Dia

47 3 0
                                    

Hari yang agak mendung membuat Stella harus membawa mobil ke sekolah. Sebenarnya, ia sangat malas membawa mobil ke sekolah lebih baik ia ikut dengan abangnya ataupun Dimas. Dimas dichat nggak dibalas sedangkan itu abang gesreknya menginap dirumah temannya karena asik mabar sampai ketiduran otomatis dirumah hanya Stella dan pembantunya. Bayangkan dirumah Stella yang lumayan besar tetapi, penghuninya hanya 3 orang. Stella mendengus kesal ia sangat malas yang namanya membawa kendaraan di tengah ramai kota metropolitan ini kecuali dalam keadaan mendesak. Keputusan sudah bulat Stella akan membawa mobil ke sekolah dari pada ia akan kehujanan.

Tak sadar, seorang cowok memperhatikan Stella dari tadi. Matanya selalu mengikuti derap langkah Stella berjalan. Terukir senyum dibalik mobil hitam itu. Keputusan sudah bulat, ia akan menemui Stella.

Vano itulah pria yg sejak tadi mengintip Stella dari kejauhan. Entah kenapa Vano sejak kemarin mengikuti seluruh aktifitas Stella mulai dari les, main musik, dan bermain basket. Semuanya ia liat dari jauh. Entah apa yang ingin ia lakukan dengan cara yang aneh.

°•°•°•°•

"RONI LO BELUM POTONG RAMBUT MAU NYAMAIN SHAWN MENDES NGGAK AKAN MIRIP JUGA"

"RAFI KAOS KAKI LO PENDEK AMAT CEPET GANTI ATAU GUE KUTUK LO JADI BATU"

"LESYA LO NGAPAIN BAWA MAKE UP SEGALA DISINI BUKAN SALON INI SEKOLAH"

Itulah ocehan yang dilontarkan setiap hari oleh Stella. Ia memegang predikat ketua kelas terdisplin, terajin, dan teladan maka dari itu dia tidak ingin namanya tercoreng karena ulah teman-temannya itu.

Jika Stella marah maka akan hancur dunia seperti setiap titik diberi bom waktu dan akan meledak dalam hitungan detik. Maka tak berani ada yang melanggar aturan di kelas jika ketahuan Stella ia akan memberi kesempatan pertama hingga akhir jika masih ingin melanggar peraturan tak segan Stella mengeluarkan jurusnya dengan menarik kerah baju dan langsung meninjunya dan hanya berlaku buat kaum adam. Hukuman untuk hawa membersihkan toilet dan kelas selama sebulan dan selalu diperiksa oleh Stella setiap hari. Itulah akibat jika sekelas sama orang yang notabene dari dulu ketua kelas teladan.

°•°•°•°•

Sedangkan kehidupan di kelas sebelah. Alvano sang ketua kelas yang datar dan cuek memang mematuhi peraturan karena setiap ada yang melanggar peraturan dia akan melotot layaknya psikopat dengan senyuman devilnya maka tak ada yang ingin melanggar di kelas itu semuanya damai, tentram, dan aman. Sangat berkebalikan dengan kelas Stella.

Jika diungkapkan seperti batu dengan air. Air lama kelamaan akan mengikis batu dan hancur sama seperti hati sebeku apapun hati mereka jika dia sudah menemukan cahaya.

Kring kring kring
Bel kebahagian setiap siswa pun akhirnya bunyi dalam hitungan detik kantin sudah banyak yang memadati.

"Lo nggak ikut ke kantin la" Ucap Via

Stella menggeleng dan bersikerah tetap dengan pendiriannya ia ingin ke perpustakaan karena hari ini akan ada ulangan fisika yang membuat semua orang angkat tangan ketika mendengar berita ini.

"Yaudah gue duluan ya ada yang mau lo titip" Ucap Via

"Nitip air mineral 3 botol" Ucap Stella

"Dari dulu minum doank aja kapan gendutnya" Ucap Via sambil berjalan meninggalkan Stella.

Stella beranjak dari kursi dan berjalan menuju perpustakaan. Stella berjalan tak fokus karena sambil memikirkan sesuatu dan tak sengaja seorang cowok menumpahkan susu cokelat di bajunya.

"Lo tanggung jawab" Ucap Stella sambil melihat bajunya yang terkena cokelat dan belum tahu siapa yang menumpahkan susu cokelat ini ke bajunya.

Stella langsung melihat arah cowok yang menumpahkan susu cokelat ke bajunya.  

"Elooooo" Ucap Vano dan Stella bersamaan.

"Cih.. Orang kayak lo mana mau tanggung jawab" Ucap Stella sambil berjalan melewatinya dan ditahan oleh seorang Alvano.

"Kata siapa? " Ucap Vano penuh dengan penekanan.

"Kata gue. Dah jelas tuh kalimat keluar dari mulut gue" Ucap Stella ketus

Otomatis, Stella langsung menghempaskan tangan Vano yang sedari tadi masih memegang tangannya.

"Tenang, gue bukan fans cabe-cabean lo. Yang dipengang aja langsung berbunga-bunga ya" Ucap Stella dan langsung meninggalkan Vano sendirian.

Tak sadar, Vano mengembangkan senyumannya.

Gak salah gue pilih lo, Stella

°•°•°•°•

Stella membawa mobil hari ini. Karena, tadi pagi hujan dan abang somplaknya memilih mabar dirumah temannya hingga ketiduran.

Tak lama, hp Stella berdering

Terlihat nama yang tak asing bagi Stella

Papa

"Halo"

".... "

"Masih inget punya anak disini"

".... "

"Sorry saya nggak butuh uang dari anda. Karena uang bisa dicari tapi kebahagian tak bisa dibeli"

".... "

"Terserah anda, Pak Edward"

Stella memutuskan telepon secara sepihak.  Telepon yang hanya berdurasi 1 menit ini sontak membuat Stella menangis sejadi-jadinya.

Kenapa ini bisa terjadi?

Kenapa?

Kenapa?

Stella berteriak sejadi-jadinya didalam mobil diiringi isak tangisnya yang ia keluarkan semuanya untuk meninggalkan semua bebannya.

Maafkan aku pa

Aku kasar sama papa

Tapi papa juga nggak bisa ngerti aku

Kalimat itulah yang Stella ucapkan dari lubuk hatinya. Tiba-tiba ada seseorang cowok yang masuk kedalam mobilnya.

"Udah jangan nangis" Ucap seseorang dengan lembut

TBC

Penasaran siapa seseorang itu?

If you like this story vote and coment

Salam manis

Kay 👑

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua Kelas VS Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang