Jangan ngaku sahabat kalau belum pernah menyukai cowok yang sama
"Assalamualaikum, aku pulang."
Aku melangkah masuk kedalam rumah dan mendapati ibu yang sedang memasak di dapur.
"Kau sudah pulang? Tumben pulang siang" tanyanya sambil tersenyum ke arahku. Aku mengangguk pelan dan menjelaskan kalau semua guru sedang rapat. Jadi terpaksa seluruh kelas dipulangkan.
Aku membantu ibu membawa masakan yang sudah dimasak ke meja makan. Biasanya, kami akan makan siang bersama dirumah. Tapi sayangnya hari ini kakaku sedang berada diluar dan tidak bisa pulang hanya untuk makan siang.
Memang keluarga kami bisa dibilang keluarga berkecukupan. Tapi percayalah, keluarga kami sangat harmonis. Aku mensyukurinya karena banyak orang diluar sana kehilangan keluarganya hanya karena tergila-gila dengan kekayaan. Bagiku keluarga adalah harta yang paling berharga yang pernah aku miliki.
"Karin, panggil ayahmu setelah itu kamu ganti baju." seru ibuku.
"Iya bu."
Aku mencari ayahku ke seluruh ruangan dan menemukannya dikamarku.
"Ayah sedang apa disini? Ibu menunggu ayah di meja makan untuk makan siang." kataku begitu aku melihat ayah sedang membuka laci di salah satu sudut kamarku.
"Ayah hanya membereskan beberapa barangmu yang berantakan. Ayah pergi ya, kamu harus cepat ganti baju. Ayah menunggumu untuk makan" ucapnya sambil mengusap lembut kepalaku.
Aneh pikirku. Saat aku meninggalkan kamarku untuk berangkat ke sekolah kamarku sangatlah rapih. Tidak ada satu barang pun yang berceceran bukan ditempatnya.
Karena penasaran aku mengecek laci yang ayah buka tadi.
"Tidak ada apa-apa hanya ada ponselku saja," gumamku
Ah sudahlah
"Bagaimana harimu disekolah?" tanya ayah yang ingin memasukan makanan kedalam mulutnya.
"Baik yah,"
"Baguslah. Apa ada teman laki-lakimu yang suka padamu?" tanyanya lagi.
Ada apa dengan ayah hari ini. Sikapnya tidak seperti biasanya. Bahkan sebelumnya dia tidak pernah menanyakan apapun tentang laki-laki kepadaku.
"Ayah, kenapa bertanya begitu? Mana aku tahu. Untuk apa aku memikirkannya huh," kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Ayah tidak mengubris jawabanku atas pertanyaannya. Dia melanjutkan acara makannya dengan tenang. Namun, bisa aku lihat dari wajahnya ia ingin menanyakan suatu hal lagi padaku.
Sampai acara makan siang selesai, ayah tidak berbicara sepatah kata pun. Setelah makanannya habis dia langsung meninggalkan meja makan begitu saja.
Aku menatap wajah ibuku dengan heran. Seolah bertanya apa yang terjadi pada ayah. Dan aku rasa ibu mengerti isyarat tatapan ku. Dia menggeleng.
***
Hari ini cukup cerah dibanding kemarin. Aku melangkahkan kaki ku masuk ke dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Pain
FantasyKalian mungkin tidak akan pernah tahu kapan kalian merasakan jatuh cinta. Lalu apa jadinya jika kalian menganggap jatuh cinta itu sebuah kepahitan dan bukanlah suatu kebahagiaan? Hal serupa dialami oleh seorang gadis yang mengalami kepahitan dalam h...