2

6 2 0
                                    

Ketukan langkah kaki di sepanjang koridor terdengar. Jackson melangkah dengan senyuman tercetak diwajahnya. Lumayan, pagi-pagi dapet hiburan gratis, pikirnya.

Pagi ini, guru matematikanya tidak masuk, hanya memberi tugas. Namun, ia mendapat panggilan alam. Akhirnya ia meminta izin ke toilet pada ketua kelasnya. Walaupun terdapat niat terselubung didalamnya.

Ia memang tidak bolos saat jam pelajaran, toilet laki-laki dekat dengan kebun belakang. Yaudah, sekalian saja ambil kesempatan modus ke Raya. Tolong perbuatan ini jangan ditiru, siswa sekalian. Kalian hanya boleh keluar kelas dengan alasan yang jelas. Apalagi kalau kalian cuman cari kesempatan buat nongkrong di kantin, menuntaskan rasa lapar.

Sebenarnya Jackson punya kriteria cewek idaman versinya. Cewek cantik, anggun, sopan, dan cerdas. Entah ini merupakan suatu kesialan atau keberuntungan baginya, hatinya malah nyangkut pada gasis cerewet yang otaknya di bawah standar dan nggak ada sopan-sopannya -walau tidak cantik setidaknya wajahnya terbilang manis dan menggemaskan. Yah, mau bagaimana lagi, kita tidak tahu kepada siapa hati akan berlabuh, kan?

"Jackson, bisa tolong ibu sebentar?" panggilan Bu Dena menghentikan langkahnya. Ia menghampiri gurunya yang kesulitan membawa tumpukan kertas. Mungkin kertas ulangan.

"Ya, bu. Ada yang bisa saya bantu?" sebagai ketua osis dan mumpung moodnya sedang bagus, tidak ada salahnya membantu orang. Hitung-hitung cari pahala.

Kisah Jackson: TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang