Pemuda itu memperhatikan butiran salju yang mulai turun hari itu. Perlahan seulas senyum terlukis indah di wajah manisnya. Coklat panas di depannya menemani sore hari itu. Matahari hampir tenggelam di ufuk barat sana. Sebuah ingatan melintas di kepalanya, membuat senyumnya makin lebar, menampakkan behel yang terpasang di giginya.
"Jeongin-ah!"
Pemuda itu menoleh pada pintu masuk cafe itu. Seorang pemuda dengan rambut pirang masuk dengan senyum lebar.
"Kau lama sekali, hyung," ucapnya ketika pemuda tadi sudah duduk di depannya. Pemuda itu hanya terkekeh sebentar lalu mengeluarkan sebuah kotak biru dari balik punggungnya.
"Untukmu, Yang Jeongin," ucapnya sambil menyerahkan kotak biru itu. Jeongin mengernyit tak mengerti.
"Ini baru tanggal 7, hyung," ucapnya lalu tertawa, membuat matanya tinggal segaris.
"Aku ingin yang pertama memberikannya padamu," jawab pemuda itu. Jeongin menghentikan tawanya lalu menatap pemuda yang tersenyum lebar itu. Alis kirinya yang terpotong itu menambah ketampanannya.
"Hyung," panggil Jeongin pada pemuda itu. Pemuda itu menoleh padanya.
"Aku merindukannya," ucapnya menatap ke luar jendela cafe. Pemuda itu mengernyit sebelum akhirnya tersenyum.
"Ini sudah tiga tahun, Jeongin. Empat tahun besok. Dan itu bukan waktu yang singkat," lirihnya memandang Jeongin.
"Tapi kenyataannya aku masih tak bisa melupakannya."
Pandangan Jeongin melayang pada butiran salju yang tak berhenti turun sejak tadi. Membuatnya teringat pada masa yang lalu yang selalu ia rindukan setiap harinya. Masa ketika mereka masih bersama-sama. Masa yang selalu membuatnya tersenyum setiap mengingatnya.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Child | ✔
Short StoryTiga tahun bukan waktu yang singkat. Namun sampai sekarang Jeongin bahkan belum bisa melupakan masa lalunya. Seseorang yang benar-benar membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya tanpa diberi kesempatan untuk bangkit kembali. Ya, Jeongin memang jatuh cinta. ...