-The Child-

34 5 3
                                    

Sebelas tahun yang lalu, tepat saat usianya genap tujuh tahun, Jeongin mengenalnya. Gadis manis dengan senyum yang selalu terkembang di wajahnya. Gadis yang selalu optimis dengan segala kehidupannya...

---

4 tahun yang lalu...

"Jeongin-ah! Somi menunggumu!"

Jeongin tersenyum. Ya, gadis itu sudah datang. Gadis yang selalu menemani kehidupannya selama tujuh tahun terakhir. Gadis yang berusaha membuatnya selalu tersenyum di segala situasi.

"Ne, eomma! Jeongin turun!" balasnya lalu meraih tas hitamnya dan berlari turun menuju ke dapur, tempat yang selalu dimasuki Somi ketika gadis itu berkunjung ke rumahnya.

"Kau lama sekali, Jeongin," tegur Somi begitu Jeongin memasuki dapur. Jeongin hanya mencibir.

"Sarapanlah dahulu. Ibu sudah membuatkan sup ikan kesukaanmu," ucap ibunya sambil menyiapkan piring di atas meja makan.

"Ne," ucapnya singkat lalu duduk di salah satu bangku di meja makan. Somi hanya mengangguk lalu mengambil duduk di samping Jeongin.

Mereka makan dengan lahapnya, sebelum akhirnya Jeongin mengakhiri makannya dan mengenakan sepatu. Somi memandanginya dengan mata bulatnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apakah ada yang salah?" tanya Jeongin tanpa menatap gadis itu. Somi hanya mengerjap.

"Ani. Hanya saja kau terlihat berbeda hari ini," ucapnya lalu membuka pintu rumah Jeongin.

Jeongin terkekeh sebentar. "Itu yang kau ucapkan setiap pagi padaku," katanya lalu melongokkan kepalanya ke arah dapur.

"Eomma, aku berangkat," pamitnya lalu segera keluar rumah menyusul Somi yang sudah keluar sedari tadi.

"Jeongin-ah," panggil Somi begitu mereka berdiri sejajar. Jeongin menoleh demi menanggapi panggilan gadis manis itu.

"Ku rasa aku tidak enak badan," ucap gadis itu mengulum bibir.

Jeongin tak menjawab, hanya mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh dahi gadis itu. "Kau tidak demam," gumamnya lalu menarik tangannya.

Somi mencebikkan bibirnya. Pipinya menggelembung bulat.

"Kau tahu, aku tak pernah berbohong tentang keadaanku. Aku hanya tidak enak badan untuk pergi ke sekolah. Namun tidak untuk yang lain," katanya lalu menghentikan langkahnya. Jeongin ikut menghentikan langkahnya menatap gadis itu datar.

"Kau ingin kita membolos?"

Gadis itu meringis lebar. "Ku kira kau cukup peka," ujarnya lalu menarik tangan pemuda berkawat gigi itu. Jeongin hanya menghela nafas ketika gadis itu mulai menarik tangannya menjauh dari halte bus.

"Kita akan kemana?" tanyanya ketika Somi mulai menarik tangannya.

Somi menoleh. "Kau kira kita akan kemana?" balasnya lalu meringis lebar. Jeongin hanya tersenyum simpul sebelum akhirnya berlari gantian menarik tangan Somi.

"Ku kira kau tak mau ikut denganku," ujar Somi melihat Jeongin yang sudah tersenyum lebar di depannya.

Mereka berdua berlari dan berhenti di depan sebuah bangunan kecil tak terpakai. Sebuah bangunan berisi rak-rak buku lama yang terisi dengan komik dan novel milik mereka berdua. Tempat yang mereka sebut sebagai markas.

"Kita akan menghabiskan waktu bersama, Jeongin," lirih Somi membuat Jeongin menoleh. Jeongin tersenyum.

"Tentu," balasnya sama lirihnya.

Somi menarik tangan Jeongin untuk memasuki bangunan tua itu. Jeongin hanya menurut saja ketika tangan mungil gadis itu menarik tangannya.

Sampai di dalam, Somi melepaskan tangan Jeongin lalu berlari kecil ke arah rak paling pojok. Tubuhnya melompat untuk bisa mencapai rak teratas, mengambil sebuah buku yang sangat disayanginya. Namun sayang, tubuh mungilnya tak bisa mengggapai rak tinggi itu.

The Child | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang