Ternyata

47 3 0
                                    

Tiba-tiba.....

Tin-tin terdengar suara klakson mobil.

Stella yang terkejut langsung menoleh ke sumber suara. Mobil mercedez hitam yang mengkilap itulah yang mengagetkan Stella. Stella mengernyitkan dahinya. Siapakah dia?. Perlahan seseorang membuka kaca jendelanya.

DIMAS RAMADHAN WILIAM

Itulah namanya. Jujur, Dimas memiliki perasaan dengan Stella. Tapi, dia ingin menunggu yang pas untuk mengungkapkan isi hatinya.

"Belum dijemput?" Ucap Dimas

Stella spontan menggeleng kepala sambil berdiri dan mengangkat tasnya.

"Mau bareng gue?" Ucap Dimas

"Boleh" Ucap Stella tanpa pikir panjang. Lebih baik dia pulang bersama Reza daripada menunggu abang somplaknya yang sedang ngaret.

Baru 2 langkah Stella berjalan tiba-tiba ada klakson mobil dan suaranya tertuju pada mobil Ferrari yang memotong dan berada di depan mobil Mercedez Dimas. Pemilik mobil langsung turun dengan sigap.

VANO!!

Dialah sang pemilik mobil Ferrari itu. Dengan cepat ia menyusul Stella yang terdiam ditempat.

"Ikut gue" Ucap Vano

"Kenapa?"  Ucap Stella bingung

"Gue disuruh abang lo "  Ucap Vano dengan sikap dinginnya.

Stella merasa kesal mengapa abangnya ini menyuruh Vano untuk menjemputnya. Satu hal yang pasti abang somplaknya pasti ngaret terlebih dahulu itulah yang ada dipikiran Stella saat ini.

Dengan cepat Vano menarik tangan Stella yang terlalu lama berpikir. Sempat ada adu mata diantara Dimas dan Vano. Stella yang mengetahui hal itu segera menarik tangan Vano dan berjalan menuju mobil Vano.

Stella membuka pintu mobil Vano dengan hati-hati karena ia sangat suka membanting pintu mobil. Jika ketahuan sang pemilik mobil bisa mati ditempat Stella.

"Emang kemana abang gue" Ucap Stella

Masih diam dan tetap fokus menyetir kearah depan.

"Serasa ngomong sama batu gue"

Vano langsung tertegun mendengar kalimat yang diucapkan oleh Stella. Tiba-tiba bibirnya terangkat dan terukir senyuman yang sekian lama terpendam. Dia tak pernah tersenyum entah kenapa senyumnya bangkit kembali.

Stella yang menyadari senyuman yang sulit diartikan oleh Vano walaupun tak menghadap ke Stella. Stella merasa bingung dengan anak ini. Tadi dingin dan datar dan tiba-tiba entah kesambet mahluk apa ia membentuk senyuman yang manis.

"Senyum-senyum sendiri kayak orang gila" Ucap Stella lebih tepatnya menyindir.

Vano yang mendengar hal itu langsung merubah sikapnya menjadi lebih datar dan dingin. Stella menghela napas rasanya ia ingin cepat-cepat keluar dari mobil ini.

Selang 15 menit, Stella sudah sampai dirumahnya. Stella lagi-lagi dibuat bingung oleh Vano. Pasalnya, ia tak pernah memberi tau dimana letak rumahnya dan tanpa diberi aba-aba dia sudah tau dimana rumah Stella.

Stella beranjak keluar dari mobil Vano karena tak tahan lagi dengan sifatnya serasa Stella adalah orang gila yang berbicara pada diri sendiri.

Vano langsung menarik lengan Stella dan terduduk lagi di kursi mobil.

"Kenapa?" Ucap Stella ketus

"Maaf" Ucap Vano

"Lo jangan sok irit bicara deh. Serasa gue ngomong sama batu tau nggak. Dikira gue orang gila kali ya" Ucap Stella meluapkan amarah yang ditahannya sejak tadi.

Ketua Kelas VS Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang