Part 3 : Blood Teller

258 6 0
                                    

Desa Gargrett diserang.

Ketika Weislan dan Lola berdiri di depan pintu masuk desa mereka, yang mereka dapatkan hanyalah bertumpuk- tumpuk mayat para penduduk. Mereka terlambat.

" Mayat.. ? Fylga yang menyerang barusan... Adalah jenis Murderer..... " Ujar Weislan sambil mendekati salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya

Yang dikatakan Weislan memang benar. Fylga memiliki banyak jenis. Jika Fylga yang hanya menculik manusia untuk dibawa ke Questalvagia, itu adalah Fylga jenis Kidnapper. Namun Fylga yang benar- benar haus darah dan membunuh manusia untuk mendapatkan darahnya, Fylga tersebut adalah jenis Murderer. Sebagai ganti mereka telah meminum darah manusia, mereka akan dijadikan persembahan darah di Questalvagia, dan setelah darah mereka diambil, mereka akan dibunuh oleh Fylga lainnya yang menurut mereka adalah pengkhianat. Fylga jenis Kidnapper dan Murderer memang tidak bisa berbaur dengan baik, sehingga banyak terjadi peperangan antar Fylga yang mengakibatkan populasi Fylga Murderer menjadi sangat langka untuk ditemukan.

" Lola, kita harus ke desa. Kita harus melihat apakah masih ada penduduk yang selamat atau tidak. Setelah itu, kembali ke rumah dan siapkan barang- barangmu. Kita akan berkelana lagi. "

Lola mengangguk. Kemudian mereka berjalan pelan- pelan ke dalam desa, mengawasi setiap rumah yang ada. Bisa saja ada Fylga yang keluar dari sebuah rumah, atau bahkan.. Berada di belakang mereka.

Belakang ?

Ketika menengok ke belakang, sudah ada beberapa ekor Fylga Murderer yang siap untuk menyantap mereka. Kemudian mereka berlari, bermaksud memancing mereka ke dalam pusat desa. Fylga- Fylga itupun mengikuti mereka. Namun Lola dan Weislan hanya berjarak 1 setengah meter dari Fylga- Fylga tersebut, karena mereka terbang sangat cepat. Akhirnya Lola memutuskan untuk membalikkan tubuhnya dan menembak beberapa Fylga untuk melumpuhkan mereka. Lola menembak semuanya tepat sasaran. Fylga- Fylga yang semula terbang dengan sangat cepat kini tergeletak di atas tanah kering desa tersebut.

" Weislan ! "

Weislan , entah darimana ia mendapatkan golok besar yang biasanya digunakan oleh para penjual daging untuk memotong daging- daging hewan, berjalan pelan menghampiri Fylga- Fylga yang terkapar namun masih bernyawa.

" Hei kalian makhluk buruk rupa yang telah membunuh banyak manusia.. Kalian tidak pantas hidup di dunia ini.. Di dunia ini kalian hanya akan menyakiti dan disakiti orang lain ! " Pinta Weislan yang memegang goloknya di tangan kanannya.

Kemudian Weislan mengiris leher para makhluk itu sedikit, kemudian makhluk- makhluk itu bersimbah darah.

" Lola ! "

Lola dengan sedikit ragu menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengucapkan sebuah mantera

" Dus van ente foll tam hes tres.. "

Tiba- tiba tercipta sebuah lubang dimensi. Rupanya Weislan bermaksud menghilangkan darah mereka tanpa membunuh mereka. Kemudian Weislan menyeret satu persatu makhluk tersebut dan melemparkannya ke dalam lubang dimensi tersebut.

Selesai mengembalikan makhluk- makhluk tersebut ke dunia mereka, Lola merentangkan kedua tangannya ke depan dan mengepalkannya. Seketika itu juga lubang dimensi tersebut hilang, kemudian Lola menghela napasnya dalam- dalam. Satu- satunya orang yang dapat menciptakan dan menghilangkan lubang dimensi ke Questalvagia hanyalaha ia, dan orangtuanya. Karena ia adalah generasi terakhir dari keluarga Thestonia yang semula adalah bawahan para Fylga kemudian berkhianat pada saat para Thestonia mengetahui maksud para Fylga yang sebenarnya.

" Ayo Lola, kita pulang. "

Lola dan Weislan berjalan pulang ke rumah mereka. Sepertinya rumah mereka adalah satu- satunya rumah yang utuh. Sedangkan rumah penduduk lainnya yang diserang, ada yang sudah runtuh, bahkan menjadi abu.

Kemudian Weislan dengan pelan membuka pintu rumah mereka. Gelap. Sepertinya hubungan listrik pun sudah diputus oleh para Fylga tadi. Lola memutuskan untuk naik mempersiapkan senjata dan barang- barangnya, sedangkan Weislan tetap berada di bawah, karena kamarnya berada di bawah. Ia juga merapikan beberapa barangnya dan memasukkan semua barang lainnya yang sudah tidak terpakai dalam kardus.

Kembali ke Lola. Lola sudah memasukkan pakaian pakaiannya, serta beberapa peluru dan senjata yang diperlukan ke dalam koper miliknya yang berwarna merah muda. Ketika ia hendak keluar dari kamarnya, seekor Fylga masuk memecahkan jendelanya dan menyerangnya. Kali ini sepertinya adalah Fylga jenis Kidnapper. Lola berusaha menembaknya, namun ketika ia menembak, tak ada peluru keluar dari shotgunnya. Oh tidak, ia kehabisan peluru.

" WEISLAAAAAAAAAAN ! TOLONG !!!!!!!!!!! " Teriak Lola

Weislan tersentak. Sepertinya ia barusan mendengar teriakan Lola. Ia bergegas ke atas dan mendobrak pintu kamar Lola, namun ia tidak menemukan Lola.

" Weislan.. Aku di luar ! Tolong aku ! "

Weislan menengok ke luar jendela. Ia mendapati Lola yang dicengkram di dalam genggaman Fylga kidnapper raksasa itu. Weislan berusaha mengulurkan tangannya ke Lola, namun Lola tidak dapat meraihnya. Seketika itu juga Weislan melompat dari jendela dan menancapkan pedangnya ke punggung Fylga tersebut. Namun Fylga tersebut tidak kesakitan malahan mengamuk. Weislan terlempar dari punggung Fylga tersebut dan mengahantap tanah. Ia berusaha berdiri, namun punggungnya sakit.

" Sialan ! "

Lola hanya bisa putus asa melihat Weislan dari kejauhan, begitu pula dengan Weislan. Sudah tidak ada harapan lagi.

Weislan menatap kepergian Lola yang sudah menjauh dari pandangannya. Ia merasakan sakit yang hebat, dan luka di hatinya kehilangan adik satu- satunya yang ia sayangi.

" SIAL ! " Umpatnya dalam hati.

Weislan terus menerus memukul tanah kering yang ada di desa itu. Ia menyesali perbuatannya tadi. Mengapa ia terlihat tak memedulikan Lola sama sekali ? Semuanya sudah terlambat untuk disesali.

Akhirnya Weislan bertekad untuk menyelamatkan adiknya dari tangan para Fylga yang telah menculiknya. Ia masih menyayangi adiknya walaupun ia tahu adiknya terkadang sinis dan perkataannya selalu menyinggung.

" Lihat saja Lola.. Kakak akan menyelamatkanmu ! "

Blood CrownWhere stories live. Discover now