Rasa was-was menghinggapiku saat melewati hutan kecil menuju desaku. Marah dan takut berbaur menjadi satu karena Udin, sepupuku, lupa menjemputku di stasiun.
Padahal di jam segini tidak ada angkot ataupun ojek yang mau mengantar ke desaku yang terpencil.Aku mencoba tersenyum melihat purnama menebar sinarnya. Namun sedikit demi sedikit bulan menghilang tertutup bayangan bumi.
"Wah, gerhana," gumamku sambil mempercepat langkah.
Terdengar suara langkah lain di belakangku. Bulu kudukku meremang. Ketika bulan kembali menampakkan sinarnya karena gerhana telah berlalu, samar-samar nampak bayangan besar di belakangku. Seketika itu, tubuhku gemetar. Tiba-tiba, sebuah tangan sedingin es meraih jemariku yang kaku.
YOU ARE READING
Beyond The Color of The Night
HorrorKumpulan FF tugas dari kelas fiction for beginner batch 6, Cloverline Creative