part 3

125 9 0
                                    

      Setalah seminggu berada dikelas yg sama dengan Ananda dan geng nya membuat Adinda mengetahui kenapa Fantastic Four bisa masuk ke kelas unggulan seperti XI Mipa 1 pasalnya, karna mereka berempat memang memiliki keahlian masing-masing.

Alvaro, dia pandai dalam mapel fisika.
Aldi, dia pandai dalam mapel biologi.
Aldo, dia pandai dalam mapel kimia.
Dan Ananda, dia pandai dalam mapel matematika.

Siapa sangka, empat cowok yg suka tebar pesona itu ternyata pintar dalam mapel yg dianggap sulit sekalipun untuk siswa jurusan Mipa. Bahkan mereka telah mengharumkan nama sekolahnya karena berhasil memenangkan perlombaan basket tingkat Nasional dan mendapatkan juara satu. Namun semua itu tidak dapat  menghapus kebencian dalam diri Adinda kepada Fantastic Four. Mengapa? Karna sampai saat ini mereka masih saja sok jago dan selalu membuat keributan di SMA PUTRA BHAKTI, Walaupun kenyataannya mereka memang jago namun dalam hal yg berbeda-beda.

............
        Hari ini siswa kelas XI Mipa 1 sedang melaksanakan jam pelajaran Olah Raga. Sebelum menuju ke lapangan Adinda dan Shila mampir ke kantin untuk membeli air mineral. Pasalnya Olah Raga kali ini adalah Lari Marathon. Hal yg paling Adinda benci sejak SMP, karena Adinda adalah cewek yg mudah lelah dan tidak tahan jika harus lari berkilo-kilo meter.

“La, mampir kantin dulu ya. Beli minum, takutnya ntar gue malah pingsan gara-gara dehidrasi.” Ajak Adinda kepada Shila.

“oke, gua juga mau sekalian beli deh. Soalnya gue lupa bawa minum hari ini.” Jawab Shila.

          Beda halnya dengan Adinda, geng Fantastic Four malah sangat menyukai Olah Raga lari. Apalagi Ananda, dia sudah terbiasa dengan lari contohnya lari dari kejaran fansnya, lari dari ruang BK, dan satu hal lagi, lari dari kejaran anjing depan kompleknya saat ia tertangkap basah mencuri buah mangga dari salah satu rumah itu.
Saat ini Fantastic Four sedang berjalan dengan santainya di koridor menuju ke lapangan tengah, dimana pelajaran Olah Raga akan diadakan.

“Btw, nggak ada yg bawa minum nih? Haus gue.” Ucap Aldi sambil mengusap tenggorokannya.

“Nggak, ribet bawa-bawa begituan mah. Mendingan ntar ngambil aja punya anak-anak cewek. Itung –itung ngirit duit jajan.” Seru Aldo sambil nyengir seolah apa yg ia katakan itu adalah hal yg tepat.

“gile luh, nggak modal amat hidup loe nyet. Timbang air aja pake acara ngambil punya anak cewek. Beli juga gua masih mampu kali.” Celetuk Ananda sambil menjitak kepala Aldo hingga membuat cowok itu meringis akibat jitakan dari Ananda.

“sakit nyet, kan gue cuman sampein pendapat terbaik gue. Gitu aja sewot.” Balas Aldo sambil mengusap kepalanya yg sakit.

“berisik loe pada. Tuh udah ditungguin Pak Nanang, kena semprom baru tau rasa loe.” Omel Alvaro dengan nada yg keras mengintrupsikan agar teman-temannya berhenti berbicara dan segera menuju ke lapangan tengah.

“ia abang Varo sayang. Gitu aja pake ngegas  deh” balas Aldo dengan gaya alaynya.

      Pelajaran sudah dimulai sejak  1 jam lalu. Lari maraton pun sudah dimulai dari tadi dan kiri giliran grub terakhir, yaitu Aldi, Agung, Adel, Mamat, Ananda, Sisil ,dan Adinda. Mereka sudah bersiap di garis start. Setelah pak Nanang meniupkan peluitnya mereka segera berlari secepat-cepatnya mengelilingi lapangan yg luasnya minta ampun. Ditambah lagi mereka harus mengelilingi lapangan itu 5 kali dengan batas waktu 20 menit.
Saat baru mendapatkan 3 putaran Adinda sudah merasa lelah, keringatnya mengalir deras bak diguyur oleh air hujan,wajahnya kini sudah penuh dengan air keringatnya. Kepalanya sudah merasa pusing, namun ia tahan dab berharap bisa melanjutkan larinya.
Ananda yang sedari tadi diam-diam memperhatikannya kini merasa gadis itu sebentar lagi akan jatuh tergeletak. Dan benar tak sampai 1 menit gadis itu benar-benar jatuh pingsan, Ananda dengan sigap menahan tubuh gadis itu agar tidak jatuh ke tanah dan segera membawa gadis itu menuju UKS.
Siswa kelas XI Mipa 1 yang lain tampak keheranan dengan sikap Ananda pasalnya, seorang player yg biasanya masa bodo dengan keadaan seperti saat ini, kini malah terlihat berbeda 180 derajat. Dia justru tampak panik dengan kondisi Adinda saat ini bahkan cowok itu cuek bebek dengan teriakan-teriakan yg muncul dari bebarapa siswi yg melihat adegan romantis itu.

Ananda & AdindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang