Chapter 14 : Bahagia?

2.3K 225 34
                                    

Happy Reading guys!
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁

Delapan bulan berlalu...

Kandungan Caramel sudah membesar, bahkan sebentar lagi ia akan segera melahirkan. Hampir setiap hari, Caramel bertanya kepada Harry.

Kapan kita kembali?

Sampai kapan kita di Osaka?

Tidakkah kau merindukan keluargamu, seperti aku merindukan mereka?

Namun Harry selalu mempunyai jawaban, ribuan jawaban yang telah ia persiapkan. Untuk membuat keduanya tidak kembali, dan tetap bersama disana__Jepang.

"Sayang! Kau dimana?"

Suara Harry terdengar dari arah pintu. Caramel yang sedang menonton tv segera menghampiri suaminya.
"Kau sudah pulang?" Caramel berucap. Mengambil alih tas kerja Harry dari tangannya.

Ya, Harry bekerja. Harry mengatakan jika disini ada salah satu anak perusahaan milik ayahnya. Namun nyatanya, tidak! Harry berbohong. Ia bekerja pada perusahaan lain, entahlah. ia hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama Caramel selama disini.

Harry mengangguk. Mengecup kening Caramel lembut. "Iya. Aku lelah, bisa aku tidur sebentar?" Harry bertanya. Caramel mengangguk.

Harry melangkah menuju ranjangnya, lalu mulai terlelap dengan balutan pakaian formalnya. Caramel menghampiri tubuh Harry, wajah tampannya nampak sangat lelah.

Dengan telaten ia melepas sepatu Harry, lalu beralih pada kemeja dan celana Harry. Menggantinya dengan piyama tidur, walau ia sedikit kesulitan karena perutnya yang sudah membuncit besar.

Caramel melirik ponsel milik Harry yang tergeletak diatas nakas tempat tidurnya.

Ponsel yang pernah dibelikan Harry untuknya hilang entah kemana, atau Harry lah yang membuat ponsel Caramel menghilang.

Caramel sangat jarang menghubungi kedua orang tuanya ataupun teman-temannya. Kalau pun ia menelfon, Harry akan selalu berada disampingnya. Mendengarkan pembicaraannya, terkadang mematikan sambungan secara tiba-tiba.

Caramel curiga?

Ya, Sangat curiga.

Terlebih pada Harry yang seolah tidak mau kembali, dan menjauhkannya dari orang-orang disekitarnya.

Meraih ponsel milik Harry, ia berjalan keluar meninggalkan kamar hotel.

Duduk diatas kursi yang berada dibalkon hotelnya.

Ia mulai mendial nomor ponsel yang diingatnya diluar kepala.

'halo? Siapa disana?'

Caramel tertegun. Suara ini, ia merindukannya. Hanya dia lah yang dapat ia percaya.

"Liam."

'Caramel?! Astaga! Akhirnya... "

Caramel terkekeh mendengar pekikkan Liam disebrang sana, walau matanya berkata lain. Caramel menangis.

"Kau baik-baik saja, Li? Aku merindukanmu... " Lirihnya pelan.

Helaan nafas terdengar dari sebrang sana. 'kembalilah, kau melewatkan banyak hal.'

Caramel mengangguk. Semakin terisak. Ia tau, Harry pasti telah menyembunyikan sesuatu darinya.

Ia tidak bodoh. Hanya saja, cinta sempat membuatnya buta dan menutup mata. Membuatnya terlihat seperti istri bodoh dan dungu. Caramel hanya belum siap, belum siap untuk kembali hancur.

I'm Sorry [ H.S ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang