hilang(2)

55 3 0
                                    


"cepat detak jantungnya melemah, nafasnya berhenti!, periksa denyut nadinya, tuuut tuut"

Tanpa pikir panjang aku langsung menaiki taksi menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku langsung berlari, aku tidak peduli seberapa orang yang menatapku heran, sekarang aku hanya memiliki satu tujuan.

"haah haah jisoo kenapa dok?" tanyaku dengan nafas yang masih terengah engah. "dia harus segera di operasi, kanker di hatinya sudah menyebar ke organ penting lainnya" jawab dokter cepat. "op-operasi?" "bagaimana bisa, aku tidak bisa membayar biaya oprasinya" batinku. "b-baiklah cepat operasi dia" kataku mengepalkan tanganku menunduk. "ne" aku melihat punggung dokter yang mulai menghilang dari pandanganku. "bagaimana bisa aku bisa membayarnya?" tanyaku kepada diriku sendiri. Aku mengambil bayaranku tadi yang sama sekali bukan separuh dari biaya operasinya. Aku merasa ada yang menganjal di pikiranku. "manager hyun" aku teringat tentang tawaran itu dan langsung mengambil kartu namanya dari saku ku.

Aku sedang berdiri di depan gedung sebuah agensi besar. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalamnya. "tunggu sebentar " kata seorang security. "mau apa kau kesini?" lanjutnya. "mencari manager lm hyunkyun" "bisa tunjukan buktinya?" aku menyodorkan kartu nama manager hyun, dan tanpa kuduga sebuah kertas kecil bisa membuatku masuk kedalam sebuah gedung terkenal. perasaan khawatirku seperti menyambarku. Tanpa kusadari air mata membasahi pipiku. "ada apa ini?".

Tak buang buang waktu aku langsung mencari ruangan manager hyun. 'duk' aku menabrak dada seseorang. "mianhae" aku tak memeperdulikannya dan langsung masuk dalam ruangan manager hyun. Disana aku melihat beberapa lelaki ada sekitar 8 atau 9 orang pandangan ku terfokus pada manager hyun yang terkejut akan kehadiranku. Aku berlari kecil kearahnya denagan mata yang basah. "aku menerima tawarannya." "ha?" orang orang yang didalam ruangan itu hanya melihatku binggung. Sedangkan manager hyun hanya menangguk mengerti dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dan menyerahkanya kepadaku "silahkan kau tanda tangani" tanpa aba aba kau langsung menanda tanganinya secepat kilat. "sudah, mana bayaranku?" kataku dengan suara bergetar. "apa?, bahkan kau belum bekerja" jawab manager hyun binggung. "cepat berik-" tiba tiba dokter kim menelpon.

"yeobseo"

"cepat kemari jantungnya berhenti berdetak"

"ap-apa?"

"cepatlah, tuut tuuut"

Aku berlari mereka, tanpa ku sadari mereka mengikutiku. "ji-jisoo"batinku. Aku memberhentikan taksi dan menyuruh supirnya untuk megebut. "jisoo..." air mataku tak berhentinya mengalir. Hingga aku sampai di rumah sakit aku menunggu di ruang tunggu operasi. Aku tak berhenti menyalahkan diriku sendiri. Tak lama kemudian manager hyun dan sekumpulan laki laki tadi datang mengampiriku. "apa yang sebenarnya terjadi?" tanya manager lee bingung. Tanpa ragu aku menceritakan semuanya dengan jelas. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. " bagaimana keadaan jisoo dok?" "emm..." "cepat jawab dokter kumohon" dengan nada lembut. "mianhae, jeongmal mianhaeo" aku membulatkan mataku, aku tak pecaya dengan semua ini, kumohon bangunkan aku dari mimpi buruk ini.

.

.

.

Hari ini hari pemakaman jisoo, aku menggunakan dress hitam selutut. Air mataku tak bisa lagi keluar, kesedihan sudah menyelimuti diriku, terkadang aku lupa akan diriku. Aku melangkah ke peti tempat jisoo ditidurkan, "annyeong jisoo, kau sudah bisa tidur dengan tenang sekarang, kau tak perlu merasakan perihnya kehidupan dunia lagi, apa kau merindukan eonni?, nado!, jadilah anak baik disana, titipkan salam eonni untuk ayah dan ibu disana, oh iya juga apa kau sudah bertemu dengan jun oppa?, katakan aku merindukannya dan aku mencintainya sampai kapan pun, emm apa sebaiknya eonni juga kesana?, kita bisa membangun kembali keluarga kita, tunggu eonni ya kang ji soo, good bye my sunshine" bisikku di telinganya.













sip or skip?

vote dan komen yaa

exo  brothers storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang