Chapter 1 : jika ku melawan?

5 0 0
                                    

"Robert maulana junior!!"

"hadir!!"

"Reva johanna vii..!!"

"hadir!"

Dia sahabatku dia lebih bisa di sebut junii entah kenapa dibanding robert atau maulana malah di sebut junii Tapi dia sering seperti itu dia pindah dari ah... Lupa lagi nama sekolahnya yang jelas dia pindahan dari jepang tapi katanya dia juga adalah orang indonesia biasa dan juga dia ramah dengan kaca mata kotak nggak begitu kotak dan juga nggak bisa di sebut jajar genjang.

"Vicassa de jill!"

"ha... Hadir bu!!" yap itu lah namaku teman temanku memanggilku jill kurasa... O.. Ya mungkin aku bisa di bilang introvert karna tak banyak orang tahu aku di kelas beberapa orang mencoba membuat kontak denganku tapi kadang aku terlalu takut untuk memulai. Dan bahkan saat bertemu dengan junii dan berteman dengannya pun agak rumit mulainya aku yang sering di bully saat itu bully-annya sudah melewati batas hingga hampir membuatku celaka.

"o... Pirang!! Kenapa kau tak merazia rambutmu sendiri??"

"ja... Jangan gangu aku!!" kataku sambil menghindarinya taoi saat itu aku terpojok hibgga ke sudut lorong kelas dan tanpa sadar semuanya membantu dia untuk memasukanku kedalam loker dan kuncinya di lempar sangat jauh untuk ku jangkau.

"jaga loker ini hingga pagi mungkin rambutmu akan berubah putih ha...ha...ha..."kata dia.

"ha...ha...ah..hah.....hha...." tawa temannya serentak seperti mengolok olokku.

"bisakan kau lepaskan dia!!" kata junii saat itu dan aku hanya bisa mendengarkannya karena pandanganku terbatas saat ku berada di loker itu.

"guys pahalwan kesiangan ternyata lupa bawa jubah!!"

"haha... AAAAAAA....." suaranya jelas terdengar yanga aku heran karna semua serentak tertawa dan mengerang kesakitan.

Aku di bebaskan dan dia pergi dengan membawa beberapa buku yang dia jatuhkan. Semua terkapar di lantai memegang tangan kiri dan kanan mereka.

Keseokan harinya mereka berada di ruang kesiswaan dan menuduh junii dan ku dengarkan semua perkataannya lewat kaca satu arah karna saat itu ruang guru sedang kosong, kala itu pak guru BK yang menyalak pada junii.

"kau mematahkan lengan ketiga orang ini karna membela seseorang yang di bully tapi yang nggak habis pikir kamu bisa melakukannya sendiri?? Apa kau punya basic beladiri??"

"tidak pak mungkin itu cuma kebetulan" katanya dan aku sangat tahu sekali tawa dan senyum itu karna aku mendengarnya dengan samar sebelum insiden itu terjadi.

Tapi setelah kejadian itu aku pun mulai ingin berteman dengan junii, dia sama introvertnya denganku hingga butuh beberapa usaha keras untuk bertemu dengannya. Seseorang introvert pasti memiliki tempat atau suasana tertentu yang dapat membuat dia merasa nyaman walau dalam tahap ini mereka sering di sebut penyendiri.

Dan hampir sama denganku dia memiliki tempat yang sangat nyaman untuk bisa diam bahakan menjauh dari keributan. Yaitu di atap kelas sekitar kelasku, tempat itu benar - benar seperti surga kesunyian yang hanya beberapa orang yang bisa menikmatinya terutama orang introvert.

Ku tangguhkan niatku dan seluruh emosiku untuk bertemu dengannya dan saat semua mata pelajaranku usai aku bergegas menuju atap dan benar aku mendapatiny sedang bermain sesuatu di tanggannya yang selalu berbalutkan sarung tangan hitamnya.

"cuaca yang baik ya untuk melihat awan??"aku memulai percakapan agak canggung soalnya dia sama sepertiku introvert yang nggak banyak orang tahu keberadaannya.

"kau pernah menciptakan mimpi buruk??"katanya.

"hmmm.... Penyesalan!?"kataku benar benar keheranan.

SUICIDE FUNNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang