Berharap Lebih

13 2 0
                                    

__________

Aku tahu kesalahan tebesarku yang aku lakukan disini adalah 'terlalu berharap lebih padamu'

_________


Cahaya matahari menembus jendela kamar Leira dengan teriknya. Sang empunya kamar yang masih tertidur bahkan sedikit terganggu namun memutuskan untuk bangun dari tidurnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.05 dan Leira masih baru bangun dari tidurnya. Leira yang menyadari itu langsung terperangah menatap jam dinding hitamnya itu.

"Ya Tuhan... Kok bisa telat bangun sih?!!" kata Leira berbicara sendiri sambil bergegas mandi.

Beberapa menit berlalu Leira sudah siap memakai seragam putih abu-abunya beserta atribut lain seperti dasi dan gesper SMA nya tak lupa juga ia memasukan topi.

Hari ini adalah hari Senin dimana jadwalnya upacara dilakukan. Leira mendengus ketika menyadari hari ini juga ada ulangan harian dari pak Maman guru Kimia nya.

Gapapa Raa. Ingetin doi aja. Nanti upacara kamu harus ada di barisan paling depan, biar bisa liat doi...batin Leira menghibur diri.

Selalu seperti ini jika ia sedang berbeban berat atau memikirkan tentang tugasnya yang membuat kepalanya seketika rusak ia pasti selalu mengingat seseorang yang mampu membuat moodnya kembali. Itu Arif sang gebetan.

Leira bukanlah perempuan yang selalu dekat dengan Arif. Bukan juga perempuan yang selalu membututi Arif kemana gebetannya itu pergi. Leira bahkan tidak yakin Arif masih mengingat dirinya atau tidak setelah kejadian kemping kemarin. Leira hanya perempuan yang dengan segala ketulusannya mengaggumi Arif dalam diam tanpa Arif ketahui.

Leira berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah setelah menyadari begitu lama ia berkutik pada pikirannya tentang Arif.

"Aduhh Ra. Kamu tuh kalo turun tangga ati-ati dong. Gak usah buru-buru gitu!" kata Ruth yang menatap Leira dari di meja makan.

"Tau nih. Jatuh aja nangis-nagis luh?" ejek kak Julian sang kakak.

"Paan sih kak? Udah tau Ira lagi telat. Udah jam segini nih? KaJul lagi kok malah santai-santai disini bukannya siap-siap kuliah trus anter Ira jugaa?" oceh Leira sambil mengambil gelas susu yang berada dihadapan kak Julian.

"Ehh susu kakak, main ambil ajaa!" bukannya mengurungkan niat, Leira malah memindahkan gelas yang sedang ia tenggak isinya itu jauh dari kak Julian

"Udah. Buruan anter Ira ayo!" kata Leira setelah menghabiskan satu gelas susu milik kakaknya.

"Kamu ini ya, kebiasaan. Gak dibangunin suka telat." Ruth menggelengkan kepala melihat tingkah anak tengahnya yang selalu begitu.

"Iyaa tau nih, KaJul ambil kunci mobil dulu kamu tunggu luar aja sanaa" ucap kak Julian dengan nada ketus.

"Iya," ucap Leira dengan nada ikut ketus "Maa, berangkat" pamitnya.

"Lain kali pasang alarm deh Ra? Kamu kalo gak mama bangunin gak bangun nih?"

"Iya mama, Ira pasang deh nanti." Leira mengecup tangan mama nya "Ira berangat ya ma."

"Ati-ati."

####

Matahari sangat panas di pagi ini mampu membuat kulit para siswa-siswi yang mengikuti upacara seperti terbakar. Namun perempuan itu justru tak terusik dan tetap diam menatap siluet jangkung yang berbaris paling depan dibarisan kelasnya.

Siluet jangkung milik Arif itu tak menunjukkan pegerakan apapun seakan laki-laki itu ikut mengikuti upacara dengan benar-benar. Leira beberapa kali mengaggumi wajah Arif yang penuh peluh itu tanpa disadari laki-laki itu.

CONSCIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang