KUPUKOPI

Dari Perempuan Yang Terlanjur Patah

Kali pertama aku bertemu denganmu, semua terasa begitu canggung. Aku yang pemalu, dan kamu yang begitu ramah padaku. Membalas segala candamu adalah ketidaksanggupanku, tatkala aku yang teramat menutup diri terhadap orang baru.

Enam hari aku lewati bersamamu. Tak ada debaran atau perasaan aneh yang menjalar didalam diriku. Semuanya terasa aman, tak ada sebuncah harapan yang mengakar kala itu.

Beberapa minggu kemudian, kamu menghubungiku. Saat itu, diri masih enggan membuka diri. Namun seiring banyaknya waktu yang terlewati, perlahan aku menyiram benih cinta yang kau sebar ke dalam hati.

Perlahan pula, aku berhenti menjadi pengagum rahasia bagi seorang yang tak akan pernah bisa ku gapai. Kamu telah menyelamatkan ku dari perasaan yang tak kunjung terbalaskan.

Bulan demi bulan terlewati, aku semakin jatuh hati padamu. Kamu gemar melempar segala diksi semanis gula, seolah aku adalah satu-satunya yang kau cinta.

Terkadang, diri bisa sebodoh itu jika cinta terlalu menguasai hati, hingga logika tak terpakai lagi. Kini kenyataan sepahit ampas kopi ku dapati.

Aku melihat isi pesanmu terhadap perempuan lain. Isi yang sama manisnya dengan pesan yang selalu kau tujukan padaku, bahkan terlihat lebih akrab dari yang ku terima. Hati ku dibuat sedemikian patah olehmu. Air mata pun menjadi sahabat kala malam datang.

Dulu aku pernah bilang bahwa jatuh hati padamu bukanlah sebuah penyesalan, tapi kini hal itu terjadi. Aku menyesal atas segala perasaan berlebih dan harapan yang merajut dirinya tinggi, hingga tak sanggup lagi menahan segala hantaman yang menyakitkan hati.

Buatku, lebih baik mencintai dia yang tak ber-kenangan walau secara diam daripada mencintai kamu yang penuh akan kenangan namun bersifat menghancurkan. Mau tak mau, kenangan itu akan bersatu dalam diri, menjadi peristiwa masa lalu yang mengiris hati.

Benar, "Tuhan mematahkan hatimu demi menjauhkanmu dari orang yang salah."

- Tjut Aurel A.

~csline