REINS

1K 136 61
                                    


Aku mencintai Yoongi. Jungkook, kau mendengarku?

Kukatakan ini pada Jungkook. Tapi dia hanya duduk, menatapku dengan seulas senyum. Dia hidup lama denganku namun tak pernah kupahami isi kepalanya. Bahkan ketika kukatakan aku mencintai Yoongi, dia diam saja. Entah terima entah tidak. Aku yang butuh jawaban kemudian mendekatinya. Sebuah gunting di tanganku. Dengan ujung gunting aku cukil jahitan di kepala Jungkook, sampai terbuka celah untukku merogoh isinya. Jungkook masih tersenyum meski kepalanya kuacak-acak. Aku berjongkok dan menjauhinya supaya bisa kupandang dia lebih jelas. Jungkook duduk agak miring, berat sebelah karena terlalu banyak isian kepalanya yang keluar di bagian kiri. Mukanya jadi penyok.

Aku mencintai Yoongi.

Jungkook tetap tersenyum.

Kupikir aku telah menyakiti hatinya, jadi kujahit lagi kepalanya yang menganga itu.

.

.

.

REINS

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

Taekook/Taegi

.

.

.

Suatu hari aku berjumpa dengan Yoongi di sebuah kedai kopi. Aku mendapat serangan tak terduga ketika kami bertemu pandang. Dadaku mendadak sakit. Ada selewat nyeri. Nyeri itu kembali setiap aku meliriknya. Kami tidak bicara. Kami bahkan tidak saling mengenal. Dia juga tidak melihatku setelah temu mata yang tak sengaja itu. Tapi pengaruhnya betul-betul kuat. Timbul rasa ingin memiliki. Aku ingin memilikinya. Kupandangi terus dia. Dengan pikiran ini aku coba mengendalikannya. Hanya saja itu sulit. Manusia punya pikiran sendiri. Pikiran itu jadi tameng untuk melindungi mereka dari pengaruh luar. Aku harus masuk dengan dobrakan. Pada Yoongi, itu tak bisa. Dia tetap haha-hihi bercengkrama dengan kawannya di meja itu sementara aku berusaha menarik kepalanya agar menoleh ke arahku.

Ketika aku pulang, kulihat Jungkook. Dia dengan mudahnya mendekat kalau aku minta. Dia duduk di pangkuanku. Kubelai kepalanya. Kupeluk dirinya yang hangat. Aku menaruh dagu di ubun-ubun Jungkook sambil bercerita.

Jungkook, dia cantik. Aku menginginkannya. Aku tak tahu namanya siapa. Belum tahu. Besok aku akan datang ke kedai itu lagi. Mungkin dia juga akan datang ke sana.

Jungkook tersenyum.

Esok harinya aku datang lagi ke kedai. Tanganku memeluk sebuah kap kopi. Yoongi datang bersama teman-temannya. Mereka bercengkrama sambil haha-hihi lagi. Kupikir hidupnya adalah cerita yang bagus dan menyenangkan. Di matanya tak terlihat beban. Aku memerhatikannya sampai pada titik-titik yang ada di wajahnya. Tahi lalat di hidung. Dia tertawa. Kopinya hitam tanpa gula. Senyumnya lebih manis dari Jungkook. Seorang temannya menyadari kalau aku terus memerhatikan Yoongi. Mereka berbisik-bisik kemudian dan akhirnya aku dilihat. Sebentar, lalu mereka tertawa lagi.

Aku pulang, Jungkook mendekat dan kupeluk dia.

Jungkook, dia melihatku. Aku menginginkannya. Aku tak tahu namanya siapa. Belum tahu. Besok aku akan datang ke kedai itu lagi. Mungkin dia juga akan datang ke sana.

Jungkook tersenyum.

Esok harinya aku datang ke kedai. Belum pesan apa-apa. Kursi yang dua hari jadi tempat dudukku diisi Yoongi. Dia sendirian.

"Teman-temanku sibuk, dan aku menganggur sendiri," katanya.

Aku duduk dengan Yoongi. Kami sama-sama memeluk sebuah kap kopi. Kopinya dan kopiku hitam tanpa gula. Aroma pahit murni tercium samar. Fitur wajahnya aku suka.

REINS [Taekook/Taegi ff]Where stories live. Discover now