jimin. "Gitu-gitu pacar lu. Pacar sendiri dibilang gila."

"Sakit, hyung!" Jimin sedikit teriak meringis, dia tidak ingin membangunkan Hoseok dan Taehyung yang akan mengakibatkan kehebohan tak diundang.

"Buruan tidur, ntar siang aja hubungin Seulgiㅡkalo bisa ajak dia jalan." Namjoon meninggalkan Jimin dengan nasihat singkatnya, lantas memasuki kamar. Ia mengantuk, sekaligus ingin memberikan Jimin ruang untuk menyelami pemikirannya lebih dalam.

Ponsel yang sedari tadi bersembunyi di balik kantung celananya, kini diambil oleh tangan putih Jimin. Sambil menimang-nimang keputusannya, Jimin memainkan ponselnya. Memindahkannya dari satu tangan ke tangan lain, layaknya pesulap yang sedang menunjukkan trik sederhana.

"Vidcall ga yah? Atau freecall aja? Duh, kalo di chat aja gimana? Hm, gua ga mau ganggu dia tapi gua ga bisa ga khawatir," gumam Jimin ragu-ragu. Bola matanya menatap bayangan tubuh Jimin di layar televisi yang mati.

KRIETT!

"Lu belom tidur?"

Taehyung berdiri sejenak sambil mengucek mata kanannya di depan pintu, mata kirinya tetap melihat keberadaan Jimin di sofa dalam keadaan setengah sadar.

Jimin menoleh, "iya, masih seger gua. Lu ngapain bangun?"

"Eung?" Taehyung linglung, ia menggaruk kepalanya setelah itu mengelus perutnya di balik piyama biru langit. "Entah, kayanya gua laper."

"Di kulkas ga ada apa-apa. Seharusnya kemaren giliran Jin hyung yang belanja tapi kayanya dia lupa," respons Jimin. "Gua buatin ramyeon mau? Kebetulan gua gabut ga tau mau ngapain."

Alibinya saja gabut, sebenarnya Jimin modus mau minta saran sama alien yang satu itu. Kadang, kenormalan Taehyung muncul dengan spontanitas. Yah, siapa tahu nanti Taehyung lagi mode normal.

Kim Taehyung mengangguk lemas lantas duduk di kursi dengan kepala yang tergeletak pada meja makan. Kesadaran belum menjumpai lelaki itu sepenuhnya. Selama Jimin memasak, selama itu juga Taehyung tertidur dengan posisi demikian. Tatkala satu panci kuningan berisi ramyeon yang masih berasap, Jimin membangunkan Taehyung.

Melihat Taehyung menikmati makannya dengan keadaan merem-melek, dalam hati ia bertanya pada batinnya kenapa ada manusia yang seperti Kim Taehyung ini. Jimin memajukan badannya, condong ke arah Taehyung yang masih melahap helaian-helaian ramyeon.

"Tae," panggil Jimin.

"Apa?"

"Bagusan gua vidcall, freecall, atau chat Seulgi?"

"Mau ngapain?" Taehyung balik bertanya, pandangannya bergilir pada jam dinding yang berada di ruang tengah, jarumnya menunjukkan angka empat. "Jam segini? Yakin? Emangnya Seulgi noona belum tidur?"

"Gua masih khawatir sama yang tadi," lirih Jimin, tapi tetap terdengar oleh Taehyung.

"Yaelah, Min. Kalian itu uda pacaran setengah tahun dan masih nanyain pertanyan beginian? Kaya baru pacaran kemaren aja lu." Taehyung membola tidak percaya, disusul dengan tawa konyol khasnya.

Jimin memutar bola matanya bosan. "Ya kaga begitu maksud gua, Alien. Gua mau minta saran aja, secara lu duluan yang pacaran di antara kita semua. Pasti lebih berpengalaman. Lagian ini baru pertama kalinya gua sekalut ini sama Seulgi. Alay banget sih lu."

"Lu yang alay, Mochi." Taehyung meletakkan sumpitnya di samping panci kuningan, tangannya ia lipat di depan dada bidangnya. "Kalo gua sama Yerin sih, langsung gua freecall pas kemaren kejadian doi jatuh di stageㅡudah lama juga sih kejadiannya. Yerin tuh biasanya ga mau vidcall dengan alasan muka kusut, meskipun kalo gua paksa dia mau juga akhirnya. Ga tau gua kalo Seulgi noona."

Park Jimin terdiam sebentar kemudian bersuara. "Okelah, makasih sarannya ya, Alien. Tumben lu normal."

Kepergian Jimin diantar oleh cibiran Taehyung. Jimin meninggalkan teman seumurannya sendirian di ruang makan, sesampainya di kamar ia membaringkan diri di atas kasur sambil memandang ponselnya.

"Gua coba vidcall aja kali, ya?" Batin Jimin.

Jari-jari Jimin menari di atas layar. Mengetikkan sebuah nama pada kolom pencarian di line. Ketika terpampang sebuah akun dengan foto profil perempuan berambut coklat dalam balutan kemeja putih besar, segera Jimin menekan tombol video call.

Seraya menunggu panggilan video tersambung, dengan buru-buru Jimin mengambil headset dan menyambungkannya ke ponsel. Tepat setelah Jimin berbaring dalam selimut, Seulgi mengangkat vidcall-nya.

ㅡtbc.











Hadeu rempong bener si jimin, wkwk.

Khawatir | pjm×ksgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang