7: Bukan akhir dari segalanya

882 21 2
                                    

hei, how's life?

Itulah bunyi teror kesekian kalinya. Aku yang berada di rumah Angelie melihat kebingungan dengan Angelie dan Agista. Mereka hanya menatapku seolah-olah aku adalah orang gila bodoh sinting whatever lah.

"WHAT!?" tanyaku dengan nada marah terhadap mereka. Pantas saja aku marah. Kalau kalian jadi aku pasti lah kalian merasa ada yang aneh.

Mereka tidak merespon sama sekali. So ridiculous ugh.

"Apasih ngeliatin mulu?fans ya? atau ada utang?" sindirku terhadap mereka.

Mereka tidak mengeluarkan suara hanya membalikkan kepala seperti aku hanya hantu disini.

Sofa biru yang kutempati duduk sangat lembut sekali.

"Ursula," Agista memulai pembicaraan kami yang sempat hening.

"Maaf kalau aku sudah membohongimu."

Aku terbelalak mendengar pernyataan Agista. Dia membuka kacamata hitamnya.Ternyata benar, dia tidak buta melainkan hanya berpura-pura.

Angelie hanya santai melihat percakapan aku dan Agista ditambah dengan senyuman sinisnya.

Memangnya ada apa aku diajak disini?

"Dan inilah saatnya," Agista menepuk tangannya dengan senyuman sinis tersungging di bibirnya.

Aku berjalan mundur perlahan. Agista ingin berbuat jahat kepadaku. Aku tahu itu.

"Ini bukan akhir dari segalanya, camkan itu."

Tampaknya Agista marah kepadaku, aku tetap berjalan mundur perlahan. Terjadi kontak mata diantara aku dan dia. Kepalaku semakin mendekat sama seperti orang yang ingin berciuman.

Kurasakan aku menginjak kaki seseorang, aku tidak berani berbalik belakang. Agista dengan muka seramnya itu seperti ingin membunuhku.

Sedari tadi aku mencoba untuk berteriak.

"Percuma berteriak, lihat hanya tiga orang saja!" Ancam Agista ketus.

Tanganku ditarik oleh orang yang dibelakangku, aku berbalik belakang. Dan tak salah lagi, dia adalah Angelie.

Dia hanya mengikat erat tanganku dengan tali entahlah tali apa. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Berdoa dan pasrah,hanya itu yang bisa kulakukan.

Mulutku sudah ditutupnya dengan sapu tangan yang wow rasanya lebih bau dari kotoran manusia, ditambah lagi ada obat biusnya.

Pikiranku sudah tidak ada, jantungku berdegup kencang dan semua yang ada disekitarku buram. Dan semuanya menjadi hitam

-

-

-

-

-

Badanku terasa kaku dan tak berdaya, di tengah gelapnya suatu ruangan kosong. Tanganku dua sudah diikat di bangku-bangku tersebut sementara mulutku terekatb dengan lakban hitam yang sangat sangat lengket.

Titik-titik air entah dari mana terjatuh mengenai pahaku yang tadi hanya mengenakan celana pendek.

Oh, mataku sembab tak berdaya. Semua hanya kosong di ruangan ini tanpa seorang pun. Aku hanya bisa berdoa seorang pahlawan membawaku pergi dari tempat menyeramkan ini. Mengapa semua ini harus terjadi?

Semprotan air mengenai wajahku lagi, kubuka mataku dan

"Woy bangun! Kamu duduk di sofa,

tidur lama sekali!!" Seru seseorang aku tak bisa melihat dengan baik itu Angelie atau Agista. Semuanya buram hanya bayang-bayang kalbu saja.

The BenediktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang