Bagian 2

81 11 0
                                    

-Enjoy the Story!-


Di lorong kelas.

"Apakah kau benar menduga bahwa dia yang muncul?" tanya Abrar saat mereka berjalan berdua menuju ruang kelas.

"Bukankah aku selalu membahasnya saat bersama kalian, terutama bersamamu, kalau ia selalu terlihat akan memunculkan dirinya," tegas Reyna menjawab pertanyaan Abrar.

"Tapi rasanya saat Felicya tadi pagi pingsan auranya terlihat sedikit berbeda, hal itu membuatku sedikit terusik."

"Itu juga hal yang membuatku merasa sedikit ada yang aneh, tapi aku juga merasakan aura dia yang selalu mengikuti Felicya bersamaan."

"Aku rasa, penglihatan mu itu harus kau tutup sedikit Rey. Aku menjadi lebih gugup dari biasanya karena hal itu."

"Yahh, terserah apa katamu Brar. Tapi, seharusnya kau tadi tak mengucapkan kata yang dapat membuat Felicya berpikiran kita menyembunyikan sesuatu!"

"Kau juga seharusnya tak memperjelas nya setelah itu," elak Abrar karena Reyna tiba-tiba menyalahkannya.

"Itu juga tak akan terjadi jika kau tak membuatku kesal saat itu," bela Reyna.

"Yah, terserahlah. Aku masih belum bisa memenangkan suatu perdebatan denganmu," pasrah Abrar bersamaan dengan ia menyeret kursinya setelah tiba di kelas.

Kelas telah berakhir beberapa saat lalu, Abrar dan Reyna keluar kelas terlebih dahulu karena menyusul Felicya yang masih berada di UKS. Mereka berdua berencana untuk pulang bersama, tapi ternyata Felicya lebih dulu pulang tanpa mengabari keduanya.

Felicya merasa sedikit kesal karena percakapan terakhir mereka di UKS dan hal itu juga Abrar dan Reyna rasakan. Mereka juga beruntung saat Felicya berkata demikian bel masuk pelajaran selanjutnya berbunyi, sehingga mereka berdua memiliki alasan untuk menghindar.

******

"Aku pulang!" seru Felicya setelah memasuki rumah.

"Segera bersihkan badanmu dan bantu ibu menyiapkan makanan Fel," sahut seorang pria paruh baya yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran.

"Ayah sudah pulang? Aku kira ayah akan pulang malam lagi."

"Ayah tidak banyak memiliki pekerjaan hari ini, jadi pulang lebih awal." Felicya mengangguk mendengar jawaban dari ayahnya. Ia kemudian bergegas menuju kamarnya dan membersihkan diri.

Selesai membersihkan diri dan mengganti baju, ia menuju dapur menyusul ibunya yang sedang memasak makanan untuk makan malam. Ia mengambil beberapa piring serta peralatan makan lain dan menyusunnya di meja makan.

"Di mana Veni? aku tidak melihatnya sejak tadi," tanya Felicya saat menyusun peralatan makan di atas meja.

"Tertidur setelah bermain di kamar. Veni terlalu senang bermain hari ini, ia pasti sangat kelelahan sekarang."

Felicya yang mendengar hal tersebut tersenyum, karena beberapa hari lalu adiknya sempat terserang demam. Ia bersyukur adiknya telah sehat sekarang.

Setelah meletakan sendok terakhir, ayahnya datang dan duduk di kursi meja makan. Ia mengambil nasi dan lauk yang telah matang meletakkannya di meja, disusul cream sup jagung yang dibawa ibunya. Mereka kemudian melaksanakan makan malam dengan hangat dan senda gurau yang tak pernah lupa menemani mereka makan.

*****

"Ah, aku pasti tertidur. Seharusnya aku mencari makanan tadi, acara pelarian ini membuatku cepat lapar. Seharusnya aku membawa makanan saat kabur dari Istana." Ia menolehkan kepalanya ke segala arah, mencari pepohonan yang menghasilkan buah. Setidaknya pohon di hutan ini banyak yang berbuah sekarang.

From The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang