3

40 6 1
                                    

"Aku benci bercita-cita."

Kenapa? Terkejut?

Tak perlu melotot begitu.

Aneh? Ya,
Seperti orang putus asa!
Bisa dikatakan begitulah keadaannya.

Kau bisa katakan itu.

Tapi, aku punya alasan kuat.

Apa?
"Kecewa"

Pernah mendengar bahwa manusia hanya bisa merencanakan. Namun, Allah yang menentukan segala sesuatunya. Pernah?

Jika pernah, itu alasan yang kedua.

Saat menanti giliran ppl., aku berpikir kembali. Bukankah sebagian besar cita-cita besar yang kutoreh selalu gagal?

Kenapa?

Aku ingat kembali masa SMP.
Cita-citaku yang masih kupendam dan tak akan mungkin terwujud.
Menjadi juara umum.

Kau tau? Aku sudah mengusahakan segala yang bisa kulakukan. Hanya dua semester, aku merasakan rangking satu di kelas unggul. Selanjutnya, peringkatku menurun. Padahal, aku sudah bercita-cita.

Kau tau selanjutnya? Aku menyerah. "Mungkin di lain waktu," pikirku.

Tapi, sampai aku tamat menjadi pelajar. Cita-cita itu takkan terwujud.

Aku memang mendapat rangking satu sebanyak dua semester di kelas satu SMA. Dan tak lupa, itu di kelas unggul. Sepertinya redupnya cita-citaku akan berubah menjadi cahaya yang terang.

Sungguh, aku tak terobsesi mendapat rangking satu di SMA.
Tapi, Allah berkata lain.
Dan aku ampai harapan dan cita-citaku kembali.

Tapi, naas nya. Cita-citaku kandas.
Entah mengapa, namaku tak terdaftar di kelas XI ipa 1?
Aku terlempar ke kelas XI ipa 2.

Dan kau tau? Aku terlempar. Dan itu lah akhir harapanku. Meski rangking tetap satu. Tapi, berada di kelas unggul adalah syarat lainnya untuk menjadi juara umum.

Cukup. Aku tak suka bercita-cita.

Mungkin. Allah tau yang terbaik untukku.
Allah tau, aku tak pandai merendah diri.
Allah tau, aku tak memiliki public speaking yang baik. Walaupun aku cukup aktif berorganisasi di kelas X.

Dan saat aku tak sengaja menggali cita-citaku, aku kembali kecewa.

Cita-citaku menjadi seorang dokter.
Mungkin menjadi dokter yang menanggani masalah darah.
Aku suka itu.
Tapi, itu telah kandas.

Sungguh, aku tak suka bercita-cita.

Siapa yang mau menjadi guru?
Bahkan teman-teman memaki niatku menjadi guru.

"Kenapa tak ambil beasiswa kedokteran itu, Ce?"

"Ah, sayang. Bodoh banget kamu!"

"Jadi guru itu susah, Ce! Tapi, terserah kamu."

"Sekarang guru susah apalagi jadi PNS.nya."

Dan banyak lagi cercaan.
Begitu hinakah menjadi guru?

Walaupun guru bukan cita-citaku. Tapi, inilah jalan yang Allah pilihkan untukku.

Guru PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang