Part 4 : To The Beginning

218 4 0
                                    

Sudah 4 hari berlalu sejak Weislan kehilangan Lola. Ia memang bertekad untuk mencari adik tersayangnya. Tetapi mustahil baginya jika ia hanya sendirian saja. Ia juga membutuhkan beberapa orang untuk membantunya. Namun siapa ? Penduduk desanya saja seluruhnya tewas. Siapa yang akan membantunya sekarang ? Siapa ?

Sepanjang 4 hari, Weislan sudah berjalan melewati sebuah padang gurun yang luas. Meskipun di dalam tasnya terdapat beberapa senjata dan bahan pangan berupa roti dan sebotol air minum, tetap saja ia tidak boleh menyia- nyiakannya dan menggunakannya secara sembarangan. Kalau tidak, sekarang ia pasti sudah tidak dapat bertahan hidup lagi di sini dan hanya akan tewas sia- sia sebelum dapat menemukan adiknya.

Weislan tak pernah mengeluh dalam keadaan sulit maupun terdesak. Ia tak mengeluh akan panasnya sinar matahari. Ia hanya berharap ia dapat menemukan adiknya sebelum bulan Oktober tiba. Karena ia tahu bulan Oktober adalah bulan di mana para Fylga dalam 1.000 tahun sekali melakukan upacara ritual pengangkatan Blood Crown, namun 1.000 tahun sebelumnya, usaha mereka digagalkan oleh seseorang yang tidak diketahui asal- usulnya.

Tubuhnya lemas. Ia belum makan apapun sejak tadi pagi. Di dalam tasnya hanya tersisa 2 potong roti. Ia tak mau kehabisan bahan makanan untuk esok hari. Tiba- tiba tubuhnya terasa kaku. Ia tak bisa bergerak lagi. Akhirnya Weislan terkapar di tengah padang gurun yang luas.

" Lola.. "

***

Aku berusaha untuk membuka mataku. Perlahan- lahan pandanganku menjadi lebih jelas. Yang pertama aku lihat adalah.. Langit- langit sebuah ruangan. Kemudian aku merasakan sesuatu yang empuk di belakang kepalaku. Saat aku menoleh ke samping, aku melihat sebuah bantal di belakang kepalaku. Lalu aku melihat sebuah laci kayu dan sebuah lampu di atas laci tersebut.

Tunggu. Sekarang aku berada di mana ? Seharusnya aku terbangun di hamparan padang pasir yang luas.

Kemudian aku berusaha untuk bangun, namun tiba- tiba lenganku terasa sakit.

" Rupanya anda sudah bangun. "

Terdengar suara seorang wanita. Kemudian aku menoleh ke arah kanan. Terlihat seorang wanita berambut pirang sepinggang, berpakaian rapi dengan baju lengan panjang beserta rok panjang, sedang mengupas sebuah apel.

" Ini..? "

" Ini di rumah saya. Anda tuan Weislan Adinburg.. Iya kan ? "

" Iya.. Dan kamu ? "

" Panggil saja saya Sayari. Sayari La Deutch. " Jawab gadis itu sambil tersenyum.

" Sayari.. Nama yang bagus.. "

Gadis itu hanya mengucapkan sebuah kata terima kasih. Wajahnya tidak merona seperti yang biasanya seorang gadis lakukan ketika mereka dipuji. Kemudian pintu ruangan terbuka. Muncul seorang laki- laki berpostur tubuh tinggi menghampiri Sayari.

" Sayari, bagaimana dengan tuan Weislan ? Kondisinya ? "

" Tuan Weislan sudah terbangun sejak tadi. Itu. " Jawab Sayari seraya menunjuk ke arahku.

" Oh ! Tuan Weislan ! Maafkan saya yang tidak hormat ini ! " Laki- laki tersebut kemudian bersujud kepadaku.

" Ti- tidak usah bersujud seperti itu kepadaku.. " Jawabku sambil meletakkan kedua telapak tangan tak jauh dari dadaku yang diperban karena luka.

Lelaki tersebut kemudian bangkit berdiri, kemudian menunduk dan berkata.

" Saya Fretch da Couviar. Suami dari Sayari, dan juga seorang dokter di kota ini. Saya terkadang juga menjadi tentara di istana Testalivouria bila terjadi sesuatu.. "

" Salam kenal, Fretch. " Jawabku.

Kemudian terdengar langkah kaki yang sangat keras. Lalu pintu terbuka dengan sangat kencang dan dua orang anak kecil, laki- laki dan perempuan, menghampiri Fretch.

" PAPAAAA !!!!!!!!! " Teriak mereka.

Kemudian Fretch memeluk mereka yang tingginya hanya sepinggang Fretch, kemudian Sayari menjawab pertanyaan yang sedang dipikirkan olehku, tanpa diminta.

" Mereka adalah anak- anakku, Trishia dan Doria da Couviar. "

Fretch masih saja mengurusi anak- anaknya yang ribut tersebut, sampai salah seorang anaknya, entah itu Trishia atau Doria, bertanya kepada Fretch.

" Papa, siapa orang itu ? "

" Dia adalah tuan Weislan Adinburg, salah satu mantan tentara hebat di kerajaan Xaverisk yang sudah musnah. "

" Oohh... " Jawab mereka dengan nada yang .. Menggelikan.

Karena tak tahan dengan seluruh pemandangan menggelikan ini, kemudian aku langsung saja membuka mulutku dan melontarkan sebuah pertanyaan kepada Fretch.

" Langsung saja ke topik utama pembicaraan. Fretch. Sekarang ini aku sedang berada di kerajaan mana ? "

Fretch terkejut. Aah, menyebalkan. Kenapa orang- orang selalu saja kaget denganku jika aku memanggil mereka tiba- tiba, kecuali Lola.

" Oh, maaf tuan. " Jawabnya sambil bangkit berdiri dan menggendong kedua anaknya. " Sayari, tolong jelaskan kepada tuan, semua tentang kerajaan ini. Aku akan menidurkan Trishia dan Doria dulu. "

Sayari mengangguk. Kemudian Fretch beserta anak- anaknya segera meninggalkan ruangan tersebut. Tiba- tiba hening sejenak. Hanya ada aku dan Sayari.

Kemudian Sayari menunjukkan mimik wajah yang serius, sekaligus agak menyeramkan. Lalu ia membuka mulutnya dan memulai pembicaraan.

" Tempat dimana tuan berada sekarang.. Adalah kerajaan Heistelton. Kerajaan yang sudah hancur berabad- abad sebelum kerajaan Xaverisk ada, namun sebenarnya masih hidup. "

Mataku terbelalak kaget.

Kerajaan Heistelton memang sudah musnah.

Dan aku mempercayainya.

Tapi..

Blood CrownWhere stories live. Discover now