=========================
"Bay..."
"Bay!!"
"Bayuu!!"
"Hmm?"
"Ish dari tadi gue panggil juga. Congek banget!" kata Leira dengan judes merasa kesal dengan Bayu yang sedari tadi hanya memainkan handphonenya, bermain game tidak jelas. Apa? Em-el? Apalah itu Leira tak mengerti.
"Mana sih Ian? Jadi gak nih?" tanya Leira yang kesal karena satu temannya belum datang juga hingga sekarang.
"Au nih. Bilang suruh kumpul giliran kita udah kumpul malah dia ngilang. Kebiasaan emang Ian." ujar Bayu yang ternyata masih fokus pada game nya.
Tadi sepulang sekolah Leira mendapat pesan dari Ian sang ketua band sekaligus sang drumer di bandnya menyuruhnya untuk berkumpul sebentar, entahlah katanya ada hal yang ingin di bicarakan namun sampai sekarang Ian ini belum muncul disini.
"Gue pulang nih lama-lama," ujar Leira yang sangat bosan menunggu si Ian Ian itu datang.
Leira mendengus melihat Bayu yang masih asik dengan ponselnya yang digenggam miring tersebut. Namun tak berlangsung lama pintu ruangan terbuka menampilkan dua siswa laki-laki membuat Leira memekik dalam hati. Bukan, bukan karena kedatangan Ian yang tiba-tiba namun kedatangan laki-laki yang kini berada di sebelah Ian lah yang membuat Leira terkejut.
Ian sang ketua masuk bersama seorang laki-laki yang masih Leira ingat kejadian hari itu. Laki-laki itu yang berada di ruang musik saat Leira sendirian, yang kepergok Leira masuk ke ruang musik diam-diam namun tidak jadi.
Leira menyembunyikan rasa penasarannya ketika Ian dan laki-laki itu sudah berada dihadapannya sekarang, Ian menyalimi tangan Bayu (=yang biasa dilakukan remaja kini) diikuti laki-laki yang berada dibelakang Ian yang kemudian menyalimi Leira. Tubuh Leira kaku saat laki-laki itu menyentuh tangannya, entahlah mungkin ini yang di namakan gugup.
"Sorry-sorry baru nongol neh, gue tadi ngumpul osis dulu. Biasa lah orang sibuk," ucap Ian dengan bangga.
"Yayaya yang sibuk mah beda," timpal Bayu sementara Leira diam sambil melirik laki-laki tadi yang kini memandangi asing seisi ruangan.
"Iya dong."
"Udah langsung aja ahh! Jadi maksud lo nyuruh kita ngumpul tuh apa??" tanya Leira to the point.
"Iya selow aja kalee Ra, baru juga ngumpul." jawab Ian dengan santai "Yaudah jadi gini." Ian melirik laki-laki tadi sambil tersenyum membuat Leira mengernyitkan dahinya.
"Gue punya temen, jago gitar nih Ra," ucap Ian pada Leira membuat moodnya seketika berubah "Karena gue sayang sama lo. Gue gak mau lo selalu pusing setiap kita manggung. Semenjak Jingga pindah sekolah kan lo yang jadi vokalis sekaligus gitaris. Gue gak mau buat lo ribet atau cape, setiap kita band lo selalu megang dua peran."
Leira memutar bola matanya tanpa mereka sadari. Selalu seperti ini, padahal Leira sangat menikmati perannya sebagai gitaris sekaligus vokalis di FlatBand ini. Sudah berapa kali Leira katakan bahwa ia sama sekali tidak keberatan.
"Jadi Ra, tenang aja. Gue udah pengganti gitaris buat band kita. Dia saudara gue, ya walaupun jauh dari kata mirip ya kita berdua. Namanya Marvel. Dia seangkatan sama kita, anak ipa. Lo pasti pernah liat nih bocah dah Ra? Dia sih ikut eskul futsal tapi dia cerita sama gue kalo dia udah jarang ngikut. Gue ajak deh dia kesini, dan untungnya sih ya dia mau-mau aja." ucap Ian menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSCIOUS
أدب المراهقين'Berawal dari ketidak kenalan, sekarang kamu menjadi seorang yang selalu aku pikirkan' -Leira