Prolog

18 6 3
                                    


Angin yang menggigit bertiup di celah ventilasi jendela kamar seorang gadis yang sedang terbuai dalam mimpinya. Angin itu mengoyakkan tirai putih dan memaksa masuk untuk membangunkan seseorang yang ada di dalamnya.

Sentuhan-sentuhan halus nan sejuk menerobos masuk ke dalam selimut tebal yang dipakai sang gadis. Menyentuh kulit halusnya dan membuai wajahnya yang manis. Tidak butuh waktu lama untuk membuatnya terbangun. Tanpa alarm dan hanya dengan sentuhan alam pun ia terbangun.

Dengan segera, ia menyibakkan selimutnya dan beranjak pergi meninggalkan tempat tidurnya untuk membersihkan dirinya. Tak lupa setelah itu,ia kembali mendekatkan diri dengan Sang Kuasanya. Dalam doanya ia menyertakan nama-nama orang yang penting dalam hidupnya. Meminta ridho-Nya untuk menjalani hari-hari agar lebih baik dari sebelumnya.

Sebelum berangkat ke sekolah, alunan musik untuk membuatnya lebih semangat selalu menjadi sarapan tambahan yang harus disertakan dalam menunya.

Kini waktunya ia memulai hari baru disekolahnya. Hal yang tak boleh dilewatkan yaitu meminta restu orangtuanya agar dimudahkan dari kesulitan yang akan dialaminya hari ini. Tangannya yang mungil membuka kenop pintu seraya dirinya melangkah keluar. Kedua orang tuanya tersenyum diambang pintu melihat putrinya yang sangat mereka cintai sudah beranjak dewasa.

Sang ayah berpikir apakah ada seorang lelaki yang tak segan menyakiti hati kecilnya? Adakah laki-laki yang yang membuatnya menangis? Dan apakah putri kecilnya sudah mengenal cinta?

•°•°•°•°•

Selasa,1 Mei 2018.

More Than PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang