Vina : Orang gila

21 2 0
                                    

"Vinaaa kita gak sanggup lagi.." ucap Rena dan Dira.

"Trus gue harus gimana?" ucap gue kepada mereka berdua.

"Lo harus jadi bodyguard kita berdua!" ucap Rena yang membuat gue membelakan mata.

"APA?! Bodyguard?" ucap gue kaget dengan permintaan mereka.

"Iya.. tapi gak kaya bodyguard asli, cuma memenin kita kekamar mandi, jajan, keparkiran, udah itu doang." ucap Dira dengan santainya.

"Itu doang? Lo kira gue orang gabut yang bisa nemenin kalian terus." ucap gue kesal.

Enak aja gue disuruh jadi bodyguard. Ia sih dulu gue pernah mikir pingin jadi bodyguard, tapi bodyguard para cogan, bukan bodyguard dua curut itu.

"Ayolah tolongin kita berdua.." ucap Dira.

"Iyaa.. habisnya setiap kemana-mana sama lo tuh orang sama temen-temennya gak akan ada.." ucap Rena.

Ia kan gue dokter rumah sakit jiwa, jadi mereka takut gue bawa kerumah sakit jiwa.

"Iya terserah kalian aja.." ucap gue malas.

"Serius!" ucap Rena semangat.

"Iyaa" ucap gue sambil memutarkan mata.

"Asikk sekarang kita punya bodyguard.." ucap Dira dengan senyum lebarnya.

Semoga gue gak ikut-ikutan jadi gila, aminn.

***

"Vin ayo kita ke kamar mandi.." ucap Dira sambil menarik tangan kanan gue.

"Kita ke kantin aja.." ucap Rena menarik tangan kiri gue.

"Ke kamar mandi aja!" ucap Dira masih sambil menarik tangan kanan gue.

"Ke kantin aja!" ucap Rena sambil menarik tangan kiri gue.

"Plis deh gue bukan amoeba yang bisa membelah tubuh menjadi dua." ucap gue sambil menarik tangan gue dari mereka.

"Tapi–" ucap Dira terpotong.

"Gak usah tapi-tapian cepet sana! Gue tunggu disini." ucap gue lalu duduk ditembok yang disediakan untuk duduk para siswa.

Gue pun mengeluarkan handphone lalu membuka instagram, hingga gue menyadari ada seseorang yang duduk disamping kanan dan kiri gue.

Gue pun melihat kearah kanan lalu menghela nafas berat.

"Kenapa gue yang harus ketemu kelompok orang-orang gila.." batin gue.

"Halo Vina.." ucap Fadlan ketua dari geng para orang gila.

Vina pun memutar matanya mendengar ucapan Fadlan.

"Lo cantik.." ucap Fadlan dengan smirk andalannya.

"Makasih, lo juga." ucap gue datar.

"Gue memang ganteng.." ucap Fadlan pede.

"Siapa yang bilang lo ganteng?" ucap gue.

"Kan tadi lo ngomong." ucap Fadlan.

"Gue ngomong lo juga, bukan berarti lo ganteng." ucap gue.

"Jadi gak usah baper jadi cowo." lanjut gue lalu berdiri dan meninggalkan geng orang-orang gila.

Gue pun menghampiri Rena dan Dira yang sedang bersembunyi dibalik tembok.

"Ayo kekelas." ucap gue kepada mereka berdua.

"Gak mau ah, ada Fadlan." ucap Dira takut.

"Udah gak apa-apa." ucap gue sambil menarik tangan mereka.

Gue sama mereka ngelewatin kelompok orang gila.

"Halo Dira. Halo Rena." ucap Fadlan dengan senyum genit.

"Kalian cantik deh." ucap Bagas teman  Fadlan.

"Iya kalian cantik, gak kaya yang pake jaket biru. Galak.." ucap Fadlan yang membuat gue kesal.

"Berisik lo orang gila!" ucap gue kesal lalu pergi menjauhi kelompok tersebut, tetapi gue masih mendengar ucapan Fadlan.

"Gila gini juga gue mah ganteng.."

Fadlan itu sebenernya memang ganteng, bahkan banyak adik kelas yang terang- terangan suka sama dia. Tapi mau se ganteng apa pun dia, gue tetep gak suka sama dia.

Cowo playboy adalah musuh terbesar gue, meskipun dari dulu sahabat gue cowo-cowo playboy semua.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang