Karin POV.Pelajaran hari ini disekolah tidak seperti biasanya. Bisa dikatakan cukup melelahkan padahal baru bel istirahat kedua berbunyi. Ingin rasanya aku cepat-cepat pulang dan merebahkan diriku ini diatas kasur yang empuk.
Huft
Tapi sayangnya masih ada tiga jam untuk melanjutkan pelajaran yang tersisa.
Aku berjalan kearah David dan Tiara yang sedang menikmati kerumunan siswa-siswi dari atas teras lab komputer."Lu kemana ajah Rin? Gue nyari lu di kantin kaga ada." tanya Tiara begitu aku datang menghampirinya.
"Siapa suruh nyari ke kantin. Daritadi di kelas juga."
"Eh anjir, kecil-kecil bisa masukin bola ke ranjang dari jauh." kata David
"Hah, siapa Pit?" sahut Tiara otomatis
"Itu si Azrio."
Begitu mendengar namanya, aku langsung melihat ke arahnya. Yah, dia itu salah satu murid yang pernah aku awas saat MPLS beberapa bulan yang lalu. Aku lumayan salut kepada Azrio. Dia memiliki tubuh yang bisa dibilang pendek (wajar masih kelas 10) dengan paduan kulit putih bersih dan senyuman yang manis. Tidak lupa dengan caranya memainkan bola basket yang lumayan keren. Membuat banyak cewe disekolah kami menyukainya.
Salah satu temanku juga menyukainya. Namanya Mila dia kenal Azrio saat dia mengikuti CT dan Azrio yang menjadi peserta camping jatuh sakit dan di jaga oleh Mila di tenda khusus.
Walaupun sebelumya Mila pernah bilang kalau perasaannya terhadap Azrio itu merupakan wujud pengaguman ciptaan Tuhan. Tapi, aku tetap yakin kalau dia suka Azrio. Dari bagaimana cara memandangi Azrio dari kejauhan pun aku langsung bisa menebaknya."Pit, emang Azrio mainnya bagus?" tanyaku pada David yang sedang memperhatikan anak buahnya memainkan bola yang memantul dibawah sana.
"Ya, mayan lah. Tapi ada yang lebih keren lagi mainnya-"
"Siapa pit?" spontan aku memotong pembicaraannya. Memang agak tidak sopan, tapi percayalah kami sudah terbiasa dengan semua itu.
"Temen sekelasnya si Azrio. Tuh si Arsya." David menunjuk seseorang yang sedang duduk di depan kelas 10 ips-1.
Tanpa sadar, aku memandanginya dan langsung terpesona melihatnya.
Tidak-tidak. Aku tidak boleh menyukai adik kelas ku sendiri. Sadar woy Karin kamu kelas 12 dia kelas 10.
Aku menggeleng kan kepalaku seraya mencoba menghapus semua pemikiranku tentangnya.
"Karin! Lu dipanggil walikelas noh dikantor sekarang." Teriak Dian dari bawah sana.
"Ngapain?"
"Udah buru." Dian memutar bola matanya kesal.
Aku dan Tiara menuruni tangga menuju kantor. Saat aku melewati lapangan aku melihat Azrio dan teman temannya yang masih memainkan bola basket.
Aku ingat di kantung rokku banyak permen. Aku berniat untuk memberikannya pada Azrio. Tiara pun hanya bisa membuntutiku."Ehh Mau permen gak?" tawarku sambil menghampirinya.
"Mana?" Azrio mengulurkan tangannya bersiap menerima permen dari ku.
Saat aku memberikan permen pada Azrio, saat itu pula Arsya menghampiri Azrio. Tanpa berpikir panjang aku pun memberikan permen juga pada Arsya. Arsya juga langsung menerimanya.
Dan pada saat itulah untuk pertama kalinya mata kita bertemu.
Dia hanya menatapku datar. Datar sekali. Ingin rasanya aku meremas mukanya agar terbentuk sedikit ekspresi diwajahnya itu.
"Makasih kak." Kata Azrio sambil menyunggingkan senyuman manisnya. Percayalah, jika cewe lain yang mendapat perlakuan seperti ini dari Azrio mungkin mereka akan klepek-klepek. Tapi sayangnya aku tidak.
"Makasih." Nadanya datar. Ekspresinya juga datar. Tidak ada intonasi dalam pengucapan kata yang keluar dari mulut seorang Arsya.
Dari situ aku tahu kalau dia ini orang yang dingin.Ni anak dingin banget dah. Direbus baru tau rasa.
Tiara menarik tanganku menjauhi mereka. Sedangkan Arsya dan Azrio melanjutkan kembali permainan basketnya.
"Lu lagi diburu-buru sama walikelas tapi lu malah asik bagi-bagi permen." umpat Tiara
"Hehe. Maaf,"
•°•°•°•°•°•
30 Mei 2018
Hehe, maaf. Lama amat dah perasaan update chapter nya padahal cuma 566 words V:
Dah ketebak pasti alurnya kan-,-
Sabar-sabar, baru chp1. Masih kurang greget ya kan?See you😚
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Pain
FantasyKalian mungkin tidak akan pernah tahu kapan kalian merasakan jatuh cinta. Lalu apa jadinya jika kalian menganggap jatuh cinta itu sebuah kepahitan dan bukanlah suatu kebahagiaan? Hal serupa dialami oleh seorang gadis yang mengalami kepahitan dalam h...