Bintang menghiasi langit malam dengan indahnya. Membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan tersenyum.
Akan tetapi berbeda dengan dua orang lelaki yang sedang berhadapan dengan emosi yang hampir menguasai mereka.
"Jangan pernah lo sakitin Vina!" ucap Fadlan dengan tangan yang mengepal erat di samping tubuhnya.
"Kenapa? Lo gak suka?" ucap Arkan dengan smirknya kepada Fadlan.
Emosi Fadlan semakin memuncak ketika mendengar ucapan Arkan.
"Iya gue gak suka! Lo mau apa?" ucap Fadlan lalu tersenyum sinis.
Arkan pun mengepalkan tangannya hingga jarinya memutih.
"Lo suka sama dia?" ucap Arkan kepada Fadlan.
"Gue gak suka sama dia. Tapi.." ucap Fadlan gantung dan membuat Arkan kepo.
"Tapi apa." ucap Arkan dingin.
"Kalau lo nyakitin Vina meskipun hanya seujung kuku, gue bakal ngehabisin lo, dan gue gak akan segan-segan meskipun lo kakak gue." ucap Fadlan sedikit mengeluarkan sisi lainnya.
Arkan yang melihat itu sedikit terkejut dan tak percaya bahwa adiknya bisa berkata seperti itu.
"Dan kalau gue liat Vina nangis gara-gara lo. Gue pastiin Vina bakal gue rebut detik itu juga!" ucap Fadlan dengan sedikit mengintimidasi Arkan.
Untuk pertama kalinya Arkan merasa terintimidasi oleh adiknya sendiri.
Arkan pun pergi meninggalkan Fadlan sendiri di halaman belakang rumahnya.
***
Keesokan harinya.
"Vin lo mau ikut gak.." ucap Aurel kepada Vina.
"Kemana?" ucap Vina.
"Kita makan." ucap Aurel.
"Males ah.." ucap Vina lemas.
"Lo kenapa sih?" ucap Aurel karena bingung dengan sikap Vina.
"Gak apa-apa." ucap Vina lemas.
"Lo ada masalah ya?" ucap Aurel.
"Sekarang ini gue belum siap untuk nyeritain masalah gue." ucap Vina lalu tersenyum.
"Mungkin gue butuh waktu untuk cerita ke lo." lanjut Vina.
"Yaudah.. gue ke kantin duluan ya." ucap Aurel.
Vina menjawab dengan senyuman.
Vina meletakan kepalanya dimeja lalu memejamkan mata. Tetapi seseorang mengganggunya.
"Vin.." ucap Raka teman sekelas Vina.
"Apa?!" ucap Vina kesal.
"Fadlan nyariin kamu." ucap Raka.
Mata Vina terbelak ketika mendengar nama Fadlan.
Vina pun mendekati Raka.
"Dimana?" bisik Vina kepada Raka.
"Dilapang." bisik Raka.
Vina pun pergi meninggalkan Raka lalu pergi menuju lapang.
Ia melihat Fadlan sedang bersama teman-temannya.
"Vina sini." ucap Fadlan sambil melambaikan tangan kepada Vina.
Vina menoleh sebal, lalu berjalan mendekati Fadlan.
"Apa?!" ucap Vina kesal.
Fadlan mendekati Vina lalu memberikan sebuah tas belanjaan dengan logo merek terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake
Teen FictionDia bagaikan bunga mawar, Indah namun menyakitkan. Menggapai sebuah harapan yang tak pasti, Membuatku tenggelam dalam ilusi yang menyakitkan. Menimbulkan sebuah fatamorgana, Yang membuatku lupa diri. Disaat itu lah aku sadar, Bahwa kau adalah indah...