1- Wahidun

249 13 2
                                    

"Jika kamu menemui kecantikan pada hatimu, kamu akan menemui kecantikan pada setiap hati"

Maulana Jalaluddin Ar-rumi

🍀🍂🍃

Tik tok tik tok
Denting jarum jam mengisi kesunyian di kamar bernuansa putih yang Fatimah huni.

Waktu terus berputar menemani Fatimah yang tengah membaca kitab yang berjudul Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi karya Habib Umar bin Hafidz.

"Fatimah salam umi kok gak dijawab?"

Fatimah yang terlarut dalam bacaannya mendongakkan wajahnya terkejut, "Maaf umi, wa'alaikumussalam Fatimah lagi baca kitab gak denger salam umi," jelasnya tersenyum kikuk.

"Yasudah Abi nunggu di bawah, Fatimah kebawah ya," balas umi tersenyum maklum dan berlalu pergi.

"Iya umi."

Fatimah menyimpan kitabnya di atas nakas, menghampiri abi yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Assalamu'alaikum bi," salam Fatimah, ia mencium tangan abinya dan duduk persis di sebelah abi.

"Wa'alaikumussalam, Fatimah nanti masuk sekolah yang Abi pilihin ya?"

Fatimah menatap mata abi dalam, sekolah apa yang abi maksud? Mengapa abi tidak bilang pesantren? Fatimah berharap jikalau ia akan masuk pesantren.

"Sekolah apa yang abi maksudkan?" tanya Fatimah lembut.

"Abi lihat ada sekolah umum yang pantes sama Fatimah, temannya abi anaknya sekolah disana. Abi berharap Fatimah dapat yang terbaik disana." Abi menjelaskan dengan pandangan lurus kedepan, ada harapan disana.

Fatimah mengerutkan alisnya bingung. Pikirannya ingin melawan argumen abi agar ia bisa masuk pesantren. Namun bukankah Allah lebih menyukai kedamaian dibanding perdebatan, lagi-lagi Fatimah diam seribu bahasa. Tak diragukan lagi hati kecilnya selalu ingin mengabdi kepada orang yang sudah merawatnya sejak kecil dalam kesabarannya dan kelembutannya. Apalah jika nanti orang tuanya telah tiada, ia tak bisa lagi mendengar nasihatnya, menjalankan perintahnya, dan merasakan kasih sayangnya.

"Abi, Fatimah menerima apa yang abi mau. Ridho abi ridho Allah juga, apabila Fatimah tidak mengikuti abi dan abi tidak ridho Fatimah tersesat karena kata abi tujuan manusia hidup adalah ridho Allah."

Abi mengelus pucuk kepalaku hangat, aku tersenyum senang. Tanganku merengkuh tubuh tegap abi, memeluknya erat.

"Fatimah sudah besar ya sekarang, selama pesantren sudah khatam belum hapalannya?"

Maksud abi pesantren ketika SMP. Aku tersenyum menanggapi pertanyaan abi. Menyadari abi tak melihatnya, aku mengangguk pelan.

"Alhamdulillah, oh iya di SMA sekarang pelajarannya lebih umum dari pesantren. Fatimah harus sempatin waktunya buat Al-Quran ya? Sekolah Fatimah ada jurusan untuk menghapal, Fatimah harus ikut disana pasti banyak teman yang baik buat Fatimah. Abi boleh minta sesuatu gak Fatimah?" Abi menunduk untuk melihatku.

"Apa bi?" Aku mendongak menatap abi.

"Fatimah fokus belajar bahasa inggris ya? Setidaknya Fatimah bisa mengobrol dengan bahasa inggris dengan fasih?" Abi menaikkan kedua alisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fatimah is QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang