O.N.E

127 16 4
                                    

Jejak ini mengendap sudah.
Tersapu habis buih.
Terpecah karang,
demikian tangis ini.
Peluk aku sebisamu.
Layaknya pasir pantai membenamkan mata kakiku.
Selagi kaki ini masih menjejak.
Selagi jantung masih berdetak.

Farewell. Pada akhirnya yang bertemu akan berpisah. Yang ada akan tiada. Yang datang akan pergi. Yang lewat akan berlalu. Entah bergegas entah mengulur waktu perginya. Tapi pasti .... Pasti!

-Rise-

Hembusan angin menelusup gaun yang saat ini ia pakai, padangan matanya tak lepas memperhatikan indahnya cakrawala.

Malam ini, sungguh bulan sedang bersinar terang dengan penuh di temani oleh bintang bintang di angkasa. Sudah beberapa menit berlalu dan keheningan yang terjadi mulai pecah saat suara hentakan sepatu datang menghampirinya, ia pun terkejut atas kedatangan sosok pria dengan wajah yang sangat lesu, sosok pria yang datang untuknya pun duduk disamping dirinya, dan sosok pria itu adalah Revan.

"Alleta..." laki laki itu menarik napas dalam melanjutkan ucapannya "Aku menyesal al, mengapa penyesalan selalu datang di akhir al." Laki laki tersebut berbicara dengan air yang mengalir di matanya.

"Untuk apa kau menyesal, bukannya kau sudah bahagia hidup dengannya."

"Tidak alleta, aku sangat menyesal meninggalkan mu begitu saja, riana istriku ia telah mengkhianati ku. Aku sangat sedih al apa yang harus ku lakukan?"

"Maaf aku tidak bisa membantumu, kau jalani saja hidup barumu dengannya, mungkin ini cobaan dari tuhan untuk keluargamu."

"Aku sudah berpisah dengannya" ucap laki laki tersebut dengan berteriak. Ia pun terkejut atas hal yang baru saja di ucapkan laki laki tersebut dari bibirnya.

"Trus? Kalau kamu sudah berpisah dengannya apa urusan aku dengan keluarga mu, aku tidak ada sama sekali hubungan dengan kalian."

"Aku ingin kita seperti dulu al."

"Hah? apa? apakah kau sudah gila? aku tidak bisa kembali kepadamu, lagi pula aku sudah melupakanmu dari semua yang terjadi, apakah bagimu ini mudah? Ini sangat sulit, kau tinggalkan aku dengan keadaan yang tidak memungkinkan, kau pergi tanpa meninggalkan jejak, dan ternyata kau memiliki sosok perempuan lain, apakah itu biasa saja bagi mu? Dasar egois"

Laki laki itu pun membisu.

"Lebih baik kau tidak usah menemuiku lagi, lupakan aku!"

Laki laki bernama revantara andi itu mendesah pelan. Pada menit selanjutnya ia membuang napas kasar, "Aku tidak bisa alleta"

Alleta memutar pandangannya, ia tidak mau melihat wajah revan saat ini. Ia lebih tertarik melihat indahnya cakrawala dan sembari ku berbicara "Lupakan saja! Aku sudah melupakan mu, kenapa kau bisa menemuiku disini? ya sudah lah itu juga tidak penting. Aku ingin pergi saja dan aku beri peringatan kepadamu, lupakan aku dan janganlah datang kepadaku lagi seperti ini."

Alleta pun mulai meninggalkan revan, dengan mobil yang ia pakai berwarna hitam pekat dan ia langsung menaiki mobil itu, dan meninggalkan laki laki tersebut.

•••

Revan yang ditinggalkan oleh alleta begitu saja ia langsung menaiki mobilnya dan mengejar mobil alleta. Mereka mengendarai mobil masing masing tetapi kecepatan mobil mereka melewati batas sehingga mereka mengendarai mobilnya dengan cepat sekali.

Suara yang tak asing yang dihasilkan dari mobil ke sebuah jalan tol sangat teriang di telinga mereka masing masing, jalan tol tersebut sangat sepi karena tengah malam menyelimuti mereka dan keadaan alam yang tak memadai (cuaca buruk).

RiseWhere stories live. Discover now