5

9 2 4
                                    

Sudah tiga minggu Jackson mengajari Raya. Dan selama tiga minggu itu mereka menjadi lebih dekat. Bukan hanya saat belajar di perpustakaan. Terkadang di kantin, di kelas Raya, maupun di kelas Jackson mereka sering terlihat bersama. Bahkan saat di luar sekolah pun, mereka sering ditemui sedang bersama. Namun bukan berarti mereka terus akur. Terkadang Raya masih teriak-teriak dan menggerutu saat bersama Jackson.

Selama tiga minggu itu juga, Raya mulai sedikit demi sedikit berubah. Ia lebih rajin mengerjakan tugas dan jarang mendapat hukuman. Raya juga lebih sering datang ke sekolah lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Walaupun kejahilannya terkadang masih di atas batas wajar saat kumat.

Nilai Raya pun perlahan mulai membaik. Paling tidak ia sudah tidak pernah lagi mendapat nilai dibawah batas ketuntasan minimal. Jackson berhasil mengajarinya dengan baik.

Kini Jackson dan Raya sedang berada di kelas Raya. Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak tiga puluh tujuh menit yang lalu. Kelas sudah dalam keadaan sepi.

Jackson sedang mengajarkannya pelajaran matematika wajib, karena besok Raya akan ada ulangan.

Raya sedang mengerjakan soal latihan yang diberikan Jackson dengan serius. Jackson memperhatikan Raya sambil bertopang dagu, tak sadar itu menjadi kebiasaannya saat menunggu Raya mengerjakan soal.

"Raya," panggil Jackson.

"Hmm?"

"Lu tau cinta, nggak?"

"Tau. Pacarnya Bimo, kan?"

"Bukan!" Jackson mulai kesal. "Oke, ganti pertanyaan. Lu pernah ngerasain cinta, nggak?"

Raya menghentikan kegiatan menulisnya. Kemudian menatap Jackson aneh.

"Pertanyaan lu kok random banget, sih? Ngaco dah."

"Udah, jawab aja apa," ucap Jackson gemas.

"Seinget gua sih nggak. Emang kalau orang yang jatuh cinta itu gimana?" Raya mengangkat alisnya tinggi-tinggi.

"Kalau dia lagi deket sama orang yang dia sukai, hatinya sering deg-degan. Trus suka tersipu gitu. Misalnya kalau lu lagi deket sama gua, bertanya-tanya kenapa gua ganteng banget. Lalu jantungnya berdetak cepat," Jackson tertawa. Ia niatnya hanya menggoda Raya, tapi ia menghentikan tawanya saat melihat reaksi Raya yang diluar dugaannya. Ia pikir Raya akan meneriakinya gombal atau lebay seperti biasanya.

Ia tidak menyangka kalau Raya akan terdiam membeku dengan mukanya yang memerah.

"Ya? Lu gapapa, kan? Lu nggak kesambet, kan?" Jackson mengibas-ngibaskan tangannya di depan Raya.

Setelah beberapa detik, Raya tersadar dan mulai gelagapan. "Apaan sih. Gua nggak kenapa-napa."

Jackson menatap Raya, kemudian ia menyeringai jahil. Ia bertopang dagu.

"Ray?"

"Apaan lagi, sih? Gua nggak selesai-selesai ini." Raya kembali menghentikan keguatan menulisnya dan menatap Jackson.

"Kalau jatuh cinta sama gua, mau nggak?"

Hening beberapa detik. Kemudian Raya berdiri.

"Ogah!" Raya membereskan bukinya dan segera berlari meninggalkan Jackson.

Jackson tertawa terbahak-bahak. Ia sempat melihat muka Raya sebelum ia berlari.

Mukanya benar-benar merah.

Mungkin ini waktunya bagi Raya untuk memulai lembaran kisah cintanya.

Kisah Jackson: TutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang