Hai..Hai..part 8 niihh....hahaha
maaf baru bisa upload hari ini karena akhir- akhir ini banyak hal terjadi yang menghambat aku untuk nulis..dari mulai sibuk kerjaan, pindah kosan, sampe mood yang ga dapet - dapet buat nulis part ini..
tolong pencet bintang nya yaaahh biar semangat buat nulis kelanjutannya..comment juga jangan lupaaa..hehehe maruk.
maapkeun kalau ada typo bertebaran dimana - mana dan gaje, pemula soalnya..*alesan hahahha
semoga suka dengan ceritanya...Selamat membacaaa..^^
=======================================================================
Pagi ini aku bangun agak siang, mungkin efek acara semalam. Acaranya sih selesai pukul 10 malam, tapi aku diwajibkan ikut dengan Shaw bersaudara melanjutkan after party nya di lantai atas tempat khusus mereka, ditambah lagi kekasih Calvin yang datang menyusul setelah acara premier film terbaru nya membuat after party semakin ramai. Hanya satu orang yang saat itu masih dengan wajah datarnya duduk di sofa sambil memegang gelas wine, menatap kami yang sedang bermain truth or dare.
Aku harus segera bersiap – siap, karena hari ini Cella memintaku untuk menemaninya berbelanja di Mall. Tak butuh waktu lama untukku mandi dan bersiap – siap, segera saja aku menelepon Cella yang akan menjemputku setelah aku siap. Selang lima menit dari aku meneleponnya, Cella sudah tiba di depan kos ku. Dia menginap di rumah nya setelah selama ini dia tinggal di rumah orangtuanya sejak menggantikan sang ayah di perusahaan, dia juga yang mengantarku pulang semalam.
Tiba di Mall, kami langsung menuju restaurant kesukaan Cella karena sudah waktunya makan siang. Mencari tempat duduk agak pojok supaya lebih leluasa, sebelum kami beredar untuk mencari barang- barang yang Cella inginkan. Setelah memesan makanan kepada waiter, aku mulai memprotes niat Cella untuk menjodohkanku dengan salah satu dari mereka.
"Cell, kamu bilang apa saja pada sepupu – sepupumu itu tentang aku?"
"Bilang apa memangnya? Aku tidak bilang macam – macam pada mereka."
"kudengar kau mempromosikan aku di hadapan sepupu – sepupumu itu."
Cella terkekeh mendengar ucapanku.
"aku memang mempromosikanmu pada mereka, siapa tahu ada diantara mereka yang tertarik padamu. Aku senang jika kita bisa menjadi saudara." Cela menjelaskan maksud dia mempromosikan aku pada sepupu – sepupunya itu sambil memeluk bahuku dari samping.
"tapi, bagaimana kau bisa tahu jika aku sedang mempromosikanmu pada mereka?" Cella lanjut bertanya.
"aku tahu dari Samuel kemarin saat dia mengajakku bergabung dengan kalian."
"ooh begitu rupanya." Cela mengangguk – anggukan kepala dan melanjutkan, " Tampaknya dia tertarik padamu Vano, dia orangnya baik dan ramah."
"ah kau ini, Samuel itu baik dan ramah pada siapapun, bukan hanya aku." Aku meralat ucapannya yang menyiratkan jika Samuel ada rasa padaku, dan ditanggapi cengiran oleh Cella.
Pesanan datang, dan kami makan sambil tertawa – tawa, sudah lama kami tiadak banyak mengobrol seperti ini. Setelah makanan habis, kami membayar dan keluar dari restaurant untuk mulai shopping.
Memasuki hampir setiap toko yang menjual pakaian wanita, sepatu, dan tas. Tangan kiriku memegang kantong belanjaan Cella, tangan kananku memegang minuman yang tadi kami beli saat beristirahat. Sedangkan Cella, tangan kanan dan kirinya sudah penuh oleh belanjaan dia sendiri.
"Masih ada yang kamu cari Cell?" berharap jawaban Cela menyudahi belanja kali ini, aku benar – benar sudah lelah, kakiku seperti mau copot saja.
"mmm..sudah tampaknya. Gampang lah nanti kalau ada yang ingin aku beli lagi, tinggal minta kamu temani seperti sekarang. Kita pulang saja yuk." Akhirnya penderitaan ini berakhir juga. Aku mengikuti Cella ke parkiran Mall dan menuju bagasi mobil nya untuk menaruh barang bawaan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Million Days Waiting
RomanceKata orang, jodoh itu tak akan kemana.. Keziavano Bianca Roberts seorang wanita plus size yang memiliki ketakutan dalam suatu hubungan karena trauma yang diakibatkan oleh kedua orang tuanya. Jonathan Evans Griffiths seorang pria tampan dan maskulin...