H-Seminggu KKN

100 2 0
                                    


Ransel sudah siap. Packing hampir beres. Buana sudah menjejalkan beberapa pakaiannya di dalam ransel 75 liter itu. Dia sudah memperhitungkan helai demi helai pakaian yang akan dibawanya selama Kuliah Kerja Nyata alias KKN nanti. Dengan satu ransel besar dan satu tas jinjing yang berisi laptop, dokumen, dan peralatan tulis lain cukup untuk menampung semua kebutuhannya selama satu bulan di lokasi terpencil.

Lelaki bertubuh tegap dan berbahu bidang dengan sedikit otot kekar di lengannya ini sengaja membiarkan kamarnya berantakan. Lemari dua pintunya terbuka lebar. Lipatan baju di dalamnya sudah tidak karuan. Dia sangat antusias mengepak pakaiannya hingga tidak memperhatikan lagi keadaan lemarinya yang mulai kacau. Tempat tidurnya saja sudah amburadul. Laptop, ponsel, serangkaian gadget pengisi kebosanan, beberapa buku, kertas-kertas yang entah apa isinya, beberapa pakaian, sarung, sajadah, dan beberapa perintilan pribadinya. Keberangkatan masih empat hari lagi, tapi Buana masih takut ada barang yang terlupakan.

Ia adalah ketua kelompok KKN untuk titik lokasi Agam, jorong Anak Aia. Saat berangkat nanti, itulah kali pertama Buana menginjakkan kaki di Sumatera Barat. Ia sangat suka melalangbuana. Ya, seperti namanya. Selama kuliah yang baru berjalan empat semester, Buana rajin sekali ikut kegiatan kampus, mulai dari study tour, jelajah alam, bakti sosial, hingga konferensi. Kulitnya yang sawo matang agak mengkilat menjadi saksi perjalanannya. Muka bulatnya menjadi cokelat dibakar matahari. Apa pun yang bertema jalan-jalan, Buana pasti takkan melewatkannya.

"Yup. Cukup," ujar Buana sambil berdiri dan menggeliat. Buana memeriksa dokumen yang harus dimasukkan ke dalam map. Surat izin sudah ada. Surat pengantar kampus dan rekomendasi dari Bupati setempat juga sudah. Beberapa bahan dan data sudah disatukan. Dalam tim mereka, Buana, mahasiswa jurusan Ilmu Hukum yang bertanggung jawab untuk misi ke jorong Anak Aia, Agam, Sumatera Barat. Dia yang mengurusi surat-menyurat dalam dan luar kampus. Dia pula yang menghubungi pemerintah Kabupaten Agam dan Kepala Desa. Semua sudah dilakukannya, dibantu oleh Bani Arandi Setiawan, rekan KKN-nya.

Buana menarik keluar satu klip dokumen yang terselip di bawah bantal guling. Ia tersenyum membacanya. Ini adalah kumpulan data tim KKN-nya. Ada pula secarik kertas di belakangnya berupa coretan mereka saat mereka pertama kali digabungkan dalam satu tim.

Buana Gandira, Fakultas Hukum, siap memimpin tim dalam misi KKN; tanggap terhadap anggota; siaga 24 jam, tamu wajib lapor.

Bani Arandi Setiawan, Fakultas Teknik, siap mewakili Pak Ketua; mengayomi anggota terutama wanita; segala transportasi aman tersedia.

Gemintang Purnama, Fakultas Ekonomi, senang menenteng kamera, sangat ringan tangan dalam mengabadikan momen dalam lensa kamera; berbakat mengangkut barang berat; siap pasang badan jika anggota terancam.

Areta Nareswara, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, perempuan yang suka berdrama; hobi berselancar di social media; segala informasi lokasi tinggal mengedipkan mata.

Shana Vila Rein, Fakultas Kesehatan Masyarakat, walau gagal jadi dokter, masih bisa berbagi tips kesehatan dengan sesama;

Aufira Milia, Fakultas Psikologi, punya intuisi menjadikan semua tempat lebih menyenangkan; siap menjadi relawan pewarta berita sekaligus juru bicara; tidak suka sama yang namanya ribet.

Zula Valdarama, Fakultas Ilmu Komukasi, akan selalu membuat tim ini ceria; kecil-kecil cabai rawit dan gesit; berharap semua kegiatan KKN akan mengalir selancar video Youtube tanpa buffering dengan kecepatan internet 4G.

Buana tersenyum geli membaca coretan teman-temannya dalam satu lembar kertas itu. Kilas balik pertemuan mereka dua bulan yang lalu memenuhi benaknya. Buana melihat namanya berada di posisi paling atas yang berlabel Ketua Tim di mading rektorat, lalu diikuti nama enam orang di bawahnya. Sejak saat itu, Buana mulai sering berkumpul dengan teman-teman barunya itu, baik pada saat santai maupun pada saat trainingpra-KKN yang wajib diikuti. Ia mulai mengenal karakter mereka satu per satu. Cekcok sering terjadi, tapi Buana menikmatinya karena ia yakin, nanti, saat KKN tiba, semua akan bahu-membahu bersama, tinggal bersama, dan menghadapi segala kemungkinan yang terjadi bersama.

Buana sudah membagi beberapa tugas kepada teman-temannya. Dia yang bertanggung jawab, didampingi Bani sebagai wakilnya. Areta tentunya bertugas menyiapkan segala data dan bahan mengenai lokasi KKN mereka. Vila, si anak kesehatan harus siap memberikan penyuluhan kesehatan dan memberikan tindakan medis pertama untuk teman-teman setim dan warga setempat nantinya. Zula dan Purnama adalah seksi dokumentasi. Mereka juga akan memberikan penyuluhan mengenai media komunikasi yang layak bagi warga. Lalu, Aufira, anak Psikologi ditugaskan meneliti kehidupan psikologis anak-anak desa, berbaur, dan memberikan pengajaran. Aufira akan bekerja sama dengan Areta dalam hal sosialisasi. Itu pula yang membuat Areta gondok harus duet dengan cewek yang ternyata tidak mencerminkan kebijaksanaan anak Psikologi sama sekali. Areta hanya mampu menggerung saat Buana meledeknya harus menjinakkan Aufira.

Buana menggeleng-geleng kepala mengingat masa training singkat mereka. Dia memasukkan kembali kertas yang dibacanya ke dalam map. Setelah mengenyampingkan barang-barang di tempat tidur, ia menindih kasur empuknya dengan bobotnya yang berat. Ia tidur telentang sambil menatap langit-langit kamar seraya membayangkan petualangannya nanti di tanah Sumatera. Rasanya semua sudah dipersiapkan. Ia telah membagi tugas kepada anggotanya dan mereka juga telah menjalani training pra-KKN selama 1 bulan ini. Training yang dilalui benar-benar melelahkan, kadang-kadang membosankan juga. Selama sebulan, mereka harus mengikuti beberapa seminar dan workshop tentang kedaerahan, kearifan lokal, dan hal-hal yang berbau muatan sosial dan pengolahan sumber daya. Selan itu, mereka juga ikut latihan fisik dan outbond. Ditambah pula dengan beberapa tugas individu dan kelompok. Ini sudah seperti menghabiskan enam SKS sendiri dengan masa kuliah yang harusnya 5 bulan dipepet menjadi 1 bulan, pikir Buana. Apa boleh buat, training memang wajib diikuti oleh ratusan peserta KKN yang lulus seleksi, termasuk Buana. Namun, semakin mendekati hari H keberangkatan, Buana bersyukur telah mengikuti training itu.

Akhirnya mereka sampai pada hari ini, saat kesiapan sudah mencapai 95 persen. Angan Buana pun seakan menerawang masa depan. Anak Aia Agam. Apa yang ada di sana?

Lalu ponselnya berdering.    

KKN HororWhere stories live. Discover now